Jaya-Wibawa Sinergikan Dua Kekuatan untuk Denpasar MAJU
IGN Jaya Negara mengatakan, di satu sisi ada keinginan memenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis. Namun, ini dihadapkan dengan tuntutan melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar di masyarakat
DENPASAR, NusaBali
Pasangan I Gusti Ngurah Jaya Negara-I Kadek Agus Arya Wibawa (paket Jaya-Wibawa), Calon Walikota-Calon Wakil Walikota yang diusung PDIP bersama Gerindra-Hanura-PSI, berupaya sinergikan dua kekuatan untuk menuju Denpasar MAJU (makmur, aman, jujur, unggul). Kedua kekuatan dimaksud, masing-masing kebutuhan material yang bersifat ekonomis dan tuntutan melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Calon Walikota (Cawali) IGN Jaya Negara menyebutkan, modernisasi dan globalisasi memang telah mendorong masyarakat Kota Denpasar menjalankan kehidupan yang sarat dengan kompetisi di berbagai bidang. Dalam perkembangannya, masyarakat dihadapkan pada berbagai tantangan dan persoalan di tengah-tengah keinginan untuk memenangkan kompetisi yang semakin ketat.
Di satu sisi, kata Jaya Negara, ada keinginan memenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis. Namun, ini dihadapkan dengan tuntutan melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar di masyarakat. Hal inilah yang membuat Jaya-Wibawa terpanggil untuk mensinergikan kedua sisi itu, ketika nanti dipercaya memimpin Kota Denpasar 2021-2026. Sebab, dua sisi berbeda itu sebenarnya sebuah kekuatan yang bisa disatukan untuk mewujudkan Denpasar MAJU.
Menurut Jaya Negara, sangatlah sulit meninggalkan salah satu dari kedua aspek tersebut. Karena itu, upaya yang paling mungkin dilakukan adalah mensinergikannya. Pembangunan untuk mememenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis memang selayaknya dilandasi basis penghayatan terhadap agama dan pemahaman terhadap kebudayaan yang mantap. "Dengan demikian, pembangunan yang pada prinsipnya mensejahterakan, mampu mendorong masyarakat lebih aktif, kreatif, dan mandiri," ujar Jaya Negara kepada NusaBali di Denpasar, Minggu (29/11) siang.
Dengan landasan dan strategi mensinergikan dua sisi tersebut, kata Jaya Negara, pendalaman terhadap eksistensi kebudayaan yang mana sesungguhnya dasar-dasar kebudayaan memang harus dipahami dengan baik. Artinya, kebudayaan dijadikan sentral ide dan gagasan regulasi, pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan. "Ide-ide dan gagasan pembangunan selama ini beriringan dengan motivasi dan stimulus," tandas politisi senior PDIP yang masih menjabat Wakil Walikota Den-pasar 2016-2021 ini.
Versi Jaya Negara, melalui proses inilah antisipasi pengaruh perubahan dan kemajuan zaman dengan berbagai modernisasi dan globalisasi, dapat memperkuat tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang di masyarakat. "Hal ini sejalan dengan landasan pokok kebudayaan Bali, bahwa pengayaan kebudayaan mesti dikembangkan dengan basis konvergensi antara tradisi dan modernisasi," terang politisi asal Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang juga Sekretaris DPD PDIP Bali ini.
Jaya Negara memaparkan, saat ini sangat penting sinergi budaya ekpresif yang mengutamakan nilai-nilai spritual, tradisi, dan estetika dengan budaya progresif yang mengutamakan nilai-nilai ekonomi, teknologi, dan sains. "Kenyataannya, tidak sedikit pengetahuan dan keterampilan tradisional Bali yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat Kota Denpasar. Inilah pondasi wawasan budaya yang sangat potensial untuk mengembangkan kota kreatif, ekspresif, dan progresif," katanya.
Kakak kandung dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, ini mengatakan beranjak dari kenyataan bahwa masyarakat Denpasar berkembang menjadi masyarakat kreatif, maka segala kreativitas harus ditumbuh-kembangkan untuk membawa Denpasar MAJU. Pembangunan ditekankan pada implementasi industri kreatif berbasis budaya secara sistematis, partisipatif, demokratis, humanis, dan berkelanjutan (sustainable). "Penguatan pondasi ini selaras dengan Purradhipa Bhara Bhawana, yakni kewajiban pemerintah meningkatkan kemakmuran rakyat," terang Jaya Negara.
Untuk itu, kata Jaya Negara, diperlukan berbagai pemahaman yang bersifat mendasar sebagai daya dukung mengimplementasikan industri kreatif berbasis budaya yang sistematis. Pertama, manusia sebagai kreator mesti dijaga, tetap mampu memahami konsep pembangunan secara utuh, dan operasional tentang kota kreatif, industri kreatif, ekonomi kreatif, dan kebudayaan Bali yang cocok dengan kondisi ko-ntekstual masyarakat Kota Denpasar.
Menurut Jaya Negara, kemampuan ini dibutuhkan berkaitan dengan kenyataan bahwa Kota Denpasar memiliki komunitas urban, sehingga membangun identitas lokal berjatidiri kebudayaan Bali merupakan kebutuhan dalam pergaulan dunia yang bersifat multikultural. "Hal ini mutlak dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi modernisasi dan globalisasi yang bermuatan etnoscape, teknoscape, financescape, idio-scape, dan mediascape," bebernya.
Kedua, kata Jaya Negara, sains tekno ekonomi sebagai energi kebudayaan untuk mendorong inovasi dan kreativitas yang menjadi unggulan kompetitif dalam rangka menata keberadaan, perkembangan, dan persebaran unsur-unsur budaya sebagai basis industri dan kota kreatif berkelanjutan. "Dalam hal ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang posi-tif, berbasis pada sumber daya yang terbarukan, memberikan implikasi yang positif pada masyarakat, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik formal maupun informal."
Ketiga, lingkungan sebagai habitat kebudayaan mesti terjaga berkelanjutan pada kondisi kontekstual tentang beragam unsur kebudayaan dalam habitat urban. Pada satu sisi, kehidupan urban yang modern dan mengglobal di tengah-tengah isu komodifikasi, hegemoni, dan marginalisasi.
Keempat, organisasi sosial tradisional sebagai wadah kebudayaan didesain tetap mampu mengimbangi semakin terbukanya beragam peluang kehidupan urban dengan nilai tambah secara tradisi, ekonomi, teknologi, dan sains, dalam berbagai pembaharuan bentuk, fungsi, dan makna, serta beragam peluang dan tantangan kontekstual.
Kelima, agama sebagai roh dan jiwa kebudayaan yang dipraktikkan dalam kehidupan sosial, diposisikan menjadi inti dan titik tumpu perkembangan masyarakat, mengingat modernisasi dan globalisasi telah mendorong masyarakat Denpasar menjalankan kehidupan yang sarat dengan kompetisi dalam berbagai bidang. Apalagi, berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis senantiasa berjalan berhadap-hadapan dengan tuntutan melestarikan nilai-nilai bu-daya yang sudah mengakar di masyarakat. *nat
Pasangan I Gusti Ngurah Jaya Negara-I Kadek Agus Arya Wibawa (paket Jaya-Wibawa), Calon Walikota-Calon Wakil Walikota yang diusung PDIP bersama Gerindra-Hanura-PSI, berupaya sinergikan dua kekuatan untuk menuju Denpasar MAJU (makmur, aman, jujur, unggul). Kedua kekuatan dimaksud, masing-masing kebutuhan material yang bersifat ekonomis dan tuntutan melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Calon Walikota (Cawali) IGN Jaya Negara menyebutkan, modernisasi dan globalisasi memang telah mendorong masyarakat Kota Denpasar menjalankan kehidupan yang sarat dengan kompetisi di berbagai bidang. Dalam perkembangannya, masyarakat dihadapkan pada berbagai tantangan dan persoalan di tengah-tengah keinginan untuk memenangkan kompetisi yang semakin ketat.
Di satu sisi, kata Jaya Negara, ada keinginan memenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis. Namun, ini dihadapkan dengan tuntutan melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar di masyarakat. Hal inilah yang membuat Jaya-Wibawa terpanggil untuk mensinergikan kedua sisi itu, ketika nanti dipercaya memimpin Kota Denpasar 2021-2026. Sebab, dua sisi berbeda itu sebenarnya sebuah kekuatan yang bisa disatukan untuk mewujudkan Denpasar MAJU.
Menurut Jaya Negara, sangatlah sulit meninggalkan salah satu dari kedua aspek tersebut. Karena itu, upaya yang paling mungkin dilakukan adalah mensinergikannya. Pembangunan untuk mememenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis memang selayaknya dilandasi basis penghayatan terhadap agama dan pemahaman terhadap kebudayaan yang mantap. "Dengan demikian, pembangunan yang pada prinsipnya mensejahterakan, mampu mendorong masyarakat lebih aktif, kreatif, dan mandiri," ujar Jaya Negara kepada NusaBali di Denpasar, Minggu (29/11) siang.
Dengan landasan dan strategi mensinergikan dua sisi tersebut, kata Jaya Negara, pendalaman terhadap eksistensi kebudayaan yang mana sesungguhnya dasar-dasar kebudayaan memang harus dipahami dengan baik. Artinya, kebudayaan dijadikan sentral ide dan gagasan regulasi, pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan. "Ide-ide dan gagasan pembangunan selama ini beriringan dengan motivasi dan stimulus," tandas politisi senior PDIP yang masih menjabat Wakil Walikota Den-pasar 2016-2021 ini.
Versi Jaya Negara, melalui proses inilah antisipasi pengaruh perubahan dan kemajuan zaman dengan berbagai modernisasi dan globalisasi, dapat memperkuat tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang di masyarakat. "Hal ini sejalan dengan landasan pokok kebudayaan Bali, bahwa pengayaan kebudayaan mesti dikembangkan dengan basis konvergensi antara tradisi dan modernisasi," terang politisi asal Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang juga Sekretaris DPD PDIP Bali ini.
Jaya Negara memaparkan, saat ini sangat penting sinergi budaya ekpresif yang mengutamakan nilai-nilai spritual, tradisi, dan estetika dengan budaya progresif yang mengutamakan nilai-nilai ekonomi, teknologi, dan sains. "Kenyataannya, tidak sedikit pengetahuan dan keterampilan tradisional Bali yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat Kota Denpasar. Inilah pondasi wawasan budaya yang sangat potensial untuk mengembangkan kota kreatif, ekspresif, dan progresif," katanya.
Kakak kandung dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, ini mengatakan beranjak dari kenyataan bahwa masyarakat Denpasar berkembang menjadi masyarakat kreatif, maka segala kreativitas harus ditumbuh-kembangkan untuk membawa Denpasar MAJU. Pembangunan ditekankan pada implementasi industri kreatif berbasis budaya secara sistematis, partisipatif, demokratis, humanis, dan berkelanjutan (sustainable). "Penguatan pondasi ini selaras dengan Purradhipa Bhara Bhawana, yakni kewajiban pemerintah meningkatkan kemakmuran rakyat," terang Jaya Negara.
Untuk itu, kata Jaya Negara, diperlukan berbagai pemahaman yang bersifat mendasar sebagai daya dukung mengimplementasikan industri kreatif berbasis budaya yang sistematis. Pertama, manusia sebagai kreator mesti dijaga, tetap mampu memahami konsep pembangunan secara utuh, dan operasional tentang kota kreatif, industri kreatif, ekonomi kreatif, dan kebudayaan Bali yang cocok dengan kondisi ko-ntekstual masyarakat Kota Denpasar.
Menurut Jaya Negara, kemampuan ini dibutuhkan berkaitan dengan kenyataan bahwa Kota Denpasar memiliki komunitas urban, sehingga membangun identitas lokal berjatidiri kebudayaan Bali merupakan kebutuhan dalam pergaulan dunia yang bersifat multikultural. "Hal ini mutlak dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi modernisasi dan globalisasi yang bermuatan etnoscape, teknoscape, financescape, idio-scape, dan mediascape," bebernya.
Kedua, kata Jaya Negara, sains tekno ekonomi sebagai energi kebudayaan untuk mendorong inovasi dan kreativitas yang menjadi unggulan kompetitif dalam rangka menata keberadaan, perkembangan, dan persebaran unsur-unsur budaya sebagai basis industri dan kota kreatif berkelanjutan. "Dalam hal ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang posi-tif, berbasis pada sumber daya yang terbarukan, memberikan implikasi yang positif pada masyarakat, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik formal maupun informal."
Ketiga, lingkungan sebagai habitat kebudayaan mesti terjaga berkelanjutan pada kondisi kontekstual tentang beragam unsur kebudayaan dalam habitat urban. Pada satu sisi, kehidupan urban yang modern dan mengglobal di tengah-tengah isu komodifikasi, hegemoni, dan marginalisasi.
Keempat, organisasi sosial tradisional sebagai wadah kebudayaan didesain tetap mampu mengimbangi semakin terbukanya beragam peluang kehidupan urban dengan nilai tambah secara tradisi, ekonomi, teknologi, dan sains, dalam berbagai pembaharuan bentuk, fungsi, dan makna, serta beragam peluang dan tantangan kontekstual.
Kelima, agama sebagai roh dan jiwa kebudayaan yang dipraktikkan dalam kehidupan sosial, diposisikan menjadi inti dan titik tumpu perkembangan masyarakat, mengingat modernisasi dan globalisasi telah mendorong masyarakat Denpasar menjalankan kehidupan yang sarat dengan kompetisi dalam berbagai bidang. Apalagi, berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan material yang bersifat ekonomis senantiasa berjalan berhadap-hadapan dengan tuntutan melestarikan nilai-nilai bu-daya yang sudah mengakar di masyarakat. *nat
1
Komentar