Dukung Anak Didik saat Pandemi, Desa Cepaka Belajar di Balai Banjar
TABANAN, NusaBali
Mendukung pembelajaran anak didik terutama jenjang sekolah dasar di tengah pandemi Covid-19, Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan, menerapkan pembelajaran informal dengan memanfaatkan balai banjar.
Di pembelajaran informal ini anak didik diajak belajar kelompok skala kecil. Belajar informal ini dilakukan di empat banjar yang ada di Desa Cepaka yakni Banjar Batan Duren, Banjar Lalang Pasek, Banjar Pande, dan Banjar Cepaka. Bahkan untuk mendukung pembelajaran agar tetap berkualitas, di empat balai banjar ini sudah dilengkapi wifi gratis yang dibiayai Desa Cepaka.
Perbekel Cepaka I Ketut Tedja menjelaskan konsep belajar dengan memanfaatkan balai banjar dibuat untuk mendukung pendidikan anak di Desa Cepaka khususnya pendidikan dasar. “Kita ketahui pendidikan dasar itu sangat penting, jangan sampai pendidikan dasar ini dianggap enteng. Jika dianggap enteng maka satu generasi pendidikan dasarnya bisa sia-sia,” kata Ketut Tedja, Rabu (18/11).
Berbekal dari pemikiran itulah akhirnya Desa Cepaka membuat program yang dinamakan budaya belajar dengan memanfaatkan balai banjar. Dimana di pendidikan informal ini anak didik di Desa Cepaka dibantu belajar mengerjakan tugas yang diberikan selama pembelajaran daring. “Kami bekerjasama dengan mahasiswa dalam membuat program budaya belajar ini,” ungkap Ketut Tedja.
Menurut Ketut Tedja, pembelajaran informal tersebut sudah dilakukan selama sebulan di empat banjar yang ada di Desa Cepaka. Mekanismenya mengambil jadwal seminggu 3 – 4 kali mulai dari pukul 16.00 – 18.00 Wita.
Mahasiswa yang diajak bekerjasama dalam membantu pembelajaran informal ini berjumlah 17 orang. “Respons orangtua dan anak-anak sangat senang dengan adanya program belajar informal ini,” imbuhnya.
Nantinya program ini akan dilakukan berkelanjutan. Tak hanya mengajak mahasiswa, tetapi juga mengajak karang taruna yang ikut menjadi relawan mencerdaskan anak-anak Desa Cepaka. “Yang belajar ke balai banjar tidak harus anak SD, kalau ada anak SMP juga bisa ikut, pasti dibantu oleh mahasiswa yang kami ajak kerjasama,” kucap Ketut Tedja.
Ketut Tedja menambahkan, arah ke depan jika hasil dari pembelajaran informal berdampak luas, maka akan dilengkapi dengan pembelajaran ekstrakurikuler seperti melukis dan lain-lain. “Kami harapkan nanti Desa Cepaka menjadi desa yang memiliki budaya belajar. Kami tidak ingin belajar nanti dijadikan beban, tetapi dinikmati,” tandas Ketut Tedja. *des
Perbekel Cepaka I Ketut Tedja menjelaskan konsep belajar dengan memanfaatkan balai banjar dibuat untuk mendukung pendidikan anak di Desa Cepaka khususnya pendidikan dasar. “Kita ketahui pendidikan dasar itu sangat penting, jangan sampai pendidikan dasar ini dianggap enteng. Jika dianggap enteng maka satu generasi pendidikan dasarnya bisa sia-sia,” kata Ketut Tedja, Rabu (18/11).
Berbekal dari pemikiran itulah akhirnya Desa Cepaka membuat program yang dinamakan budaya belajar dengan memanfaatkan balai banjar. Dimana di pendidikan informal ini anak didik di Desa Cepaka dibantu belajar mengerjakan tugas yang diberikan selama pembelajaran daring. “Kami bekerjasama dengan mahasiswa dalam membuat program budaya belajar ini,” ungkap Ketut Tedja.
Menurut Ketut Tedja, pembelajaran informal tersebut sudah dilakukan selama sebulan di empat banjar yang ada di Desa Cepaka. Mekanismenya mengambil jadwal seminggu 3 – 4 kali mulai dari pukul 16.00 – 18.00 Wita.
Mahasiswa yang diajak bekerjasama dalam membantu pembelajaran informal ini berjumlah 17 orang. “Respons orangtua dan anak-anak sangat senang dengan adanya program belajar informal ini,” imbuhnya.
Nantinya program ini akan dilakukan berkelanjutan. Tak hanya mengajak mahasiswa, tetapi juga mengajak karang taruna yang ikut menjadi relawan mencerdaskan anak-anak Desa Cepaka. “Yang belajar ke balai banjar tidak harus anak SD, kalau ada anak SMP juga bisa ikut, pasti dibantu oleh mahasiswa yang kami ajak kerjasama,” kucap Ketut Tedja.
Ketut Tedja menambahkan, arah ke depan jika hasil dari pembelajaran informal berdampak luas, maka akan dilengkapi dengan pembelajaran ekstrakurikuler seperti melukis dan lain-lain. “Kami harapkan nanti Desa Cepaka menjadi desa yang memiliki budaya belajar. Kami tidak ingin belajar nanti dijadikan beban, tetapi dinikmati,” tandas Ketut Tedja. *des
1
Komentar