Terkait Mahapatih Gajah Mada, Konsep Panunggalan Jawa dan Bali
Pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan, Gianyar
Lokasi pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar dulunya merupakan pusat Kerajaan Linggarsa Pura sebelum keraton dipindah ke Klungkung
GIANYAR, NusaBali
Ida Sri Bhagawan Sabda Murthi Dharma Kerti Maha Putra Manuaba, sulinggih dari Pasraman Pulakerti Denpasar, tengah membangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Pusat Kerajaan Linggarsa Pura, kaswasan Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar. Pembangunan kawitan yang terkait dengan Mahapatih Gajah Mada ini menganut konsep panunggalan Jawa dan Bali.
Proses pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan yang dilakukan Ida Sri Bhawasan Sabda Murthi Dharma Kerti Maha Putra Manuaba di Samplangan ini baru berjalan sekitar 4 bulan. Saat ini, baru dibangun 3 palinggih (bangunan suci), yakni Padmasana, Prasada Sanghyang Eka Twa Dalem Sri Kresna Kepakisan bertumpang setinggi 7 meter, dan Penyarikan. Selain itu, juga dibangun sebuah Pranala sebagai tempat pemujaan Mahapatih Gajah Mada.
Pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini ditarget rampung pada rahina Buda Kliwon Matal, Rabu, 25 November 2020 depan. "Tempat ini akan diupacarai Tawur Balik Sumpah. Tiga hari kemudian digelar upacara Nilawati,” terang Ida Sari Bhagawan Sabda Murti saat ditemui NusaBali di lokasi pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan, Selasa (3/11) lalu.
Sedangkan upacara Pamelaspas Ngenteg Linggih akan dilaksanakan tepat Purnamaning Kanem pada Soma Kliwon, Uye, Senin, 30 November 2020 mendatang. Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, prosesi upacara akan nyejer sampai 7 Desember 2020 mendatang. "Akan ada 17 sulinggih yang muput secara bergilir," katanya.
Banyak cerita unik dan mistis di balik pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini. Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, semua berawal dari wangsit (petunjuk niskala) berkaitan dengan sejarah dan Babad Dalem. Di antaranya, keberadaan sebuah gumukan tanah di lokasi yang diyakini sebagai makam abu Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan, keberadaan Pura Dalem Pingit, dan sejumlah pancoran.
Ida Sri Bhagawan Sabta Murti menjelaskan, lahan di Sampalangan yang kini dibangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan luasnya mencapai 2 hektare. Lahan ini merupakan tanah sawah milik warga setempat yang merantau ke Lombok, NTB sebagai dosen sebuah perguruan tinggi.
Lokasi pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini diapit oleh dua aliran sungai besar, yakni Tukad Sangsang (di sisi barat) dan Tukad Cangkir (di sisi timur). Tempat ini diyakini berkaitan dengan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada, dari Kerajaan Majapahit, untuk mempersatukan Nusantara.
Disebutkan, Mahapatih Gajah Mada menginjakkan kaki pertamanya di Bali di kawasanKelurahan Samplangan. Setelah menempuh perjalanan laut dari Jawa Timur, Mahapatih Gajah Mada menepi di Pantai Lebih (Desa Lebih, Kecamatan Gianyar), kemudian menyusuri Tukad Sangsang menuju kawasan Samplangan.
"Mahapatih Gajah Mada tiba di Pura Dalem Pingit, yang merupakan tempat pertama menginjakkan kaki di Bali. Kemudian, datang ke sini (Samplangan) untuk membangun perkemahan," jelas Ida Sri Bhagawan Sabda Murti.
Dalam area perkemahan di Samplangan inilah Mahapatih Gajah Mada melakukan penyelidikan terhadap Kerajaan Bedahulu---penguasa Bali kala itu dengan Patih Kebo Iwa. "Setelah Kerajaan Bedahulu runtuh, selanjutnya datang Adipati Sri Kresna Kepakisan yang diperintahkan untuk menjadi Raja di Bali. Sejak itu, area perkemahan diubah menjadi keraton atau Kerajaan Linggarsa Pura, Kerajaan Bali Tengah," ungkap sulinggih asal Banjar Tarukan, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini.
Seiring perjalanan waktu, kata Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, keturunan Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan pindah ke Klungkung. "Sedangkan lokasi di sini (Pusat Kerajaan Linggarsa Pura di Sampangan, Red) tidak dihiraukan lagi," papar sulinggih yang pensiunan Reserse Polda Bali tahun 1993 ini.
Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, keraton di Samplangan yang dulunya megah, lambat laun mulai hancur karena tanpa penghuni, hingga akhirnya menjadi area persawahan. Dalam satu kesempatan, Ida Sri Bhagawan Sabda Murti mendapat petunjuk niskala agar Pusat Kerajaan Linggarsa Pura di Samplangan dibangun kembali.
"Ratu juga membaca Babad Dalem untuk memastikan, ternyata pas. Itu sebabnya, Ratu merasa terpanggil untuk membangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di sini. Ratu diminta untuk mengingatkan keturunan Dalem bahwa tempat inilah asal muasal Beliau (Sri Kresna Kepakisan, Red) ada di Bali, " jelas Ida Sri Bhagawan Sabda Murti.
Yang menarik, Palinggih Prasada yang dibangun di Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan menyatukan konsep Jawa-Bali, wujud panunggalan Majapahit-Bali. "Prasada ini menjulang ke atas, tapi bukan tumpang. Ini panunggalan Majapahit dan Bali," katanya. *nvi
Ida Sri Bhagawan Sabda Murthi Dharma Kerti Maha Putra Manuaba, sulinggih dari Pasraman Pulakerti Denpasar, tengah membangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Pusat Kerajaan Linggarsa Pura, kaswasan Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar. Pembangunan kawitan yang terkait dengan Mahapatih Gajah Mada ini menganut konsep panunggalan Jawa dan Bali.
Proses pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan yang dilakukan Ida Sri Bhawasan Sabda Murthi Dharma Kerti Maha Putra Manuaba di Samplangan ini baru berjalan sekitar 4 bulan. Saat ini, baru dibangun 3 palinggih (bangunan suci), yakni Padmasana, Prasada Sanghyang Eka Twa Dalem Sri Kresna Kepakisan bertumpang setinggi 7 meter, dan Penyarikan. Selain itu, juga dibangun sebuah Pranala sebagai tempat pemujaan Mahapatih Gajah Mada.
Pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini ditarget rampung pada rahina Buda Kliwon Matal, Rabu, 25 November 2020 depan. "Tempat ini akan diupacarai Tawur Balik Sumpah. Tiga hari kemudian digelar upacara Nilawati,” terang Ida Sari Bhagawan Sabda Murti saat ditemui NusaBali di lokasi pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan, Selasa (3/11) lalu.
Sedangkan upacara Pamelaspas Ngenteg Linggih akan dilaksanakan tepat Purnamaning Kanem pada Soma Kliwon, Uye, Senin, 30 November 2020 mendatang. Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, prosesi upacara akan nyejer sampai 7 Desember 2020 mendatang. "Akan ada 17 sulinggih yang muput secara bergilir," katanya.
Banyak cerita unik dan mistis di balik pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini. Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, semua berawal dari wangsit (petunjuk niskala) berkaitan dengan sejarah dan Babad Dalem. Di antaranya, keberadaan sebuah gumukan tanah di lokasi yang diyakini sebagai makam abu Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan, keberadaan Pura Dalem Pingit, dan sejumlah pancoran.
Ida Sri Bhagawan Sabta Murti menjelaskan, lahan di Sampalangan yang kini dibangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan luasnya mencapai 2 hektare. Lahan ini merupakan tanah sawah milik warga setempat yang merantau ke Lombok, NTB sebagai dosen sebuah perguruan tinggi.
Lokasi pembangunan Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan ini diapit oleh dua aliran sungai besar, yakni Tukad Sangsang (di sisi barat) dan Tukad Cangkir (di sisi timur). Tempat ini diyakini berkaitan dengan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada, dari Kerajaan Majapahit, untuk mempersatukan Nusantara.
Disebutkan, Mahapatih Gajah Mada menginjakkan kaki pertamanya di Bali di kawasanKelurahan Samplangan. Setelah menempuh perjalanan laut dari Jawa Timur, Mahapatih Gajah Mada menepi di Pantai Lebih (Desa Lebih, Kecamatan Gianyar), kemudian menyusuri Tukad Sangsang menuju kawasan Samplangan.
"Mahapatih Gajah Mada tiba di Pura Dalem Pingit, yang merupakan tempat pertama menginjakkan kaki di Bali. Kemudian, datang ke sini (Samplangan) untuk membangun perkemahan," jelas Ida Sri Bhagawan Sabda Murti.
Dalam area perkemahan di Samplangan inilah Mahapatih Gajah Mada melakukan penyelidikan terhadap Kerajaan Bedahulu---penguasa Bali kala itu dengan Patih Kebo Iwa. "Setelah Kerajaan Bedahulu runtuh, selanjutnya datang Adipati Sri Kresna Kepakisan yang diperintahkan untuk menjadi Raja di Bali. Sejak itu, area perkemahan diubah menjadi keraton atau Kerajaan Linggarsa Pura, Kerajaan Bali Tengah," ungkap sulinggih asal Banjar Tarukan, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini.
Seiring perjalanan waktu, kata Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, keturunan Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan pindah ke Klungkung. "Sedangkan lokasi di sini (Pusat Kerajaan Linggarsa Pura di Sampangan, Red) tidak dihiraukan lagi," papar sulinggih yang pensiunan Reserse Polda Bali tahun 1993 ini.
Menurut Ida Sri Bhagawan Sabda Murti, keraton di Samplangan yang dulunya megah, lambat laun mulai hancur karena tanpa penghuni, hingga akhirnya menjadi area persawahan. Dalam satu kesempatan, Ida Sri Bhagawan Sabda Murti mendapat petunjuk niskala agar Pusat Kerajaan Linggarsa Pura di Samplangan dibangun kembali.
"Ratu juga membaca Babad Dalem untuk memastikan, ternyata pas. Itu sebabnya, Ratu merasa terpanggil untuk membangun Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di sini. Ratu diminta untuk mengingatkan keturunan Dalem bahwa tempat inilah asal muasal Beliau (Sri Kresna Kepakisan, Red) ada di Bali, " jelas Ida Sri Bhagawan Sabda Murti.
Yang menarik, Palinggih Prasada yang dibangun di Kawitan Dinasti Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samplangan menyatukan konsep Jawa-Bali, wujud panunggalan Majapahit-Bali. "Prasada ini menjulang ke atas, tapi bukan tumpang. Ini panunggalan Majapahit dan Bali," katanya. *nvi
Komentar