Plastic Exchange, Himpun 85 Ton Sampah
GIANYAR, NusaBali
Kegiatan plastic exchange atau penukaran sampah plastik dengan beras, kian bermasyarakat di Bali.
Kegiatan ini makin merangsang masyarakat, termasuk anak-anak, untuk terbiasa memilah sampah. Ketua Yayasan Jagat Gemah Ripah I Made Janur Yasa selaku penggagas aksi, mengatakan sudah 85 ton sampah plastik yang berhasil dihimpun selama aksi. Aksi ini melibatkan lebih dari 100 banjar, komunitas, dan sekaa demen.
Made Janur mengapresiasi semakin banyak komunitas yang peduli dengan aksi ini. Menurutnya, ada tiga hal utama sebagai kunci sukses aksi yakni penyelenggara, donasi, dan sistem. "Harus ada sistem, per kilogram sampah dihargai berapa, sampah dibawa kemana dan hal teknis lain," jelasnya.
Tak kalah penting pula, papar dia, penyelenggara harus pintar-pintar mencari sponsor untuk berdonasi alat tukar berupa beras. Dulu, saat aksi ini pertama kali dicetuskan, Made Janur kerap berdonasi dari banjar ke banjar, baik dari uang pribadi maupun sumbangsih pihak ketiga. Kini, diakui kesadaran pengusaha untuk berdonasi semakin tinggi. "Sudah banyak yang mandiri, ada juga yang menggunakan dana desa untuk program ini," jelasnya.
Namun diakui, upaya menggugah ara donatur harus tetap digalakkan. Seperti dilakukannya kini, menghimpun donasi dari sejumlah pengusaha di Bali, baik itu berupa dana maupun beras. "Bahkan ada satu pecinta lingkungan yang merayakan ulang tahunnya, pemberi hadiah disarankan memberikan beras atau uang. Untuk berdonasi di aksi plastik exchange," jelasnya.
Dia berharap, ke depan para pekaseh subak bisa terlihat. Karena tak dipungkiri, sawah di Bali saat ini sudah tercemar dengan serbuan sampah plastik. "Baru satu subak di Ubud yang tertarik dengan aksi ini. Kedepan akan kami pengaruhi subak-subak yang lain," ujarnya. Hal penting lain bagi Made Janur, aksi ini sudah berhasil mengedukasi masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan memilah sampah dari rumah tangga. *nvi
Made Janur mengapresiasi semakin banyak komunitas yang peduli dengan aksi ini. Menurutnya, ada tiga hal utama sebagai kunci sukses aksi yakni penyelenggara, donasi, dan sistem. "Harus ada sistem, per kilogram sampah dihargai berapa, sampah dibawa kemana dan hal teknis lain," jelasnya.
Tak kalah penting pula, papar dia, penyelenggara harus pintar-pintar mencari sponsor untuk berdonasi alat tukar berupa beras. Dulu, saat aksi ini pertama kali dicetuskan, Made Janur kerap berdonasi dari banjar ke banjar, baik dari uang pribadi maupun sumbangsih pihak ketiga. Kini, diakui kesadaran pengusaha untuk berdonasi semakin tinggi. "Sudah banyak yang mandiri, ada juga yang menggunakan dana desa untuk program ini," jelasnya.
Namun diakui, upaya menggugah ara donatur harus tetap digalakkan. Seperti dilakukannya kini, menghimpun donasi dari sejumlah pengusaha di Bali, baik itu berupa dana maupun beras. "Bahkan ada satu pecinta lingkungan yang merayakan ulang tahunnya, pemberi hadiah disarankan memberikan beras atau uang. Untuk berdonasi di aksi plastik exchange," jelasnya.
Dia berharap, ke depan para pekaseh subak bisa terlihat. Karena tak dipungkiri, sawah di Bali saat ini sudah tercemar dengan serbuan sampah plastik. "Baru satu subak di Ubud yang tertarik dengan aksi ini. Kedepan akan kami pengaruhi subak-subak yang lain," ujarnya. Hal penting lain bagi Made Janur, aksi ini sudah berhasil mengedukasi masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan memilah sampah dari rumah tangga. *nvi
1
Komentar