Cegah Grubug Agung Tahun 1955 Terulang
Caru Ruwat Bumi di Bencingah Puri Tampaksiring
GIANYAR, NusaBali
Prosesi upacara Caru Ruwat Bumi Nangluk Merana Agung digelar di Bencingah Jaba Puri Tampaksiring, Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Buda Kliwon Matal, Sasih Kanem, Rabu (25/11) sore.
Ritual ini digelar mengingat masyarakat pernah mengalami grubug agung atau maha wabah penyakit tahun 1955 hingga 1.500an warga meninggal. Pacaruan menggunakan sarana Bebek Ireng (hitam).
Prosesi dipuput Ida Pedanda Sunia dari Griya Sunia Manuaba, Desa Tampaksiring. Undangan dibatasi, hanya beberapa pamangku, tokoh puri, tokoh desa adat dan dinas di wawidangan Tampaksiring.
Penggagas prosesi Caru Ruwat Bumi, Ida Bagus Made Bhaskara, Rabu (25/11), menjelaskan pacaruan ini digelar atas sinergi Pasraman Dharmasila Tampaksiring, Desa Dinas dan Desa Adat setempat. Pacaruan ini digelar mengingat masyarakat setempat pernah melewati pengalaman grubug agung tahun 1955. Wabah penyakit ini mengakibatkan 1.500an warga meninggal. "Wabah penyakitnya yakni muntah dan berak. Kamatian massal ini sampai membuat kuburan baru, sehingga di Desa Tampaksiring kini memiliki dua kuburan," jelasnya.
Wabah itu membuat warga yang putus asa. Akhirnya para tokoh adat menggelar prosesi nedunang sasuhunan (menurunkan pralingga Ida Bhatara,Red) dengan nama ngerebeg. "Setelah itu, tidak sampai satu minggu muntah dan berak yang dialami warga sudah pada sembuh. Kami harapkan Caru Ruwat Bumi ini mampu memulihkan kondisi yang terdampak pandemi Covid-19,’’ ujar IB Made Bhaskara, mahasiswa Program Doktor (S3) Pendidikan Agama di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar ini.
Prosesi Caru Ruwat Bumi digelar pukul 16.00 Wita - 18.00 Wita. Diawali dengan nuwur tirta dari pura di wawidangan Tampaksiring. "Karena pandemi, tidak mungkin kami nedunang semua sasuhunan ke Bencingah. Makanya kami nuwur tirta saja, untuk dipercikkan ke seluruh wilayah Tampaksiring dan dimohon warga," sambungnya.
Jelas IB Made Bhaskara, Caru Ruwat ini juga memiliki simbol dan menjadi sumber perwujudan barong dan rangda. Jadi Durga seperti rangda, Kala Maya barong. Semua itu bagian dari kesemestaan. Ada pula pustaka Genta Ki Gebug Lantang. Senjata ini terbuat dari keroncongan sapi untuk memanggil kekuatan halus, bhuta, samar, gamang, termasuk penyakit. "Dalam fragmen sakral terdapat juga ada Sang Hyang Jaran. Sang Hyang Jaran warisan kuno di Tampaksiring, sering dibawakan untuk mengusir wabah. Fragmen ditarikan oleh sisya pasraman," imbuh Bhaskara. *nvi
Prosesi dipuput Ida Pedanda Sunia dari Griya Sunia Manuaba, Desa Tampaksiring. Undangan dibatasi, hanya beberapa pamangku, tokoh puri, tokoh desa adat dan dinas di wawidangan Tampaksiring.
Penggagas prosesi Caru Ruwat Bumi, Ida Bagus Made Bhaskara, Rabu (25/11), menjelaskan pacaruan ini digelar atas sinergi Pasraman Dharmasila Tampaksiring, Desa Dinas dan Desa Adat setempat. Pacaruan ini digelar mengingat masyarakat setempat pernah melewati pengalaman grubug agung tahun 1955. Wabah penyakit ini mengakibatkan 1.500an warga meninggal. "Wabah penyakitnya yakni muntah dan berak. Kamatian massal ini sampai membuat kuburan baru, sehingga di Desa Tampaksiring kini memiliki dua kuburan," jelasnya.
Wabah itu membuat warga yang putus asa. Akhirnya para tokoh adat menggelar prosesi nedunang sasuhunan (menurunkan pralingga Ida Bhatara,Red) dengan nama ngerebeg. "Setelah itu, tidak sampai satu minggu muntah dan berak yang dialami warga sudah pada sembuh. Kami harapkan Caru Ruwat Bumi ini mampu memulihkan kondisi yang terdampak pandemi Covid-19,’’ ujar IB Made Bhaskara, mahasiswa Program Doktor (S3) Pendidikan Agama di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar ini.
Prosesi Caru Ruwat Bumi digelar pukul 16.00 Wita - 18.00 Wita. Diawali dengan nuwur tirta dari pura di wawidangan Tampaksiring. "Karena pandemi, tidak mungkin kami nedunang semua sasuhunan ke Bencingah. Makanya kami nuwur tirta saja, untuk dipercikkan ke seluruh wilayah Tampaksiring dan dimohon warga," sambungnya.
Jelas IB Made Bhaskara, Caru Ruwat ini juga memiliki simbol dan menjadi sumber perwujudan barong dan rangda. Jadi Durga seperti rangda, Kala Maya barong. Semua itu bagian dari kesemestaan. Ada pula pustaka Genta Ki Gebug Lantang. Senjata ini terbuat dari keroncongan sapi untuk memanggil kekuatan halus, bhuta, samar, gamang, termasuk penyakit. "Dalam fragmen sakral terdapat juga ada Sang Hyang Jaran. Sang Hyang Jaran warisan kuno di Tampaksiring, sering dibawakan untuk mengusir wabah. Fragmen ditarikan oleh sisya pasraman," imbuh Bhaskara. *nvi
Komentar