Puluhan Siswa SMAN 1 Pupuan Kerauhan
Berdasarkan petunjuk orang pintar, lapangan umum di bawah sekolah disebut romon (kotor) dan penghuninya mengganggu warga sekolah.
TABANAN, NusaBali
Puluhan siswa SMAN 1 Pupuan, Tabanan mengalami kesurupan massal, Senin (31/10). Akibat peristiwa ini, pihak sekolah memutuskan pulangkan para siswa lebih awal. Ini merupakan kerauhan yang ketigakalinya sejak Jumat (28/10). Pihak sekolah telah menggelar pacaruan sesuai petunjuk orang pintar yang digelar pada Redite Pon Tambir bertepatn dengan Tilem Kapat, Minggu (30/10).
Informasi di lapangan, kerauhan massal yang didominasi siswi terjadi usai upacara bendera. Saat para siswa masuk kelas masing-masing, terdengar kegaduhan disertai suara siswi menjerit dan teriak-teriak. Tak mau ambil risiko pihak sekolah pilih pulangkan siswa lebih awal. Menurut sumber, kerauhan massal ini terjadi sejak Jumat lalu. Jumlah siswa yang kerauhan selalu puluhan orang. Pada kerauhan pertama mencapai 40 orang. Selanjutnya pada Sabtu (29/10) jumlah siswa kerauhan sekitar 25 orang.
Kepala SMAN 1 Pupuan, Wayan Suarma membenarkan telah terjadi tiga kali kesurupan di sekolahnya. Hanya saja membantah jumlah siswa kerauhan mencapai 40 orang. Terkait kejadian ganjil itu, Suarma langsung menggelar rapat komite sekolah pada Sabtu (29/10). Selain itu pihak sekolah juga minta petunjuk ke sulinggih dan siswa. “Kami sudah menggelar pacaruan bertepatan dengan Tilem Kalima, kemarin. Pelaksanaan yadnya sampai malam hari,” terangnya.
Suarma juga mengakui, sempat berkoordinasi dengan desa adat, sulinggih termasuk menanyakan kepada orang pintar. Berdasarkan petunjuk balian atau orang pintar, lapangan umum di bawah sekolah disebut romon (kotor) dan ada penunggunya. Penunggu itulah yang mengganggu para siswa. “Kita sudah gelar pacaruan untuk pembersihan secara niskala,” imbuh Suarma. Namun, kerauhan massal yang terjadi berturut-turut sejak Jumat (28/10) belum bisa diredam.
Dijelaskan, Senin pagi kemarin suasana sekolah sempat tertib. Terbukti dengan pelaksanaan upacara bendera berjalan lancar. “Namun saat masuk kelas masing-masing, para siswa kerauhan lagi,” jelas Suarma. Sehingga pihaknya ambil keputusan siswa dipulangkan lebih awal. Selanjutnya pihak sekolah kembali berkoordinasi dengan desa adat selaku pemilik lahan serta pengurus komite sekolah. k21
Informasi di lapangan, kerauhan massal yang didominasi siswi terjadi usai upacara bendera. Saat para siswa masuk kelas masing-masing, terdengar kegaduhan disertai suara siswi menjerit dan teriak-teriak. Tak mau ambil risiko pihak sekolah pilih pulangkan siswa lebih awal. Menurut sumber, kerauhan massal ini terjadi sejak Jumat lalu. Jumlah siswa yang kerauhan selalu puluhan orang. Pada kerauhan pertama mencapai 40 orang. Selanjutnya pada Sabtu (29/10) jumlah siswa kerauhan sekitar 25 orang.
Kepala SMAN 1 Pupuan, Wayan Suarma membenarkan telah terjadi tiga kali kesurupan di sekolahnya. Hanya saja membantah jumlah siswa kerauhan mencapai 40 orang. Terkait kejadian ganjil itu, Suarma langsung menggelar rapat komite sekolah pada Sabtu (29/10). Selain itu pihak sekolah juga minta petunjuk ke sulinggih dan siswa. “Kami sudah menggelar pacaruan bertepatan dengan Tilem Kalima, kemarin. Pelaksanaan yadnya sampai malam hari,” terangnya.
Suarma juga mengakui, sempat berkoordinasi dengan desa adat, sulinggih termasuk menanyakan kepada orang pintar. Berdasarkan petunjuk balian atau orang pintar, lapangan umum di bawah sekolah disebut romon (kotor) dan ada penunggunya. Penunggu itulah yang mengganggu para siswa. “Kita sudah gelar pacaruan untuk pembersihan secara niskala,” imbuh Suarma. Namun, kerauhan massal yang terjadi berturut-turut sejak Jumat (28/10) belum bisa diredam.
Dijelaskan, Senin pagi kemarin suasana sekolah sempat tertib. Terbukti dengan pelaksanaan upacara bendera berjalan lancar. “Namun saat masuk kelas masing-masing, para siswa kerauhan lagi,” jelas Suarma. Sehingga pihaknya ambil keputusan siswa dipulangkan lebih awal. Selanjutnya pihak sekolah kembali berkoordinasi dengan desa adat selaku pemilik lahan serta pengurus komite sekolah. k21
Komentar