Berobsesi Lestarikan Kura-kura Liar
Warga Desa Peliatan Tata Tukad Emas
GIANYAR, NusaBali
Warga Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, kini sedang gencar membenahi lingkungan sekitar.
Selain aktif membuat biopori (lubang resapan air) di kawasan pura dan perumahan, warga kini menata aliran sungai. Penataan untuk mempercantik alur Tukad Emas, Peliatan, sepanjang 1,5 km. Warga juga berobsesi melestarikan Kura-kura yang hidup liar di alur tukad tersebut. Tukad dengan ciri khas berair bening ini diproyeksikan jadi tempat rekreasi bagi warga sekitar. Lebih-lebih nanti bisa jadi daya tarik wisata. Akses masuk ke Tukad khususnya dari wilayah Banjar Tengah, Desa Peliatan, kini sedang diukir.
Salah satu warga sekaligus koordinator penataan, I Wayan Sudiarta menjelaskan angan-angan penataan sudah diimpikan sejak beberapa tahun lalu. Namun baru dilakukan di masa pandemi Covid-19 karena warga leluasa bisa bergotongroyong. "Banyak kenangan manis tempo dulu di tukad ini. Namun perlahan sirna karena ulah oknum yang sering buang sampah sembarangan. Bahkan sampai terjadi sedimentasi tukad sedalam satu meteran," ungkapnya, Kamis (12/11).
Dijelaskan, aliran Tukad Emas memang tidak terlalu besar, namun berair bening. Hal itu disebabkan di ujung utara terdapat sumber mata air dari rembesan akar pohon dan bulakan (sumber mata air,Red). Selama penataan, dia bersama kelompok warga mengedukasi masyarakat setempat, agar tidak lagi membuang sampah ke sungai.
“Saat penataan, kami temukan banyak Kura-kura di sini. Akhirnya, kami putuskan lokasi ini jadi tempat penangkaran Kura- kura. Kemudian menjadi tema utama di sini. Mulai dibuatkan patung Kura -kura dan kolam penangkaran Kura-kura. Setelah setahun nanti, Kura-kura akan kami lepas di sungai ini,’’ jelasnya.
Sudiarta mengharapkan, tema penataan sungai yakni pelestarian Kura-kura ini akan sangat bernilai konservasi. Karena Kura-kura sangat bagus berhabitat di sungai dan menjadi tontonan yang atraktif. Selain itu, di lokasi tersebut terdapat sumber mata air. Warga menyebut Blakan Tirta Emas karena berlokasi di Tukad Emas.
Penataan alur sungai itu juga dimanfaatkan warga untuk jalan-jalan. Sebab nantinya jalan itu akan tembus ke banjar tetangga, yang juga aktif menata sungai. Jalur ini bisa untuk tracking jalur pendek, refresh memori masa dulu. Selain airnya masih bersih.
‘’Tahap ini kami ingin membuat bahagia di rumah sendiri. Jika ada warga lain akan memanfaatkan tempat ini untuk rekreasi, silakan. Atau pun inovasi lanjutan jadi sumber pendapatan itu, bukan hal mustahil,” papar seniman lukis ini.
Disinggung tentang banyak rumah warga di alur sungai tersebut, Sudiarta mengaku kini tidak ada lagi warga membuang sampah ke sungai, meski pun sungai ada di halaman belakang. Saat ini warga sudah menitip sampah pada armada angkutan sampah milik desa. Sampah non organik itu bisa dipilah, ditukarkan, dan ditabung pada bank sampah. Sementara sampah organik dikelola di rumah masing-masing. “Warga sudah sadar tidak ada sampah lagi masuk sini. Sampah baru maksudnya, kadang ada juga warga luar usil biasanya cari waktu malam, dibungkus sampahnya langsung lempar dari jembatan,” sambungnya. Dia berharap dengan penataan sungai itu, warga lain desa semakin sadar juga untuk menjaga lingkungan agar tetap asri, bersih, dan sehat. *nvi
Salah satu warga sekaligus koordinator penataan, I Wayan Sudiarta menjelaskan angan-angan penataan sudah diimpikan sejak beberapa tahun lalu. Namun baru dilakukan di masa pandemi Covid-19 karena warga leluasa bisa bergotongroyong. "Banyak kenangan manis tempo dulu di tukad ini. Namun perlahan sirna karena ulah oknum yang sering buang sampah sembarangan. Bahkan sampai terjadi sedimentasi tukad sedalam satu meteran," ungkapnya, Kamis (12/11).
Dijelaskan, aliran Tukad Emas memang tidak terlalu besar, namun berair bening. Hal itu disebabkan di ujung utara terdapat sumber mata air dari rembesan akar pohon dan bulakan (sumber mata air,Red). Selama penataan, dia bersama kelompok warga mengedukasi masyarakat setempat, agar tidak lagi membuang sampah ke sungai.
“Saat penataan, kami temukan banyak Kura-kura di sini. Akhirnya, kami putuskan lokasi ini jadi tempat penangkaran Kura- kura. Kemudian menjadi tema utama di sini. Mulai dibuatkan patung Kura -kura dan kolam penangkaran Kura-kura. Setelah setahun nanti, Kura-kura akan kami lepas di sungai ini,’’ jelasnya.
Sudiarta mengharapkan, tema penataan sungai yakni pelestarian Kura-kura ini akan sangat bernilai konservasi. Karena Kura-kura sangat bagus berhabitat di sungai dan menjadi tontonan yang atraktif. Selain itu, di lokasi tersebut terdapat sumber mata air. Warga menyebut Blakan Tirta Emas karena berlokasi di Tukad Emas.
Penataan alur sungai itu juga dimanfaatkan warga untuk jalan-jalan. Sebab nantinya jalan itu akan tembus ke banjar tetangga, yang juga aktif menata sungai. Jalur ini bisa untuk tracking jalur pendek, refresh memori masa dulu. Selain airnya masih bersih.
‘’Tahap ini kami ingin membuat bahagia di rumah sendiri. Jika ada warga lain akan memanfaatkan tempat ini untuk rekreasi, silakan. Atau pun inovasi lanjutan jadi sumber pendapatan itu, bukan hal mustahil,” papar seniman lukis ini.
Disinggung tentang banyak rumah warga di alur sungai tersebut, Sudiarta mengaku kini tidak ada lagi warga membuang sampah ke sungai, meski pun sungai ada di halaman belakang. Saat ini warga sudah menitip sampah pada armada angkutan sampah milik desa. Sampah non organik itu bisa dipilah, ditukarkan, dan ditabung pada bank sampah. Sementara sampah organik dikelola di rumah masing-masing. “Warga sudah sadar tidak ada sampah lagi masuk sini. Sampah baru maksudnya, kadang ada juga warga luar usil biasanya cari waktu malam, dibungkus sampahnya langsung lempar dari jembatan,” sambungnya. Dia berharap dengan penataan sungai itu, warga lain desa semakin sadar juga untuk menjaga lingkungan agar tetap asri, bersih, dan sehat. *nvi
Komentar