Tidak Usung Calon, Golkar Pun Dikecam Kalangan Kader Sepuh
Sikap Partai Golkar yang pilih tidak usung calon di Pilkada Buleleng 2017, dikecam kalangan kader sepuh.
SINGARAJA, NusaBali
Masalahnya, Golkar dinilai kehilangan jatidiri sebagai partai mapan, hingga bisa kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Adalah sesepuh Golkar Buleleng, I Made Rimbawa, salah satu kader yang mengecam keras sikap partainya di Pilkada 2017 ini. Made Rimbawa mengingatkan Golkar adalah partai politik yang dibiayai pemerintah melalui dana bantuan parpol, namun justru tidak ikut meramaikan pesta demokrasi.
Menurut Rimbawa, sebagai partai mapan dan parpol terbesar kedua di Buleleng, se-mestinya Golkar bisa mengusung kader sendiri sebagai Calon Bupati (Cabup) ke Pilkada 2017. Terlebih, sudah ada kader yang direkomendasikan untuk diusung, yakni Ketua Harian DPD II Golkar Buleleng 2016-2021, I Gede Ariadi. Rekomendasi itu dikeluarkan saat Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Buleleng di Lovina, 30 Juni 2016 lalu.
“Saya tidak tahu apa pertimbangan Golkar kok justru mendukung kader partai lain (Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya alias Paket Surya, Red) di Pilkada Buleleng 2017. Padahal, sudah ada kader yang direkomendasikan untuk nyalon. Bagi saya, Golkar saat ini sangat memprihatikan. Ini pertanda pengkaderan di Golkar tidak jalan,” tegas Made Rimbawa yang mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng 1987-1992 dan 1992-1997 kepada NusaBali di Singaraja, Minggu (30/10) malam.
Rimbawa menyebutkan, selain pengkaderan yang tidak jalan, elite Golkar yang men-duduki jabatan di partai juga tidak pernah ingat, apalagi mau merangkul kader-kader sepuh yang masih punya militansi terhadap Partai Beringin untuk dimnintai pertimbangan.
“Sekarang perekrutan sudah kesampingkan pengkaderan. Asalkan sudah punya uang dan massa, pasti diterima dan duduk di kepengurusan Golkar. Padahal, belum tentu mereka punya militansi kuat terhadap Golkar. Buktinya, ya seperti saat ini,” tandas Rimbawa.
Menurut mantan Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten Buleleng ini, Golkar bisa kehilangan kepercayaan masyarakat atas langkah blunder tidak mengusung calon di Pilkada Buleleng 2017. Padahal, Golkar ikut juga dibiayai pemerintah lewat dana bantuan parpol setiap tahu.
Masyarakat terutama mereka yang telah berumur, kata Rimbawa, dipastikan menilai Golkar sudah tidak efektif sebagai sebuah partai. Sedangkan kalangan generasi muda, dipastikan menilai Golkar saat ini sudah tidak ada artinya.
“Keputusan di Pilkada Buleleng 2017 ini jelas akan berpengaruh terhadap Pilgub Bali 2018, Pileg 2019, dan Pilpres 2019. Golkar bisa kehilangan kepercayaan masyarakat, karena sudah kalah sebelum bertarung. Care nak main tinju, konden munyi kemponge sube ngentungan handuk (Ibarat pertandingan tinju, belum ada tanda gong dimulai, petinju sudah lempar handuk pertanya menyerah, Red),” sindir Rimbawa.
“Dana parpol itu juga harus dipertanggungjawabkan. Apakah mendukung Paket Surya itu keluar uang atau tidak? Tapi, akan lebih bijak kalau penggunaan dana itu untuk biaya calon dari kader sendiri,” lanjut mantan Wakil Ketua DPD II Golkar Buleleng era 1970-an ini.
Rimbawa mengingatkan, Golkar Buleleng di bawah kepemimpinan Putu Singyen harus kerja keras untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyakat. Jika tidak, berat perjuangan Golkar di Pilgub Bali 2018, Pileg 2019, dan Pilpres 2019.
“Ini kerja keras pengurus yang baru, bagaimana menumbuhkan kembali kepercayaan Gol-kar di hati masyarakat. Semestinya, juga dirangkul tokoh-tokoh Golkar masa lalu. Sebab, di desa-desa masih banyak tokoh Golkar yang militan dan tetap punya pengaruh,” tegas Rimbawa.
Sementara itu, Sekrataris DPD II Golkar Buleleng, Nyoman Gede Wandira Adi, mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait pencalonan ke Pilkada 2017, karena kewenangan sepenuhnya ada di DPD I Golkar Bali dan DPP Golkar. Wandira Adi menyebutkan, semula DPD II Golkar Buleleng berniat mengusung calon dengan mengajukan Gede Ariadi, karena putra mantan Bupati Buleleng Putu Bagiada itu sudah direkomendasi. Namun, karena ada pertimbangan lain dari DPD I Golkar Bali dan DPP Golkar, akhirnya partai mendukung Paket Surya. “Kita di bawah kan sebagai pelaksana saja. Apa keputusan di atas, itu yang kita laksanakan,” ungkap Wandira Adi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Singaraja, tadi malam.
Disinggung terkait dampak atas keputusan partai tidak usung calon di Pilkada 2017, menurut anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng ini, situasi tersebut pastika akan berdampak. Namun, dia kembali menegaskan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait dengan keputusan di Pilkada Buleleng 2017. k19
Menurut Rimbawa, sebagai partai mapan dan parpol terbesar kedua di Buleleng, se-mestinya Golkar bisa mengusung kader sendiri sebagai Calon Bupati (Cabup) ke Pilkada 2017. Terlebih, sudah ada kader yang direkomendasikan untuk diusung, yakni Ketua Harian DPD II Golkar Buleleng 2016-2021, I Gede Ariadi. Rekomendasi itu dikeluarkan saat Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Buleleng di Lovina, 30 Juni 2016 lalu.
“Saya tidak tahu apa pertimbangan Golkar kok justru mendukung kader partai lain (Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya alias Paket Surya, Red) di Pilkada Buleleng 2017. Padahal, sudah ada kader yang direkomendasikan untuk nyalon. Bagi saya, Golkar saat ini sangat memprihatikan. Ini pertanda pengkaderan di Golkar tidak jalan,” tegas Made Rimbawa yang mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng 1987-1992 dan 1992-1997 kepada NusaBali di Singaraja, Minggu (30/10) malam.
Rimbawa menyebutkan, selain pengkaderan yang tidak jalan, elite Golkar yang men-duduki jabatan di partai juga tidak pernah ingat, apalagi mau merangkul kader-kader sepuh yang masih punya militansi terhadap Partai Beringin untuk dimnintai pertimbangan.
“Sekarang perekrutan sudah kesampingkan pengkaderan. Asalkan sudah punya uang dan massa, pasti diterima dan duduk di kepengurusan Golkar. Padahal, belum tentu mereka punya militansi kuat terhadap Golkar. Buktinya, ya seperti saat ini,” tandas Rimbawa.
Menurut mantan Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten Buleleng ini, Golkar bisa kehilangan kepercayaan masyarakat atas langkah blunder tidak mengusung calon di Pilkada Buleleng 2017. Padahal, Golkar ikut juga dibiayai pemerintah lewat dana bantuan parpol setiap tahu.
Masyarakat terutama mereka yang telah berumur, kata Rimbawa, dipastikan menilai Golkar sudah tidak efektif sebagai sebuah partai. Sedangkan kalangan generasi muda, dipastikan menilai Golkar saat ini sudah tidak ada artinya.
“Keputusan di Pilkada Buleleng 2017 ini jelas akan berpengaruh terhadap Pilgub Bali 2018, Pileg 2019, dan Pilpres 2019. Golkar bisa kehilangan kepercayaan masyarakat, karena sudah kalah sebelum bertarung. Care nak main tinju, konden munyi kemponge sube ngentungan handuk (Ibarat pertandingan tinju, belum ada tanda gong dimulai, petinju sudah lempar handuk pertanya menyerah, Red),” sindir Rimbawa.
“Dana parpol itu juga harus dipertanggungjawabkan. Apakah mendukung Paket Surya itu keluar uang atau tidak? Tapi, akan lebih bijak kalau penggunaan dana itu untuk biaya calon dari kader sendiri,” lanjut mantan Wakil Ketua DPD II Golkar Buleleng era 1970-an ini.
Rimbawa mengingatkan, Golkar Buleleng di bawah kepemimpinan Putu Singyen harus kerja keras untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyakat. Jika tidak, berat perjuangan Golkar di Pilgub Bali 2018, Pileg 2019, dan Pilpres 2019.
“Ini kerja keras pengurus yang baru, bagaimana menumbuhkan kembali kepercayaan Gol-kar di hati masyarakat. Semestinya, juga dirangkul tokoh-tokoh Golkar masa lalu. Sebab, di desa-desa masih banyak tokoh Golkar yang militan dan tetap punya pengaruh,” tegas Rimbawa.
Sementara itu, Sekrataris DPD II Golkar Buleleng, Nyoman Gede Wandira Adi, mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait pencalonan ke Pilkada 2017, karena kewenangan sepenuhnya ada di DPD I Golkar Bali dan DPP Golkar. Wandira Adi menyebutkan, semula DPD II Golkar Buleleng berniat mengusung calon dengan mengajukan Gede Ariadi, karena putra mantan Bupati Buleleng Putu Bagiada itu sudah direkomendasi. Namun, karena ada pertimbangan lain dari DPD I Golkar Bali dan DPP Golkar, akhirnya partai mendukung Paket Surya. “Kita di bawah kan sebagai pelaksana saja. Apa keputusan di atas, itu yang kita laksanakan,” ungkap Wandira Adi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Singaraja, tadi malam.
Disinggung terkait dampak atas keputusan partai tidak usung calon di Pilkada 2017, menurut anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng ini, situasi tersebut pastika akan berdampak. Namun, dia kembali menegaskan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait dengan keputusan di Pilkada Buleleng 2017. k19
Komentar