Miniatur Pura Khas Bali dalam Aquascape
GIANYAR, NusaBali
Hobi ikan hias di masa pandemi mau tak mau membuat kerajinan aquascape ikut terangkat.
Pasalnya keindahan ikan hias akan makin indah manakala berada di sebuah aquascape yang apik.
Konsep aquascape pun makin beragamdan menarik. Seperti yang terlihat pada lomba aquascape di Denpasar belum lama ini. Aquascape buatan I Kadek Sudila Sudarsa mengusung tema pura.
Pria asal banjar Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang, Gianyar. Dirinya merupakan salah seorang pemain baru dalam dunia aquascape, namun konsep aquascapenya yang menarik ini berhasil dilirik oleh pasar.
Kadek Sudila baru memulai bisnis aquascape ini sejak Mei 2020 lalu. Dimulainya bisnis ini pada Mei lalu tak lepas daripada situasi pandemi Covid-19. Dirinya yang sebelumnya seorang pelaku pariwisata, kehilangan pekerjaannya sebagai sopir yang bertugas mengantar tamu-tamu asing.
Memutar otak, dirinya mendapatkan ide untuk coba-coba berbisnis aquascape. Namun, menurutnya dirinya perlu menghadirkan konsep aquascape yang tak biasa. “Prinsip tiang, kalau mau jualan, harus yang lain dari yang lain. Kalau konsepnya biasa kan sudah lazim. Kalau tiang pakai yang klasik Bali, itu belum ada. Awalnya coba-coba tiang, ternyata peminatnya lumayan,” ungkap Kadek Sudila, Minggu (22/11).
Konsep ini pun datang dari dirinya yang kerap berinteraksi dengan wisatawan mancanegara, yang datang ke Bali untuk melihat budaya Bali. “Tiang teringat, tamu ke sini kan dia sering bilang, tertariknya karena budaya Bali,” lanjutnya.
Untuk membuat aquascape yang dilengkapi dengan miniatur Pura ini, dirinya menggunakan bahan dari batu paras yang dia ukir sendiri. Di satu sisi, batu paras memerlukan pengerjaan yang hati-hati karena sifat batu paras yang mudah patah dibandingkan kayu. Namun, secara ketahanannya berada di air, batu paras masih lebih unggul.
“Kalau paras, semakin direndam semakin bagus. Tapi sudah pasti ada lumutnya. Biarpun kayu, pasti lumutan. Kalau lumutan kan lebih alami dia,” jelas pria yang sebelumnya meraih juara Favorit III saat lomba aquascape yang dilaksanakan di Bron Café Denpasar pada 7 November 2020
Untuk membuat minatur pura ini, Kadek Sudila mengukirnya sendiri. Proses pengukiran memakan waktu sekitar tujuh hari dan penyatuan komponen-komponen aquascape tersebut memakan waktu sekitar satu hari. “Soalnya tiang dari lingkungan di sini memang begitu, dari kecil memang sudah biasa matung atau ngecat. Seumuran tiang, semua bisa, kalau yang di lingkungan sini. Dari SD sudah belajar matung,” bebernya.
Sejauh ini, Kadek Sudila telah menjual kurang lebih 15 karya yang berisikan miniatur pura ini dengan berbagai ukuran. Mulai dari paludarium dari kaca tiup yang minimalis, aquascape berukuran 50 cm x 30 cm x 30 cm, hingga aquascape dengan dimensi sepanjang 3 meter x 50 cm x 70. Harganya pun beragam.
Untuk paludarium yang minimalis ini dibandrol dengan harga Rp 800 ribu. Sementara, aquascape bertema pura berdimensi 1 meter x 45 cm x 45 cm dijual seharga Rp 5 juta, sementara aquascape berdimensi sama namun tidak berkonsep Pura dibanrol dengan harga Rp 3 juta. Pembeli aquascape ini pun beragam. Saat ini, pembeli masih didominasi dari Bali, namun ada juga warga negara asing yang membeli aquascape buatannya. *cr74
Konsep aquascape pun makin beragamdan menarik. Seperti yang terlihat pada lomba aquascape di Denpasar belum lama ini. Aquascape buatan I Kadek Sudila Sudarsa mengusung tema pura.
Pria asal banjar Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang, Gianyar. Dirinya merupakan salah seorang pemain baru dalam dunia aquascape, namun konsep aquascapenya yang menarik ini berhasil dilirik oleh pasar.
Kadek Sudila baru memulai bisnis aquascape ini sejak Mei 2020 lalu. Dimulainya bisnis ini pada Mei lalu tak lepas daripada situasi pandemi Covid-19. Dirinya yang sebelumnya seorang pelaku pariwisata, kehilangan pekerjaannya sebagai sopir yang bertugas mengantar tamu-tamu asing.
Memutar otak, dirinya mendapatkan ide untuk coba-coba berbisnis aquascape. Namun, menurutnya dirinya perlu menghadirkan konsep aquascape yang tak biasa. “Prinsip tiang, kalau mau jualan, harus yang lain dari yang lain. Kalau konsepnya biasa kan sudah lazim. Kalau tiang pakai yang klasik Bali, itu belum ada. Awalnya coba-coba tiang, ternyata peminatnya lumayan,” ungkap Kadek Sudila, Minggu (22/11).
Konsep ini pun datang dari dirinya yang kerap berinteraksi dengan wisatawan mancanegara, yang datang ke Bali untuk melihat budaya Bali. “Tiang teringat, tamu ke sini kan dia sering bilang, tertariknya karena budaya Bali,” lanjutnya.
Untuk membuat aquascape yang dilengkapi dengan miniatur Pura ini, dirinya menggunakan bahan dari batu paras yang dia ukir sendiri. Di satu sisi, batu paras memerlukan pengerjaan yang hati-hati karena sifat batu paras yang mudah patah dibandingkan kayu. Namun, secara ketahanannya berada di air, batu paras masih lebih unggul.
“Kalau paras, semakin direndam semakin bagus. Tapi sudah pasti ada lumutnya. Biarpun kayu, pasti lumutan. Kalau lumutan kan lebih alami dia,” jelas pria yang sebelumnya meraih juara Favorit III saat lomba aquascape yang dilaksanakan di Bron Café Denpasar pada 7 November 2020
Untuk membuat minatur pura ini, Kadek Sudila mengukirnya sendiri. Proses pengukiran memakan waktu sekitar tujuh hari dan penyatuan komponen-komponen aquascape tersebut memakan waktu sekitar satu hari. “Soalnya tiang dari lingkungan di sini memang begitu, dari kecil memang sudah biasa matung atau ngecat. Seumuran tiang, semua bisa, kalau yang di lingkungan sini. Dari SD sudah belajar matung,” bebernya.
Sejauh ini, Kadek Sudila telah menjual kurang lebih 15 karya yang berisikan miniatur pura ini dengan berbagai ukuran. Mulai dari paludarium dari kaca tiup yang minimalis, aquascape berukuran 50 cm x 30 cm x 30 cm, hingga aquascape dengan dimensi sepanjang 3 meter x 50 cm x 70. Harganya pun beragam.
Untuk paludarium yang minimalis ini dibandrol dengan harga Rp 800 ribu. Sementara, aquascape bertema pura berdimensi 1 meter x 45 cm x 45 cm dijual seharga Rp 5 juta, sementara aquascape berdimensi sama namun tidak berkonsep Pura dibanrol dengan harga Rp 3 juta. Pembeli aquascape ini pun beragam. Saat ini, pembeli masih didominasi dari Bali, namun ada juga warga negara asing yang membeli aquascape buatannya. *cr74
1
Komentar