Ngaben Besar Pertama dalam 9 Tahun, Digelar untuk Tangkal Hama Tikus
Pemkab Badung Laksanakan Upacara Ngaben Bikul Sarwa Preteka di Pantai Seseh, Desa Cemagi
Ada 300 bangkai tikus yang diabenkan dalam ngaben bikul tingkatan sarwa preteka, Kamis kemarin. Ratusan bikul tersebut merupakan hasil maboros (berburu) di masing-masing subak wilayah Kabupaten Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Pemkab Badung melaksanakan upacara ngaben bikul (tikus) di Pantai Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung pada Wraspati Wage Medangkungan, Kamis (19/11). Ini untuk kali pertama digelar ngaben bikul skala besar sejak 9 tahun terakhir, sebagai upaya niskala untuk tangkal hama tikus yang mengganggu tanaman pertanian.
Rangkaian upacara ngaben bikul di Pantai Seseh, Kamis kemarin, dimulai pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Ngaben bikul tingkatan upacara sarwa preteka (bebangkit 5) ini dipuput Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron, sulinggih dari Griya Agung Mandara, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung.
Prosesi ngaben bikul ini tidak ubahnya ngaben umumnya untuk manusia. Ngaben bikul juga menggunakan bade. Di dalam bade itulah berisi 300 bangkai tikus yang sebelumnya sudah melalui serangkaian upacara. Bade disiunggi oleh pekaseh perwakilan dari sedahan subak, selain juga melibatkan beberapa panitia. Bade disunggi berkeliling tiga kali di Pantai Seseh, lalu dibawa ke tempat perabuan yang sudah disengker untuk selanjutnya dibakar.
Sehari sbelum puncak upacara ngaben bikul, Pemkab Badung melalui Dinas Kebudayaan telah melaksanakan prosesi ngeringkes yang bermakna untuk menyucikan tikus pada Buda Pon Medangkungan, Rabu (18/11).
Prossi puncak ngaben tikus di Pantai Seseh kemarin dihadiri langsung Sekda Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa, Kadis Kebudayaan Badung Gde Eka Sudarwita, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) dan Pasedahan Agung Badung I Made Sutama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, Kadis Perikanan Badung I Nyoman Suardana, Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adiputra, Camat Mengwi I Nyoman Suhartana, Camat Petang I Wayan Darma, Camat Abiansemal IB Mas Arimbawa, Bendesa Adat Seseh I Wayan Bawa, dan para Pekaseh se-Kabupaten Badung.
Kadis Kebudayaan Badung, Gde Eka Sudarwita, mengatakan ini untuk kali pertama dalam kurun 9 tahun terakhir digelar upacara ngaben bikul dengan tingkatan sarwa preteka. “Terakhir, ngaben bikul tingkatan ini dilaksanakan tahun 2011 silam,” terang Eka Sudarwita.
Menurut Eka Sudarwita, setiap tahun memang dilakukan ngaben bikul, namun dengan tingkatan kecil. Biasanya, ngaben bikul rutin tahunan digelar di Pura Subak masing-masing.
Sedangkan Ketua Panitia Upacara Ngaben Bikul, IB Gede Arjana, mengatakan ngaben bikul tingkatan sarwa preteka kali ini dilaksanakan karena adanya serangan hama tikus di Kabupaten Badung. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, total lahan yang terkena dampak hama tikus sekitar 107 hektare dari total luas lahan sawah di Gumi Keris yang mencapai 9.593 hektare.
“Hari ini kita melaksanakan upacara ngaben bikul tingkatan sarwa preteka, agar alam di wewidangan subak bisa harmonis. Diharapkan dengan adanya upacara ini, Badung kembali harmonis, rahayu rahajeng antara pelemahan dan pawongannya, tidakl lagi diserang hama tikus,” papar Arjana.
Sementara, Majelis Madya Subak Kabupaten Badung, Made Suka, menerangkan persiapan upacara ngaben bikul ini sudah dilakukan sejak 11 November 2020, diawali dengan prosesi matur piuning di semua Pura Subak yang ada di Kabupaten Badung. Ada total 215 subak di Badung, terdiri dari 121 Subak Yeh dan 94 Subak Abian.
Setelah matur piuning itu, dilakukan kegiatan meboros bikul. Jadi, bikul mati hasil maboros dikumpulkan di masing-masing subak untuk kemudian dibawa ke lokasi upacara ngaben bikul ini buat diabenkan. “Ada sekitar 300 bangkai tikus dikumpulkan untuk diabenkan hari ini (kemarin),” kata Made Suka.
Setelah ngaben bikul kemarin, selanjutnya dilakukan ritual nunas tirta. “Tirta penyapuh merana yang dibagikan di lokasi upacara akan didistribusikan oleh sedahan subak di setiap kecamatan kepada para kelian subak, sehingga petani cukup nunas tirta di Pura Bedugul Subak masing-masing,” katanya.
Sementara itu, Sekda Kabupaten Badung, Wayan Adi Arnawa, mengatakan upacara ngaben bikul ini mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi, yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia. Dilihat dari aspek lingkungan, pelaksanaan upacara ngaben bikul bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk secara niskala. “Apabila dicermati lebih jauh, tradisi ini tentunya sangat membantu dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem lahan pertanian,” ujar Adi Arnawa.
Adi Arnawa menmyebutkan, upacara ngaben bikul ini merupakan wujud keberpihakan Pemkab Badung pada sektor pertanian. Terlebih, saat ini Badung menjadi daerah yang paling terdampak pandemi Covid-19, karena ambruknya sektor pariwisata. “Melalui upacara ini, pemerintah daerah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yang ada di wilayah Badung,” tandas birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini. *asa
Pemkab Badung melaksanakan upacara ngaben bikul (tikus) di Pantai Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung pada Wraspati Wage Medangkungan, Kamis (19/11). Ini untuk kali pertama digelar ngaben bikul skala besar sejak 9 tahun terakhir, sebagai upaya niskala untuk tangkal hama tikus yang mengganggu tanaman pertanian.
Rangkaian upacara ngaben bikul di Pantai Seseh, Kamis kemarin, dimulai pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Ngaben bikul tingkatan upacara sarwa preteka (bebangkit 5) ini dipuput Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron, sulinggih dari Griya Agung Mandara, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung.
Prosesi ngaben bikul ini tidak ubahnya ngaben umumnya untuk manusia. Ngaben bikul juga menggunakan bade. Di dalam bade itulah berisi 300 bangkai tikus yang sebelumnya sudah melalui serangkaian upacara. Bade disiunggi oleh pekaseh perwakilan dari sedahan subak, selain juga melibatkan beberapa panitia. Bade disunggi berkeliling tiga kali di Pantai Seseh, lalu dibawa ke tempat perabuan yang sudah disengker untuk selanjutnya dibakar.
Sehari sbelum puncak upacara ngaben bikul, Pemkab Badung melalui Dinas Kebudayaan telah melaksanakan prosesi ngeringkes yang bermakna untuk menyucikan tikus pada Buda Pon Medangkungan, Rabu (18/11).
Prossi puncak ngaben tikus di Pantai Seseh kemarin dihadiri langsung Sekda Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa, Kadis Kebudayaan Badung Gde Eka Sudarwita, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) dan Pasedahan Agung Badung I Made Sutama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, Kadis Perikanan Badung I Nyoman Suardana, Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adiputra, Camat Mengwi I Nyoman Suhartana, Camat Petang I Wayan Darma, Camat Abiansemal IB Mas Arimbawa, Bendesa Adat Seseh I Wayan Bawa, dan para Pekaseh se-Kabupaten Badung.
Kadis Kebudayaan Badung, Gde Eka Sudarwita, mengatakan ini untuk kali pertama dalam kurun 9 tahun terakhir digelar upacara ngaben bikul dengan tingkatan sarwa preteka. “Terakhir, ngaben bikul tingkatan ini dilaksanakan tahun 2011 silam,” terang Eka Sudarwita.
Menurut Eka Sudarwita, setiap tahun memang dilakukan ngaben bikul, namun dengan tingkatan kecil. Biasanya, ngaben bikul rutin tahunan digelar di Pura Subak masing-masing.
Sedangkan Ketua Panitia Upacara Ngaben Bikul, IB Gede Arjana, mengatakan ngaben bikul tingkatan sarwa preteka kali ini dilaksanakan karena adanya serangan hama tikus di Kabupaten Badung. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, total lahan yang terkena dampak hama tikus sekitar 107 hektare dari total luas lahan sawah di Gumi Keris yang mencapai 9.593 hektare.
“Hari ini kita melaksanakan upacara ngaben bikul tingkatan sarwa preteka, agar alam di wewidangan subak bisa harmonis. Diharapkan dengan adanya upacara ini, Badung kembali harmonis, rahayu rahajeng antara pelemahan dan pawongannya, tidakl lagi diserang hama tikus,” papar Arjana.
Sementara, Majelis Madya Subak Kabupaten Badung, Made Suka, menerangkan persiapan upacara ngaben bikul ini sudah dilakukan sejak 11 November 2020, diawali dengan prosesi matur piuning di semua Pura Subak yang ada di Kabupaten Badung. Ada total 215 subak di Badung, terdiri dari 121 Subak Yeh dan 94 Subak Abian.
Setelah matur piuning itu, dilakukan kegiatan meboros bikul. Jadi, bikul mati hasil maboros dikumpulkan di masing-masing subak untuk kemudian dibawa ke lokasi upacara ngaben bikul ini buat diabenkan. “Ada sekitar 300 bangkai tikus dikumpulkan untuk diabenkan hari ini (kemarin),” kata Made Suka.
Setelah ngaben bikul kemarin, selanjutnya dilakukan ritual nunas tirta. “Tirta penyapuh merana yang dibagikan di lokasi upacara akan didistribusikan oleh sedahan subak di setiap kecamatan kepada para kelian subak, sehingga petani cukup nunas tirta di Pura Bedugul Subak masing-masing,” katanya.
Sementara itu, Sekda Kabupaten Badung, Wayan Adi Arnawa, mengatakan upacara ngaben bikul ini mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi, yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia. Dilihat dari aspek lingkungan, pelaksanaan upacara ngaben bikul bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk secara niskala. “Apabila dicermati lebih jauh, tradisi ini tentunya sangat membantu dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem lahan pertanian,” ujar Adi Arnawa.
Adi Arnawa menmyebutkan, upacara ngaben bikul ini merupakan wujud keberpihakan Pemkab Badung pada sektor pertanian. Terlebih, saat ini Badung menjadi daerah yang paling terdampak pandemi Covid-19, karena ambruknya sektor pariwisata. “Melalui upacara ini, pemerintah daerah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yang ada di wilayah Badung,” tandas birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini. *asa
Komentar