Siswa SMAN 4 Denpasar Juara Lomba Karya Ilmiah Remaja Nasional
Duet Kadek Januarta dan Wahyu Padma Baskara menjadi yang terbaik Lomba Karya Ilmiah Remaja Nasional untuk kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian (IPSK)
Berkat Penelitian ‘Pengaruh Komunitas Pelayang Wanita terhadap Atensi Remaja Putri Mengenai Kesetaraan Gender’
JAKARTA, NusaBali
Dua siswa SMAN 4 Denpasar, Kadek Januarta, 17, dan Wahyu Padma Baskara, 17, mencatat prestasi gemilang dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-52 Tahun 2020 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Keduanya tampil sebagai juara kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian (IPSK), berkat penelitian ‘Pengaruh Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi terhadap Atensi Remaja Putri Mengenai Pendidikan Kesetaraan Gender di Kota Denpasar’.
Keastian duet Kadek Januarta-Wahyu Padma Baskara tampil sebagai jawara kategori IPSK di ajang LKIR 2020 diumumkan secara virual di Jakarta, Kamis (19/11). Mereka mengungguli duet Isti Fathirah-Dinda Rezky Audia dari SMAN 1 Majene (juara II) dan duet Ervina Soviani Nursiam-Aziza Sugesti Roqima dari SMAN 2 Tulungagung (juara III).
Baik Kadek Januarta (siswa Kelas XII IPA SMAN 4 Denpasar) maupun Wahyu Padma Baskara (siswa Kelas XII IPA SMAN 4 Denpasar) merasa bersyukur dan sekaligus bangga atas raihan prestasi tingkat nasinal tersebut. "Kami tidak menyangka bisa jadi juara I di ajang LKIR 2020 ini, mengingat persaingan cukup ketat. Kami sangat senang dan bangga memperoleh prestasi ini. Apalagi, kami membawa nama sekolah dan daerah. Setidaknya dapat mengharumkan nama sekolah," ujar Kadek Januarta kepada NusaBali di Jakarta, Kamis siang.
Kadek Januarta mengaku ikut ajang LKIR 2020 atas inisiatifnya bersama Wahyu Padma Baskara. Mereka mengetahui adanya lomba tersebut melalui jejaring sosial LIPI. Ajang LKIR merupakan kompetisi ilmiah bagi siswa tuingkat SMP dan SMA se-Indonesia. Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan peserta dalam menganalisa permasalahan.
Berhubung Januarta dan Wahyu Padma tergabung dalam satu ektrakukikuler di Kelompok Ilmiah Remaja SMAN 4 Denpasar, mereka sepakat menjadi satu tim melakukan penelitian untuk lomba ini. Pendaftaran lomba itu sendiri dibuka 24 Januari-17 Mei 2020 silam. Duet Januarta-Wahyu pun mendaftar dan mengirim proposal penelitian ke panitia di Jakarta.
Proposal mereka berhasil lolos, sehingga kemudian mendapat bimbingan dari mentoring yang ditunjuk oleh panitia. Januarta-Wahyu mendapat bimbingan dari peneliti LIPI, Dr Kurniati Hastuti Dewi SIP MA. Tentu saja bimbingan dilakukan jarak jauh dari Jakarta ke Bali. Mereka komunikasi dan diskusi melalui WA, terkadang via zoom, lantaran situasi pandemi Covid-19.
"Sedangkan untuk tahap koreksi proposal penelitian, dilakukan melalui email. Mentor hanya bantu membimbing dan mengoreksi ketika ada hal yang tidak sesuai dengan prosedur ilmiah, sehingga tak ada hambatan berarti," jelas Januata, siswa kelahiran 23 Januari 2003 asal Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.
Dalam ajang LKIR 2020 ini, Januarta dan Wahyu mengangkat tema yang ada di sekitar lingkungan, dengan dipadukan kearifan lokal. Penelitian dilakukan sejak 13 Juli 2020 hingga 2 November 2020. Mereka meneliti tentang ‘Pengaruh Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi terhadap Atensi Rwmaja Putri mengenai Pendidikan Kesetaraan Gender di Kota Denpasar’.
"Kami mengambil penelitian itu, karena berawal dari pengalaman pribadi saat menyaksikan festival dan perlombaan layang-layang," terang anak bungsu dari 2 bersaudara pasangan I Wayan Dhana dan Ni Nyoman Sriwati ini.
Menurut Januarta, komunitas pemain layangan wanita sangat minim dijumpai, sehingga fenomena tersebut sangat menarik untuk dikaji. Januarta dan Wahyu pun melakukan pengembangan dan riset, untuk menganalisis sekaligus mendeskripsikan potensi yang dimiliki Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar. Kemudian, mereka mengeksplorasi nilai-nilai kesetaraan gender yang tertuang dalam komunitas tersebut.
Dari hasil penelitiannya, terungkap Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar mengembangkan nilai kesetaraan gender dalam praktek melayangan, seperti mendidik kaum perempuan mulai dari menaikkan, mengendalikan, sampai menurunkan layang-layang. Selama ini, aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh kaum laki-laki.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja putri yang bergabung dengan Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar merasakan dampak positif, berupa tumbuhnya kesadaran gender bahwa perempuan seyogyanya tidak dianggap lebih rendah dari laki-laki. Kesadaran dan keberanian dalam menyuarakan hak serta kebutuhan kaum perempuan akan menularkan pengetahuan yang dimiliki mengenai nilai kesetaraan gender kepada lingkungan terdekatnya maupun yang lebih luas lagi," papar Januarta.
Mengenai persepsi remaja putri di Kota Denpasar terhadap keberadaan Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi itu, menurut Januarta, menunjukkan respons positif. Mereka menilai ini sebagai sarana pendidikan non formal dalam mensosialisasikan pesan dan praktek kesetaraan gender.
Selain itu, kata Januarta, ditemukan tingginya antusiasme remaja putri untuk bermain layang-layang, karena ada wadah yang tepat untuk menyalurkannya. Bahkan, mereka tidak sungkan mengarahkan para remaja bergabung di Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar.
Sementara itu, hasil penelitiannya itu kemudian dipresentasikan Januarta dan Wahyu dalam ajang LKIR secara virtual, 16 November 2020 lalu. Saat presentasi, mereka menampilkan poster penelitian dan video pendukung.
Menurut Januarta, persaingan untuk berebut gelar juara di ajang LKIR 2020 cukup ketat. Melalui seleksi yang panjang, hanya ada 40 proposal dari berbagai kawasan se-Indonesia yang dinyatakan lolos ke tingkat pembimbingan. Dari jumlah itu kemudian diperah menjadi 10 besar sebagai finalis, termasuk hasil penelitian Januarta-Wahya. Pada akhirnya, tim peneliti muda SMAN 4 Denpasar ini dinyatakan keluar sebagai jawara nasional.
"Setelah melalui proses panjang, akhirnya pengumuman dilakukan 19 November 2020. Betul kata pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Saya dan Wahyu sangat bersyukur atas hasil ini. Hasil kerja keras selama ini membuahkan juara pertama di bidang IPSK," tutur Januarta yang juga menjadi perwakilan Bali di ajang ‘Parlemen Remaja 2020’. *k22
Dua siswa SMAN 4 Denpasar, Kadek Januarta, 17, dan Wahyu Padma Baskara, 17, mencatat prestasi gemilang dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-52 Tahun 2020 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Keduanya tampil sebagai juara kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian (IPSK), berkat penelitian ‘Pengaruh Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi terhadap Atensi Remaja Putri Mengenai Pendidikan Kesetaraan Gender di Kota Denpasar’.
Keastian duet Kadek Januarta-Wahyu Padma Baskara tampil sebagai jawara kategori IPSK di ajang LKIR 2020 diumumkan secara virual di Jakarta, Kamis (19/11). Mereka mengungguli duet Isti Fathirah-Dinda Rezky Audia dari SMAN 1 Majene (juara II) dan duet Ervina Soviani Nursiam-Aziza Sugesti Roqima dari SMAN 2 Tulungagung (juara III).
Baik Kadek Januarta (siswa Kelas XII IPA SMAN 4 Denpasar) maupun Wahyu Padma Baskara (siswa Kelas XII IPA SMAN 4 Denpasar) merasa bersyukur dan sekaligus bangga atas raihan prestasi tingkat nasinal tersebut. "Kami tidak menyangka bisa jadi juara I di ajang LKIR 2020 ini, mengingat persaingan cukup ketat. Kami sangat senang dan bangga memperoleh prestasi ini. Apalagi, kami membawa nama sekolah dan daerah. Setidaknya dapat mengharumkan nama sekolah," ujar Kadek Januarta kepada NusaBali di Jakarta, Kamis siang.
Kadek Januarta mengaku ikut ajang LKIR 2020 atas inisiatifnya bersama Wahyu Padma Baskara. Mereka mengetahui adanya lomba tersebut melalui jejaring sosial LIPI. Ajang LKIR merupakan kompetisi ilmiah bagi siswa tuingkat SMP dan SMA se-Indonesia. Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan peserta dalam menganalisa permasalahan.
Berhubung Januarta dan Wahyu Padma tergabung dalam satu ektrakukikuler di Kelompok Ilmiah Remaja SMAN 4 Denpasar, mereka sepakat menjadi satu tim melakukan penelitian untuk lomba ini. Pendaftaran lomba itu sendiri dibuka 24 Januari-17 Mei 2020 silam. Duet Januarta-Wahyu pun mendaftar dan mengirim proposal penelitian ke panitia di Jakarta.
Proposal mereka berhasil lolos, sehingga kemudian mendapat bimbingan dari mentoring yang ditunjuk oleh panitia. Januarta-Wahyu mendapat bimbingan dari peneliti LIPI, Dr Kurniati Hastuti Dewi SIP MA. Tentu saja bimbingan dilakukan jarak jauh dari Jakarta ke Bali. Mereka komunikasi dan diskusi melalui WA, terkadang via zoom, lantaran situasi pandemi Covid-19.
"Sedangkan untuk tahap koreksi proposal penelitian, dilakukan melalui email. Mentor hanya bantu membimbing dan mengoreksi ketika ada hal yang tidak sesuai dengan prosedur ilmiah, sehingga tak ada hambatan berarti," jelas Januata, siswa kelahiran 23 Januari 2003 asal Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.
Dalam ajang LKIR 2020 ini, Januarta dan Wahyu mengangkat tema yang ada di sekitar lingkungan, dengan dipadukan kearifan lokal. Penelitian dilakukan sejak 13 Juli 2020 hingga 2 November 2020. Mereka meneliti tentang ‘Pengaruh Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi terhadap Atensi Rwmaja Putri mengenai Pendidikan Kesetaraan Gender di Kota Denpasar’.
"Kami mengambil penelitian itu, karena berawal dari pengalaman pribadi saat menyaksikan festival dan perlombaan layang-layang," terang anak bungsu dari 2 bersaudara pasangan I Wayan Dhana dan Ni Nyoman Sriwati ini.
Menurut Januarta, komunitas pemain layangan wanita sangat minim dijumpai, sehingga fenomena tersebut sangat menarik untuk dikaji. Januarta dan Wahyu pun melakukan pengembangan dan riset, untuk menganalisis sekaligus mendeskripsikan potensi yang dimiliki Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar. Kemudian, mereka mengeksplorasi nilai-nilai kesetaraan gender yang tertuang dalam komunitas tersebut.
Dari hasil penelitiannya, terungkap Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar mengembangkan nilai kesetaraan gender dalam praktek melayangan, seperti mendidik kaum perempuan mulai dari menaikkan, mengendalikan, sampai menurunkan layang-layang. Selama ini, aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh kaum laki-laki.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja putri yang bergabung dengan Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar merasakan dampak positif, berupa tumbuhnya kesadaran gender bahwa perempuan seyogyanya tidak dianggap lebih rendah dari laki-laki. Kesadaran dan keberanian dalam menyuarakan hak serta kebutuhan kaum perempuan akan menularkan pengetahuan yang dimiliki mengenai nilai kesetaraan gender kepada lingkungan terdekatnya maupun yang lebih luas lagi," papar Januarta.
Mengenai persepsi remaja putri di Kota Denpasar terhadap keberadaan Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi itu, menurut Januarta, menunjukkan respons positif. Mereka menilai ini sebagai sarana pendidikan non formal dalam mensosialisasikan pesan dan praktek kesetaraan gender.
Selain itu, kata Januarta, ditemukan tingginya antusiasme remaja putri untuk bermain layang-layang, karena ada wadah yang tepat untuk menyalurkannya. Bahkan, mereka tidak sungkan mengarahkan para remaja bergabung di Komunitas Pelayang Wanita Rare Angon Srikandi di Denpasar.
Sementara itu, hasil penelitiannya itu kemudian dipresentasikan Januarta dan Wahyu dalam ajang LKIR secara virtual, 16 November 2020 lalu. Saat presentasi, mereka menampilkan poster penelitian dan video pendukung.
Menurut Januarta, persaingan untuk berebut gelar juara di ajang LKIR 2020 cukup ketat. Melalui seleksi yang panjang, hanya ada 40 proposal dari berbagai kawasan se-Indonesia yang dinyatakan lolos ke tingkat pembimbingan. Dari jumlah itu kemudian diperah menjadi 10 besar sebagai finalis, termasuk hasil penelitian Januarta-Wahya. Pada akhirnya, tim peneliti muda SMAN 4 Denpasar ini dinyatakan keluar sebagai jawara nasional.
"Setelah melalui proses panjang, akhirnya pengumuman dilakukan 19 November 2020. Betul kata pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Saya dan Wahyu sangat bersyukur atas hasil ini. Hasil kerja keras selama ini membuahkan juara pertama di bidang IPSK," tutur Januarta yang juga menjadi perwakilan Bali di ajang ‘Parlemen Remaja 2020’. *k22
1
Komentar