Tiap Bulan, Buleleng Hasilkan 2 Ton Limbah Medis
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng terus melakukan pemantauan penanganan terhadap limbah medis yang masuk Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan sejumlah fasilitas kesehatan yang ada di Buleleng.
Diakui DLH, selama pandemi Covid-19 saat ini jumlah limbah medis mengalami peningkatan yang signifikan. Di masa pandemi jumlah limbah medis mengalami peningkatan hampir dua kali lipat. “Sejauh ini limbah medis B3 di Buleleng mencapai 2 ton lebih setiap bulan yang dihasilkan dari 9 rumah sakit, 20 Puskesmas dan 6 klinik di seluruh wilayah Kabupaten Buleleng,” kata Kepala DLH Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, Senin (30/11).
Sebelum pandemi, limbah medis B3 yang dihasilkan di Buleleng antara 700 kg sampai 800 kg, atau paling tinggi 900 kg setiap bulan. Namun saat pandemi jumlahnya meningkat tajam. “Dari data yang kami himpun hingga bulan Oktober 2020 jumlahnya mencapai 11,8 ton lebih," kata Ariadi Pribadi.
Dia menyebutkan, limbah medis B3 di Buleleng tergolong besar. Sementara itu di Buleleng sendiri belum ada lokasi pengolah limbah. Sehingga pihak fasilitas kesehatan selaku penghasil limbah memilih bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelolanya, yang dalam hal ini kepada transporter hingga pengolahan.
Pihaknya mengaku telah mengantongi nama-nama perusahaan pengolah limbah serta transporter yang mengangkut limbah B3 yang dihasilkan di Buleleng. "Ada di PT Pria (transporter dan pengolah), PT Sanggraha Satya Sawahita (Transporter), PT Wastec (pengolah), dan PT Triata Mulya Indonesia (Transporter). Pematauan selalu kami lakukan," bebernya.
Ariadi Pribadi menyampaikan, pemerintah sendiri sebelumnya telah mengeluarkan aturan soal penanganan limbah medis berbahaya. Terlebih pada masa pandemi yang bukan tidak mungkin berpengaruh terhadap penyebaran Covid-19. Hal tersebut juga dituangkan dalam akselerasi nasional penanganan limbah medis B3.
"Kami akan terus pantau dengan pihak penghasil limbah untuk memastikan tidak ada praktik nakal dalam pengelolaannya. Namun sejauh ini semua sesuai prosedur, tidak ditemukan ada kasus penyimpangan pengelolaan limbah medis B3 di Buleleng. Kami hanya sebatas memantau saja," tandasnya.
Sementara itu, di sejumlah rumah sakit yanh ada di Buleleng membenarkan telah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan limbah medis yang dihasilkan. Seperti di Rumah Sakit Karya Dharma Husdha Bross (RS KDH Bross) dan Rumah Sakit Kertha Husada Singaraja.
Direktur RS KDH Bross, dr. Gede Panca menjelaskan, selama ini tidak ada masalah terhadap penanganan limbah medis B3. Sebab, pihkanya sudah bekerja sama dengan pihak etiga dalam hal ini PT Triata Mulya Indonesia yang berkerja sama dengan PT Jasa Manives.
"Setiap dua kali dalam seminggu limbah diambil. Semua sesuai dengan hasil kerjasama yang dituangkan dalam MoU. Kami serahkan ke transporter untuk selanjutnya dimusnahkan. Hanya saja kami tidak diberikan report pasca limbah medis dimusnahkan," aku dr Panca.
Pihak Rumah sakit Kertha Usada Singaraja, melalui Luh Putu Yeni Hariati selaku Kepala Bagian Pencegahan dan Infeksius mengatakan, sejauh ini pihak RS bekerjasama dengan pihak transporter PT Sagraha Satya Sawahita untuk dibawa ke lokasi pengolahannya di PT Wastec, Jawa Barat.
"Kami pernah diundang untuk mengecek dan melihat langsung pengolahan limbah disana. Tapi sebelum dikirim ke pengolahan, limbah tersebut disimpan di gudang di Banyuwangi. Yang jelas kalau di pengolahan tersebut ada ruangan pendingin suhunya disesuaikan dengan sifat limbah," mata Putu Yeni.*cr75
Sebelum pandemi, limbah medis B3 yang dihasilkan di Buleleng antara 700 kg sampai 800 kg, atau paling tinggi 900 kg setiap bulan. Namun saat pandemi jumlahnya meningkat tajam. “Dari data yang kami himpun hingga bulan Oktober 2020 jumlahnya mencapai 11,8 ton lebih," kata Ariadi Pribadi.
Dia menyebutkan, limbah medis B3 di Buleleng tergolong besar. Sementara itu di Buleleng sendiri belum ada lokasi pengolah limbah. Sehingga pihak fasilitas kesehatan selaku penghasil limbah memilih bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelolanya, yang dalam hal ini kepada transporter hingga pengolahan.
Pihaknya mengaku telah mengantongi nama-nama perusahaan pengolah limbah serta transporter yang mengangkut limbah B3 yang dihasilkan di Buleleng. "Ada di PT Pria (transporter dan pengolah), PT Sanggraha Satya Sawahita (Transporter), PT Wastec (pengolah), dan PT Triata Mulya Indonesia (Transporter). Pematauan selalu kami lakukan," bebernya.
Ariadi Pribadi menyampaikan, pemerintah sendiri sebelumnya telah mengeluarkan aturan soal penanganan limbah medis berbahaya. Terlebih pada masa pandemi yang bukan tidak mungkin berpengaruh terhadap penyebaran Covid-19. Hal tersebut juga dituangkan dalam akselerasi nasional penanganan limbah medis B3.
"Kami akan terus pantau dengan pihak penghasil limbah untuk memastikan tidak ada praktik nakal dalam pengelolaannya. Namun sejauh ini semua sesuai prosedur, tidak ditemukan ada kasus penyimpangan pengelolaan limbah medis B3 di Buleleng. Kami hanya sebatas memantau saja," tandasnya.
Sementara itu, di sejumlah rumah sakit yanh ada di Buleleng membenarkan telah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan limbah medis yang dihasilkan. Seperti di Rumah Sakit Karya Dharma Husdha Bross (RS KDH Bross) dan Rumah Sakit Kertha Husada Singaraja.
Direktur RS KDH Bross, dr. Gede Panca menjelaskan, selama ini tidak ada masalah terhadap penanganan limbah medis B3. Sebab, pihkanya sudah bekerja sama dengan pihak etiga dalam hal ini PT Triata Mulya Indonesia yang berkerja sama dengan PT Jasa Manives.
"Setiap dua kali dalam seminggu limbah diambil. Semua sesuai dengan hasil kerjasama yang dituangkan dalam MoU. Kami serahkan ke transporter untuk selanjutnya dimusnahkan. Hanya saja kami tidak diberikan report pasca limbah medis dimusnahkan," aku dr Panca.
Pihak Rumah sakit Kertha Usada Singaraja, melalui Luh Putu Yeni Hariati selaku Kepala Bagian Pencegahan dan Infeksius mengatakan, sejauh ini pihak RS bekerjasama dengan pihak transporter PT Sagraha Satya Sawahita untuk dibawa ke lokasi pengolahannya di PT Wastec, Jawa Barat.
"Kami pernah diundang untuk mengecek dan melihat langsung pengolahan limbah disana. Tapi sebelum dikirim ke pengolahan, limbah tersebut disimpan di gudang di Banyuwangi. Yang jelas kalau di pengolahan tersebut ada ruangan pendingin suhunya disesuaikan dengan sifat limbah," mata Putu Yeni.*cr75
Komentar