Kresna Budi Sebut Tawaran Maju Basa-basi
Disebut menolak tawaran partainya untuk maju ke Pilkada Buleleng 2017, Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Bali, Ida Gede Komang Kresna Budi, kecewa berat.
DENPASAR, NusaBali
Kresna Budi balik menuding DPD I Golkar Bali pimpinan Ketut Sudikerta tidak adil, karena menawari dirinya tiket tarung ke Pilkada Buleleng 2017 tanpa ada dukungan moril. Lagipula, tawaran itu juga dianggap hanya basa-basi belaka.
Kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (27/10), Kresna Budi mengakui dirinya tidak takut bertarung ke Pilkada Buleleng 2017. Namun, dirinya memutuskan tidak maju, karena untuk bertarung membutuhkan dana sangat besar. “Saya ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017, kayaknya juga nggak serius. Saya sebenarnya siap saja, tapi butuh dana Rp 20 miliar lho? Dimana saya cari anggaran sebesar itu?” papar Kresna Budi.
Yang aneh, kata Kresna Budi, kenapa DPD I Golkar Bali malah mem-back up penuh pasangan calon Independen, Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya (Paket Surya) di Buleleng? Padahal, jelas-jelas Paket Surya tidak memiliki anggaran. “Kalau mau adil, kan seharusnya kan saya yang tidak punya uang di-back up oleh partai. Kok malah Paket Surya yang didukung?” protes politisi Golkar asal Desa Liligundi, Kecamatan Buleleng ini.
Menurut Kresna Budi, dalam perhelatan politik seperti Pilkada, uang memang penting. Namun, uang terkadan bukan segalanya. “Buktinya, Paket Surya yang tidak punya dana, malah didukung. Kita maunya Golkar Bali juga sama rata perlakuannya kepada kader. Nggak urusan uang melulu,” sindir Kresna Budi.
Kresna Budi mengatakan, meskipun ada perpanjangan tahap pendaftaran pasangan calon yang dibuka KPU Buleleng, 28-30 Oktober 2016, dirinya memang tidak akan maju ke Pilkada 2017. Masalahnya, dia memang tidak punya biaya. “Dije ngalih pipis (Di mana cari duit, Red)? Saya cukup jadi wakil rakyat di DPRD Bali saja,” tegas Kresna Budi yang kini duduk di Komisi I DPRD Bali.
Sehari sebelumnya, Rabu (26/10), Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta menyatakan partainya tidak akan menjagukan calon saat perpanjangan pendaftaran di KPU Buleleng, 28-30 Oktober 2016 ini. Sebetulnya, kata Sudikerta, sejumlah kader pun telah ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017, tapi tidak ada yang mau tarung.
Mereka yang ditawari maju tarung mulai I Gede Sumarjaya Linggih alias Demer (politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang kini anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali), I Nyoman Sugawa Korry (politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kini Sekretaris DPD I Golkar Bali dan sekaligus menjabat Wakil Ketua DPRD Bali), hingga Ida Gede Komang Kresna Budi (anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi Golkar Dapil Buleleng).
“Demer saya tanya, tidak mau maju ke Pilkada 2017 dengan alasan mau nyalon 5 tahun ke depan. Sugawa Korry juga nggak mau, karena mau fokus di DPRD Bali,” ujar Sudikerta dalam jumpa pers di Ruang Fraksi Golkar DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Rabu siang.
Sementara itu, Ketut Sudikerta yang kembali dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kjemarin, mengatakan tiga kader Golkar yang ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017 yakni Demer, Sugawa Korry, dan Kresna Budi, memang tidak mau maju. Lagipula, hasil surveinya juga kalah dari incumbent Putu Agus Suradnyana (Calon Bupati Buleleng yang diusung PDIP bersama NasDem-Hanura-Gerindra-PPP) dan Dewa Nyoman Sukrawan (kandidat Cabup Buleleng yang akhirnya terpental dari pencalonan, karena kekurangan 235 KTP dukungan). “Survei mereka di bawah incumbent dan Dewa Sukrawan,” ungkap Sudikerta.
Menurut Sudikerta, maju tarung ke perhelatan Pilkada itu harus memiliki modal 3 O (otak, otot, ongkos). Sudikerta menyebutkan, untuk O pertama yakni otak, seorang pemimpin harus cerdas, memiliki visi misi yang jelas, serta ahli strategi. Untuk O kedua yakni otot, seorang calon pemimpin yang maju tarung ke Pilkada harus memiliki kekuatan diri dan kekuatan massa.
Sedangkan O yang ketiga yakni ongkos, seorang calon pemimpin yang tarung Pilkada harus punya kekuatan finansial. “Ongkos ini adalah dana untuk membiayai semua kebutuhan logistik, mulai dari saksi-saksi di TPS hingga biaya operasional lainnya,” kata Sudikerta. “Jadi, untuk tarung Pilkada harus punya otak, otot, dan ongkos. Kalau tidak punya 3 O, diam saja sudah,” lanjut politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang notabene merupakan kakak ipar IGK Kresna Budi ini. nat
Kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (27/10), Kresna Budi mengakui dirinya tidak takut bertarung ke Pilkada Buleleng 2017. Namun, dirinya memutuskan tidak maju, karena untuk bertarung membutuhkan dana sangat besar. “Saya ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017, kayaknya juga nggak serius. Saya sebenarnya siap saja, tapi butuh dana Rp 20 miliar lho? Dimana saya cari anggaran sebesar itu?” papar Kresna Budi.
Yang aneh, kata Kresna Budi, kenapa DPD I Golkar Bali malah mem-back up penuh pasangan calon Independen, Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya (Paket Surya) di Buleleng? Padahal, jelas-jelas Paket Surya tidak memiliki anggaran. “Kalau mau adil, kan seharusnya kan saya yang tidak punya uang di-back up oleh partai. Kok malah Paket Surya yang didukung?” protes politisi Golkar asal Desa Liligundi, Kecamatan Buleleng ini.
Menurut Kresna Budi, dalam perhelatan politik seperti Pilkada, uang memang penting. Namun, uang terkadan bukan segalanya. “Buktinya, Paket Surya yang tidak punya dana, malah didukung. Kita maunya Golkar Bali juga sama rata perlakuannya kepada kader. Nggak urusan uang melulu,” sindir Kresna Budi.
Kresna Budi mengatakan, meskipun ada perpanjangan tahap pendaftaran pasangan calon yang dibuka KPU Buleleng, 28-30 Oktober 2016, dirinya memang tidak akan maju ke Pilkada 2017. Masalahnya, dia memang tidak punya biaya. “Dije ngalih pipis (Di mana cari duit, Red)? Saya cukup jadi wakil rakyat di DPRD Bali saja,” tegas Kresna Budi yang kini duduk di Komisi I DPRD Bali.
Sehari sebelumnya, Rabu (26/10), Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta menyatakan partainya tidak akan menjagukan calon saat perpanjangan pendaftaran di KPU Buleleng, 28-30 Oktober 2016 ini. Sebetulnya, kata Sudikerta, sejumlah kader pun telah ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017, tapi tidak ada yang mau tarung.
Mereka yang ditawari maju tarung mulai I Gede Sumarjaya Linggih alias Demer (politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang kini anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali), I Nyoman Sugawa Korry (politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kini Sekretaris DPD I Golkar Bali dan sekaligus menjabat Wakil Ketua DPRD Bali), hingga Ida Gede Komang Kresna Budi (anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi Golkar Dapil Buleleng).
“Demer saya tanya, tidak mau maju ke Pilkada 2017 dengan alasan mau nyalon 5 tahun ke depan. Sugawa Korry juga nggak mau, karena mau fokus di DPRD Bali,” ujar Sudikerta dalam jumpa pers di Ruang Fraksi Golkar DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Rabu siang.
Sementara itu, Ketut Sudikerta yang kembali dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kjemarin, mengatakan tiga kader Golkar yang ditawari maju ke Pilkada Buleleng 2017 yakni Demer, Sugawa Korry, dan Kresna Budi, memang tidak mau maju. Lagipula, hasil surveinya juga kalah dari incumbent Putu Agus Suradnyana (Calon Bupati Buleleng yang diusung PDIP bersama NasDem-Hanura-Gerindra-PPP) dan Dewa Nyoman Sukrawan (kandidat Cabup Buleleng yang akhirnya terpental dari pencalonan, karena kekurangan 235 KTP dukungan). “Survei mereka di bawah incumbent dan Dewa Sukrawan,” ungkap Sudikerta.
Menurut Sudikerta, maju tarung ke perhelatan Pilkada itu harus memiliki modal 3 O (otak, otot, ongkos). Sudikerta menyebutkan, untuk O pertama yakni otak, seorang pemimpin harus cerdas, memiliki visi misi yang jelas, serta ahli strategi. Untuk O kedua yakni otot, seorang calon pemimpin yang maju tarung ke Pilkada harus memiliki kekuatan diri dan kekuatan massa.
Sedangkan O yang ketiga yakni ongkos, seorang calon pemimpin yang tarung Pilkada harus punya kekuatan finansial. “Ongkos ini adalah dana untuk membiayai semua kebutuhan logistik, mulai dari saksi-saksi di TPS hingga biaya operasional lainnya,” kata Sudikerta. “Jadi, untuk tarung Pilkada harus punya otak, otot, dan ongkos. Kalau tidak punya 3 O, diam saja sudah,” lanjut politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang notabene merupakan kakak ipar IGK Kresna Budi ini. nat
Komentar