Bali Sudah Kehilangan Rp 77,6 Triliun
Wagub Cok Ace Pun Dorong 'Penguatan' Sektor Pertanian
BI sebut pada Triwulan III tahun 2020, ekonomi Bali tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen dibanding sebelumnya
DENPASAR, NusaBali
Bali kehilangan devisa sebesar 77,6 triliun selama 8 bulan terakhir, karena terpuruknya pariwisata akibat pandemi Covid-19. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), pun dorong penguatan sektor pertanian agar ke depan tak terulang keterpurukan serupa.
Hal tersebut disampaikan Cok Ace saat membuka kegiatan apresiasi dan evaluasi kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tahun 2019 yang dirangkaikan dengan Rakorwil TPID Bali-Nusra Tahun 2020, di Ballroom Hotel The Royal Pitamaha, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Kamis (12/11). Rakorwil TPID Bali-Nusra ini dihadiri pula Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra (selaku Ketua Harian TPID Bali) dan Bupati Bangli I Made Gianyar.
Cok Ace memaparkan, Bali mengalami kontraksi ekonomi paling hebat dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia akibat pandemi Covid-19. Masalahnya, Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata. Disebutkan, 54 persen produk domestik regional bruto (PDRB) Bali bersumber dari sektor pariwisata. Karena pariwisata terpuruk akibat Covid-19, kata Cok Ace, Bali kehilangan devisa Rp 9,7 triliun per bulan. “Dalam kurun 8 bulan terakhir, total Bali kehilangan devisa Rp 77,6 triliun,” jelas Cok Ace.
Menurut Cok Ace, hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi untuk menggenjot sektor alternatif selain pariwisata. Salah satu sektor alternatif yang harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, Cok Ace mendorong pemanfaatan teknologi pertanian. "Penerapan teknologi di bidang pertanian sangat penting untuk menarik minat generasi muda menekuni sektor ini," tegas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga Ketua BPD PHRI Bali ini.
Cok Ace berharap ke depan sektor pertanian bisa memberi kontribusi yang sama besar dengan pariwisata dan saling mendukung. "Jika kedua sektor ini bisa dijadikan lokomotif perekonomian secara imbang, saya yakin kita tidak akan menghadapi keterpurukan seperti sekarang," papar Cok Ace.
Wagub yang juga Guru Besar ISI Denpasar ini mengapresiasi berbagai upaya dan kerja keras yang ditunjukkan jajaran TPID Kabupaten/Kota se-Bali untuk menjaga stabilitas harga di daerah masing-masing. Atas kerja keras itu, Kabupaten Badung keluar sebagai juara kategori TPID Berprestasi pada ajang TPID Award Tahun 2020. Sedangkan TPID Kabupaten Bangli berhasil masuk nominasi pertama. Cok Ace berharap prestasi yang diraih Badung dan Bangli bisa memotivasi daerah lain dalam menjaga stabilitas harga di daerah masing-masing.
Dalam kesempatan itu, Cok Ace juga mengingatkan bahwa tantangan ke depan akan semakin berat dan membutuhkan penguatan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Terkait dengan upaya penguatan komitmen tersebut, Cok Ace mendukung pelaksanaan Rakorwil TPID Bali-Nusra. "Kegiatan ini adalah wujud konkrit penguatan peran TPID untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Cok Ace juga berharap kawasan Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang dipilih sebagai tempat Rakorwil TPID Bali-Nusra bisa memberikan vibrasi positif untuk menghasilkan keputusan terbaik. "Pertemuan di Kedewatan ini bisa memberikan vibrasi positif," kilah mantan Bupati Gianyar 2008-2013 yang dikenal sebagai pragina (penari) calonarang ini.
Sementara, Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, mengapresiasi pelaksanaan Rakorwil TPDI Bali-Nusra. Khusus kepada Badung dan Bangli yang berhasil raih penghargaan TPID Award, Dewa Indra berpesan agar capaian ini memberi dampak nyata bagi upaya pengendalian inflasi dan mampu mendorong penguatan ekonomi.
Dewa Indra menyebutkan, upaya pengendalian laju inflasi sejatinya telah berjalan cukup baik. Hanya saja, pandemi Covid-19 membuat perekonomian Bali mengalami kontraksi hebat. "Kontraksi terparah dialami Provinsi Bali, karena ekonominya sangat tergantung pada sektor pariwisata. Namun demikian, seluruh komponen tetap optimis untuk membangun kembali sektor perekonomian agar tak terpuruk makin dalam," tegas birokrat asal Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng ini.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, menyampaikan perekonomian Bali saat ini menghadapi situasi yang sangat sulit. Namun, Trisno menginformasikan pada Triwulan III tahun 2020 mulai ada tanda-tanda pergerakan. “Ekonomi Bali pada Triwulan III tahun 2020 tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya,” ungkap Trisno.
Walaupun belum bisa mengembalikan kondisi ekonomi seperti sebelum pandemi Covid-19, kata Trisni, perkembangan ini menumbuhkan optimisme bagi seluruh komponen untuk berusaha lebih baik lagi di Triwulan IV 2020.
Sedangkan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir, dalam paparan yang disampaikan secara virtual mengatakan pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, dengan tetap memperhatikan upaya pengendalian penyebaran Covid-19. Menurut Iskandar, tidak mungkin pemerintah hanya fokus pada bidang ekonomi dengan mengabaikan penanganan kesehatan. “Keduanya (ekonomi dan kesehatan, Red) harus sama-sama jalan. Itu yang terus diupayakan oleh pemerintah,” ujar Iskandar. *nat,k17
Hal tersebut disampaikan Cok Ace saat membuka kegiatan apresiasi dan evaluasi kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tahun 2019 yang dirangkaikan dengan Rakorwil TPID Bali-Nusra Tahun 2020, di Ballroom Hotel The Royal Pitamaha, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Kamis (12/11). Rakorwil TPID Bali-Nusra ini dihadiri pula Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra (selaku Ketua Harian TPID Bali) dan Bupati Bangli I Made Gianyar.
Cok Ace memaparkan, Bali mengalami kontraksi ekonomi paling hebat dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia akibat pandemi Covid-19. Masalahnya, Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata. Disebutkan, 54 persen produk domestik regional bruto (PDRB) Bali bersumber dari sektor pariwisata. Karena pariwisata terpuruk akibat Covid-19, kata Cok Ace, Bali kehilangan devisa Rp 9,7 triliun per bulan. “Dalam kurun 8 bulan terakhir, total Bali kehilangan devisa Rp 77,6 triliun,” jelas Cok Ace.
Menurut Cok Ace, hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi untuk menggenjot sektor alternatif selain pariwisata. Salah satu sektor alternatif yang harus digarap lebih serius adalah pertanian. Untuk menggairahkan sektor pertanian, Cok Ace mendorong pemanfaatan teknologi pertanian. "Penerapan teknologi di bidang pertanian sangat penting untuk menarik minat generasi muda menekuni sektor ini," tegas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga Ketua BPD PHRI Bali ini.
Cok Ace berharap ke depan sektor pertanian bisa memberi kontribusi yang sama besar dengan pariwisata dan saling mendukung. "Jika kedua sektor ini bisa dijadikan lokomotif perekonomian secara imbang, saya yakin kita tidak akan menghadapi keterpurukan seperti sekarang," papar Cok Ace.
Wagub yang juga Guru Besar ISI Denpasar ini mengapresiasi berbagai upaya dan kerja keras yang ditunjukkan jajaran TPID Kabupaten/Kota se-Bali untuk menjaga stabilitas harga di daerah masing-masing. Atas kerja keras itu, Kabupaten Badung keluar sebagai juara kategori TPID Berprestasi pada ajang TPID Award Tahun 2020. Sedangkan TPID Kabupaten Bangli berhasil masuk nominasi pertama. Cok Ace berharap prestasi yang diraih Badung dan Bangli bisa memotivasi daerah lain dalam menjaga stabilitas harga di daerah masing-masing.
Dalam kesempatan itu, Cok Ace juga mengingatkan bahwa tantangan ke depan akan semakin berat dan membutuhkan penguatan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Terkait dengan upaya penguatan komitmen tersebut, Cok Ace mendukung pelaksanaan Rakorwil TPID Bali-Nusra. "Kegiatan ini adalah wujud konkrit penguatan peran TPID untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Cok Ace juga berharap kawasan Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang dipilih sebagai tempat Rakorwil TPID Bali-Nusra bisa memberikan vibrasi positif untuk menghasilkan keputusan terbaik. "Pertemuan di Kedewatan ini bisa memberikan vibrasi positif," kilah mantan Bupati Gianyar 2008-2013 yang dikenal sebagai pragina (penari) calonarang ini.
Sementara, Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, mengapresiasi pelaksanaan Rakorwil TPDI Bali-Nusra. Khusus kepada Badung dan Bangli yang berhasil raih penghargaan TPID Award, Dewa Indra berpesan agar capaian ini memberi dampak nyata bagi upaya pengendalian inflasi dan mampu mendorong penguatan ekonomi.
Dewa Indra menyebutkan, upaya pengendalian laju inflasi sejatinya telah berjalan cukup baik. Hanya saja, pandemi Covid-19 membuat perekonomian Bali mengalami kontraksi hebat. "Kontraksi terparah dialami Provinsi Bali, karena ekonominya sangat tergantung pada sektor pariwisata. Namun demikian, seluruh komponen tetap optimis untuk membangun kembali sektor perekonomian agar tak terpuruk makin dalam," tegas birokrat asal Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng ini.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, menyampaikan perekonomian Bali saat ini menghadapi situasi yang sangat sulit. Namun, Trisno menginformasikan pada Triwulan III tahun 2020 mulai ada tanda-tanda pergerakan. “Ekonomi Bali pada Triwulan III tahun 2020 tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya,” ungkap Trisno.
Walaupun belum bisa mengembalikan kondisi ekonomi seperti sebelum pandemi Covid-19, kata Trisni, perkembangan ini menumbuhkan optimisme bagi seluruh komponen untuk berusaha lebih baik lagi di Triwulan IV 2020.
Sedangkan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir, dalam paparan yang disampaikan secara virtual mengatakan pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, dengan tetap memperhatikan upaya pengendalian penyebaran Covid-19. Menurut Iskandar, tidak mungkin pemerintah hanya fokus pada bidang ekonomi dengan mengabaikan penanganan kesehatan. “Keduanya (ekonomi dan kesehatan, Red) harus sama-sama jalan. Itu yang terus diupayakan oleh pemerintah,” ujar Iskandar. *nat,k17
1
Komentar