Ratusan Ayam Mati Mendadak
Sebelum ayam mati, terlihat sejumlah ciri-ciri seperti keluar lendir dari mulut dan hidung dengan suara mengorok.
NEGARA, NusaBali
Ratusan ayam milik warga di Banjar Pasar, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana sejak dua pekan belakangan ini mati secara mendadak. Belum dapat dipastikan jenis penyakit yang menyebabkan ratusan ayam ini mati mendadak.
Salah seorang pemilik ayam, Ni Luh Parwati mengatakan, kematian ayam secara massal ini terjadi secara bertahap. Parwati yang pelihara 46 ekor, mati sebanyak 40 ejor dalam kurun waktu seminggu terakhir. “Sekarang hanya tersisa 6 ekor,” ujarnya, Minggu (30/10). Sebelum ayam mati, terlihat sejumlah ciri-ciri, seperti keluar lendir dari mulut dan hidung dengan suara mengorok. Dikatakan, ayam dewasa bisa sehari gejalanya baru mati. Tetapi yang kecil-kecil, tidak ada sehari sudah langsung mati.
Hal senada diungkap warga lainnya, Dewa Gede Gunawan. Dikatakan, tidak hanya ayam berkeliaran bebas yang mati. Ayam jago yang biasa mendapat perawatan khusus juga mati mendadak. “Hampir semua kena. Kurungan (ayam jago) saya hampir habis,” ungkapnya. Meski ayam mati mendadak meluas dan makin banyak, warga belum melaporkan kasus ini kepada kelian banjar dinas maupun ke perbekel. Pasalnya, fenomena grubug (wabah) pada ayam dianggap sudah biasa terjadi setiap tahun, terutama ketika musim hujan.
Warga menduga kematian massal ayam itu karena penyakit Newcastel Disease (ND) yang biasa disebut dengan istilah ‘sasaban’. Mereka tak curiga ayamnya mati mendadak karena Afian Influenza (AI) atau flu burung, yang mematikan bagi manusia. Sementara Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (PPP) Jembrana, I Ketut Wiratma menyatakan belum menerima laporan kematian ayam secara mendadak itu. Mestinya kasus itu segera dilaporkan, sehingga dapat disikapi untuk lebih diketahui penyebab pastinya. “Besok saya pastikan tim turun mengecek. Biar lebih pasti. Tidak bisa disepelekan,” ujarnya. ode
Salah seorang pemilik ayam, Ni Luh Parwati mengatakan, kematian ayam secara massal ini terjadi secara bertahap. Parwati yang pelihara 46 ekor, mati sebanyak 40 ejor dalam kurun waktu seminggu terakhir. “Sekarang hanya tersisa 6 ekor,” ujarnya, Minggu (30/10). Sebelum ayam mati, terlihat sejumlah ciri-ciri, seperti keluar lendir dari mulut dan hidung dengan suara mengorok. Dikatakan, ayam dewasa bisa sehari gejalanya baru mati. Tetapi yang kecil-kecil, tidak ada sehari sudah langsung mati.
Hal senada diungkap warga lainnya, Dewa Gede Gunawan. Dikatakan, tidak hanya ayam berkeliaran bebas yang mati. Ayam jago yang biasa mendapat perawatan khusus juga mati mendadak. “Hampir semua kena. Kurungan (ayam jago) saya hampir habis,” ungkapnya. Meski ayam mati mendadak meluas dan makin banyak, warga belum melaporkan kasus ini kepada kelian banjar dinas maupun ke perbekel. Pasalnya, fenomena grubug (wabah) pada ayam dianggap sudah biasa terjadi setiap tahun, terutama ketika musim hujan.
Warga menduga kematian massal ayam itu karena penyakit Newcastel Disease (ND) yang biasa disebut dengan istilah ‘sasaban’. Mereka tak curiga ayamnya mati mendadak karena Afian Influenza (AI) atau flu burung, yang mematikan bagi manusia. Sementara Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (PPP) Jembrana, I Ketut Wiratma menyatakan belum menerima laporan kematian ayam secara mendadak itu. Mestinya kasus itu segera dilaporkan, sehingga dapat disikapi untuk lebih diketahui penyebab pastinya. “Besok saya pastikan tim turun mengecek. Biar lebih pasti. Tidak bisa disepelekan,” ujarnya. ode
1
Komentar