Ternyata! Cuaca Panas dan Gerah Akibat Radiasi Matahari
MANGUPURA, NusaBali
Dalam beberapa hari belakangan ini, masyarakat di Bali sering merasakan panas dan gerah.
Hal ini teryata disebabkan oleh posisi matahari sudah berada di Belahan Bumi Selatan (BBS). Selain itu, kondisi cuaca saat ini cenderung cerah, sehingga radiasi matahari masuk tanpa penghalang awan. Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, Imam Fatchurochman, mengatakan kondisi panas dan gerah yang terjadi belakangan ini disebabkan kondisi di Pulau Dewata yang cenderung cerah berawan.
Sehingga, pancaran sinar matahari itu masuk tanpa terhalang. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat kerap merasakan panas dan gerah. "Selain karena kondisi cerah, faktor lainnya karena saat ini matahari sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan). Sehingga, menyebabkan matahari lumayan terasa panas," bebernya, Jumat (13/11)
Lebih jauh dijelaskannya, sebagaimana diprediksikan BBMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari menyebabkan cuaca terasa panas dan gerah. Menurut dia, kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembapannya. Faktor ini juga yang menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya.
"Kondisi ini bukan hal yang langka, namun sering terjadi. Jadi, kalau siangnya cerah dan sore berawan, maka pasti akan gerah. Hal ini dikarenakan panas bumi yang terhalang awan," terangnya. Masih menurut Fatchurochman, fenomena ini merupakan indikasi dari proses perubahan iklim yang sedang terjadi dan perlu untuk lebih diantisipasi ataupun dimitigasi, mengingat peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem menimbulkan dampak makin parah dalam kehidupan manusia, antara lain makin seringnya terjadi bencana hidrometeorologi, baik berupa banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar. "Untuk kondisi matahari berada di BBS ini terjadi pada Bulan September - Desember - Maret," ungkapnya. *dar
Sehingga, pancaran sinar matahari itu masuk tanpa terhalang. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat kerap merasakan panas dan gerah. "Selain karena kondisi cerah, faktor lainnya karena saat ini matahari sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan). Sehingga, menyebabkan matahari lumayan terasa panas," bebernya, Jumat (13/11)
Lebih jauh dijelaskannya, sebagaimana diprediksikan BBMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari menyebabkan cuaca terasa panas dan gerah. Menurut dia, kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembapannya. Faktor ini juga yang menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya.
"Kondisi ini bukan hal yang langka, namun sering terjadi. Jadi, kalau siangnya cerah dan sore berawan, maka pasti akan gerah. Hal ini dikarenakan panas bumi yang terhalang awan," terangnya. Masih menurut Fatchurochman, fenomena ini merupakan indikasi dari proses perubahan iklim yang sedang terjadi dan perlu untuk lebih diantisipasi ataupun dimitigasi, mengingat peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem menimbulkan dampak makin parah dalam kehidupan manusia, antara lain makin seringnya terjadi bencana hidrometeorologi, baik berupa banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar. "Untuk kondisi matahari berada di BBS ini terjadi pada Bulan September - Desember - Maret," ungkapnya. *dar
Komentar