Golkar Bantah Disebut Gagal
Ketua DPD II Golkar Buleleng, I Putu Singyen, akhirnya angkat bicara soal berbagai tudingan miring lantaran partainya tidak usung calon di Pilkada Buleleng 2017.
Tak Usung Calon di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Putu Singyen tegaskan Golkar tidak gagal dalam pengkaderan, apalagi disebut mandul di ajang demokrasi.
Kepada NusaBali di Singaraja, Selasa (1/11), Putu Singyen mengungkapkan DPD II Golkar Buleleng selama ini telah melewati proses dalam menyikapi perhelatan Pilkada Buleleng 2017. Proses itu meliputi komunikasi intens dengan DPD I Golkar Bali dalam penetapan koalisi dan penentuan calon. Di samping itu, Golkar juga melakukan survei kandidat.
Namun, kata Singyen, semua proses itu tidak mampu melahirkan pasangan Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng untuk diusung bersama Demokrat ke Pilkada 2017. Kader Beringin I Gede Ariadi, yang sudah kantongi rekomendasi nyalon melalui Musda DPD II Golkar Buleleng, 30 Juni 2016, juga tidak bersedia maju ke Pilkada 2017 ketika diminta kesiapan diusung.
“Kami tidak mampu lahirkan calon, bukan berarti kami gagal, apalagi mandul. Sebab, kami sudah berproses sejak awal dan telah berusaha. Survei kandidat pun sudah kami lakukan. Tapi, memang belum ada kader yang siap. Semua kader yang kami tawari untuk nyalon, tak ada yang mau,” papar Singyen.
“Dan, dari hasil survei, juga kurang menguntungkan bagi kami. Jadi, kami tidak mau memaksakan kehendak, jika hanya setengah-setengah,” lanjut politisi asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt yang naik ke kursi DPD II Golkar Bulelenhg 2016-2021 menggantikan Nyoman Sugawa Korry melalui Musda, 30 Juni 2016 ini.
Singyen menyebutkan, kondisi tersebut kemudian disampaikan ke DPP Golkar melalui DPD I Golkar Bali. Hasil pertimbangan itu selanjutnya dikaji DPP Golkar, hingga akhirnya turun instruksi untuk mendukung pasangan calon jalur Independen, Dewa Nyoman Sukrawan-I Gede Dharma Wijaya (Paket Surya).
“Karena ini sudah instruksi langsung dari DPP Golkar, kami pun bekerja keras ikut mengumpulkan KTP dukungan bagi Paket Surya. Semua kader kami perintahkan me-ngumpulkan KTP dukungan, sampai akhirnya tercapai hampir 33.000 KTP. Ini artinya kami tidak diam, kami berbuat untuk memberikan pilihan calon bagi masyarakat di Pilkada Buleleng 2017,” dalih Singyen.
Mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng dua periode ini mengungkapkan, pasca terpentalnya Paket Surya dari pencalonan ke Pilkada Buleleng 2017 karena kekutrangan 235 KTP dukungan valid dari total syarat minimal 40.283 KTP yang disyaratkan, pihaknya juga sempat berproses agar bisa mengusung calon. Beberapa kandidat baik kader maupun non kader ditawari untuk maju tarung. Namun, hasilnya kembali tidak ada yang bersedia.
Makanya, Golkar dan Demokrat tidak mengajukan pasangan calon saat perpanjangan pendaftaran calon dibuka KPU Buleleng pasca terpentalnya Paket Surya, 28-30 Oktober 2016. Walhasil, untuk kali pertama sepanjang sejarah terjadi Pilkada Calon Tunggal di Buleleng, bahkan di Bali. Satu-satunya pasangan calon tunggal yang tarung ke Pilkada Buleleng 2017 adalah Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra, paket incumbent yang diusung PDIP bersama NasDem-Hanura-Gerindra-PPP-PKB-PAN.
“Ini (tidak usung calon ke Pilkada Buleleng 2017) kan menyangkut tiga hal: pikiran, tenaga, dan uang. Memang uang bukan segalanya, tapi saya rasa duit juga punya peran penting. Apa cukup hanya mengandalkan dana dari partai hanya hanya sebesar Rp 154 juta? Dana partai juga belum kita terima selama 2 tahun terakhir,” beber Singyen.
Menurut Singyen, pihaknya sangat berterima kasih atas munculnya berbagai komentar dari sesepuh Golkar dan pihak lain terkait langkah partainya di Pilkada Buleleng 2017 yang tidak usung calon. Sinyen menyebut komentar yang muncul tersebut akan dijadikan pengalaman dalam kepemimpinannya ke depan. Bahkan, Singyen akan siapkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan para sesepuh dan tokoh Golkar.
“Bagi saya, ini (komentar para sesepuh) sangat baik sebagai masukan bagi kami memimpin Golkar ke depan. Karena saya baru beberapa bulan pimpin Golkar. Karena masukan itu akan lebih tepat jika disampaikan sebelumnya, ketimbang di akhir. Tentu nanti saya akan siapkan waktu khusus agar bisa bertemu para tokoh dan mantan-mantan Golkar yang masih mencintai partai ini. Semua demi kebesaran Golkar,” tandas Singyen.
Sementara itu, Kepala Badan Kesmbangpol Buleleng, I Putu Dana, yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah terkait dana bantuan untuk Partai Golkar, Selasa kemarin, mengakui anggaran tersebut memang belum cair untuk tahun 2015 dan 2016. Menurut Putu Dana, selama periode 2014-219, Golkar mendapat dana bantuan dari pemerintah sebesar Rp 154.650.000 atau Rp 154,65 juta per tahun.
Namun, untuk tahun 2015, dana itu belum bisa dicairkan karena adanya konflik dualisme kepengurusan Golkar (kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono). Sedangkan untuk dana bantuan tahun 2016 bagi Golkar, saat ini sedang diusulkan pencairannya. “Memang dua tahun belum dicairkan, karena waktu itu ada dualisme kepengurusan dan kini sedang kita usulkan untuk bantuan 2016,” jelas Dana di Singaraja kemarin. k19
SINGARAJA, NusaBali
Putu Singyen tegaskan Golkar tidak gagal dalam pengkaderan, apalagi disebut mandul di ajang demokrasi.
Kepada NusaBali di Singaraja, Selasa (1/11), Putu Singyen mengungkapkan DPD II Golkar Buleleng selama ini telah melewati proses dalam menyikapi perhelatan Pilkada Buleleng 2017. Proses itu meliputi komunikasi intens dengan DPD I Golkar Bali dalam penetapan koalisi dan penentuan calon. Di samping itu, Golkar juga melakukan survei kandidat.
Namun, kata Singyen, semua proses itu tidak mampu melahirkan pasangan Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng untuk diusung bersama Demokrat ke Pilkada 2017. Kader Beringin I Gede Ariadi, yang sudah kantongi rekomendasi nyalon melalui Musda DPD II Golkar Buleleng, 30 Juni 2016, juga tidak bersedia maju ke Pilkada 2017 ketika diminta kesiapan diusung.
“Kami tidak mampu lahirkan calon, bukan berarti kami gagal, apalagi mandul. Sebab, kami sudah berproses sejak awal dan telah berusaha. Survei kandidat pun sudah kami lakukan. Tapi, memang belum ada kader yang siap. Semua kader yang kami tawari untuk nyalon, tak ada yang mau,” papar Singyen.
“Dan, dari hasil survei, juga kurang menguntungkan bagi kami. Jadi, kami tidak mau memaksakan kehendak, jika hanya setengah-setengah,” lanjut politisi asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt yang naik ke kursi DPD II Golkar Bulelenhg 2016-2021 menggantikan Nyoman Sugawa Korry melalui Musda, 30 Juni 2016 ini.
Singyen menyebutkan, kondisi tersebut kemudian disampaikan ke DPP Golkar melalui DPD I Golkar Bali. Hasil pertimbangan itu selanjutnya dikaji DPP Golkar, hingga akhirnya turun instruksi untuk mendukung pasangan calon jalur Independen, Dewa Nyoman Sukrawan-I Gede Dharma Wijaya (Paket Surya).
“Karena ini sudah instruksi langsung dari DPP Golkar, kami pun bekerja keras ikut mengumpulkan KTP dukungan bagi Paket Surya. Semua kader kami perintahkan me-ngumpulkan KTP dukungan, sampai akhirnya tercapai hampir 33.000 KTP. Ini artinya kami tidak diam, kami berbuat untuk memberikan pilihan calon bagi masyarakat di Pilkada Buleleng 2017,” dalih Singyen.
Mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng dua periode ini mengungkapkan, pasca terpentalnya Paket Surya dari pencalonan ke Pilkada Buleleng 2017 karena kekutrangan 235 KTP dukungan valid dari total syarat minimal 40.283 KTP yang disyaratkan, pihaknya juga sempat berproses agar bisa mengusung calon. Beberapa kandidat baik kader maupun non kader ditawari untuk maju tarung. Namun, hasilnya kembali tidak ada yang bersedia.
Makanya, Golkar dan Demokrat tidak mengajukan pasangan calon saat perpanjangan pendaftaran calon dibuka KPU Buleleng pasca terpentalnya Paket Surya, 28-30 Oktober 2016. Walhasil, untuk kali pertama sepanjang sejarah terjadi Pilkada Calon Tunggal di Buleleng, bahkan di Bali. Satu-satunya pasangan calon tunggal yang tarung ke Pilkada Buleleng 2017 adalah Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra, paket incumbent yang diusung PDIP bersama NasDem-Hanura-Gerindra-PPP-PKB-PAN.
“Ini (tidak usung calon ke Pilkada Buleleng 2017) kan menyangkut tiga hal: pikiran, tenaga, dan uang. Memang uang bukan segalanya, tapi saya rasa duit juga punya peran penting. Apa cukup hanya mengandalkan dana dari partai hanya hanya sebesar Rp 154 juta? Dana partai juga belum kita terima selama 2 tahun terakhir,” beber Singyen.
Menurut Singyen, pihaknya sangat berterima kasih atas munculnya berbagai komentar dari sesepuh Golkar dan pihak lain terkait langkah partainya di Pilkada Buleleng 2017 yang tidak usung calon. Sinyen menyebut komentar yang muncul tersebut akan dijadikan pengalaman dalam kepemimpinannya ke depan. Bahkan, Singyen akan siapkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan para sesepuh dan tokoh Golkar.
“Bagi saya, ini (komentar para sesepuh) sangat baik sebagai masukan bagi kami memimpin Golkar ke depan. Karena saya baru beberapa bulan pimpin Golkar. Karena masukan itu akan lebih tepat jika disampaikan sebelumnya, ketimbang di akhir. Tentu nanti saya akan siapkan waktu khusus agar bisa bertemu para tokoh dan mantan-mantan Golkar yang masih mencintai partai ini. Semua demi kebesaran Golkar,” tandas Singyen.
Sementara itu, Kepala Badan Kesmbangpol Buleleng, I Putu Dana, yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah terkait dana bantuan untuk Partai Golkar, Selasa kemarin, mengakui anggaran tersebut memang belum cair untuk tahun 2015 dan 2016. Menurut Putu Dana, selama periode 2014-219, Golkar mendapat dana bantuan dari pemerintah sebesar Rp 154.650.000 atau Rp 154,65 juta per tahun.
Namun, untuk tahun 2015, dana itu belum bisa dicairkan karena adanya konflik dualisme kepengurusan Golkar (kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono). Sedangkan untuk dana bantuan tahun 2016 bagi Golkar, saat ini sedang diusulkan pencairannya. “Memang dua tahun belum dicairkan, karena waktu itu ada dualisme kepengurusan dan kini sedang kita usulkan untuk bantuan 2016,” jelas Dana di Singaraja kemarin. k19
1
Komentar