Buku Dunia Sekar, Tanamkan Nilai Hindu Melalui Cerita Anak
JAKARTA, NusaBali
Menanamkan nilai-nilai ajaran Agama Hindu memang perlu dilakukan sejak dini. Namun bagi masyarakat Hindu yang tersebar di Nusantara, menanamkan pendidikan agama Hindu memiliki tantangan tersendiri.
Tantangan tersebut, salah satunya berupa kesulitan mendapatkan akses untuk buku cerita tentang agama Hindu. Pendidikan agama Hindu sendiri masih banyak yang menerapkan sistem hafalan.
Menjawab tantangan pendidikan tersebut, hadir buku Dunia Sekar, yang merupakan buku cerita anak sebagai salah satu bahan pembelajaran agama Hindu. Buku ini diproduksi oleh tujuh orang alumni Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Universitas Indonesia, yaitu Putu Srinadi, Panca, Indra, Diah, Erica, dan Bagus Pietra sejak 2016 lalu.
“Dari situ kemudian kita berkumpul, saya berdiskusi dengan mereka, kayaknya kita mesti buat terobosan sehingga kita bisa menawarkan alternatif bacaan yang baik kepada anak-anak, dan tentunya juga orangtua akan men-support,” ujar Ninet Wardhana, penulis seri 1 hingga 3 buku Dunia Sekar kepada NusaBali, Senin (30/11) melalui aplikasi Zoom.
Maka, adanya buku ini diharapkan dapat membuat ajaran Hindu terinternalisasi dalam kehidupan anak sehari-hari. Saat ini buku Dunia Sekar telah terbit hingga seri kelima, yang terbit pada awal bulan November 2020. Cerita dalam seri buku Dunia Sekar sendiri berpusat pada tokoh seorang anak bernama Sekar dan dunianya yang berlatar di sekolah, dengan seorang guru agama Hindu yang bernama Pak Bajra, seorang guru yang suka mendongeng.
“Sekar itu adalah anak perempuan kelas 4 SD. Kita mendeskripsikannya sebagai anak yang ceria. Karena buat saya, anak-anak yang memiliki keceriaan di masa kecilnya itu akan membuat dia bisa bertahan di masa depan, dibandingkan dengan anak-anak yang penuh kekecewaan. Jadi basically (pada dasarnya) dia anak yang ceria dan anak yang confident,” tutur perempuan asal Jakarta ini.
Masing-masing serinya sendiri memiliki nilai-nilai tersendiri yang disampaikan. Buku pertama hingga keempat, buku Dunia Sekar mengajarkan tentang cinta kasih. Seperti pada buku pertama yang bertajuk Tat Twam Asi, Guru Rupaka di buku kedua, Tri Hita Karana di buku tiga, dan Ahimsa di buku keempat.
“Itu basically mengajak anak-anak untuk mencintai. Yang pertama adalah mencintai sesama, yang kedua mencintai orangtua, yang ketiga adalah mengasihi alam, yang keempat adalah menyayangi hewan. Itu satu sampai empat, benang merahnya adalah rasa sayang,” lanjut Ninet.
Kemudian, di seri kelima hingga sembilan, buku Dunia Sekar akan berfokus pada nilai-nilai Panca Sradha. Seperti pada buku kelima yang diterbitkan pada awal November lalu, mengandung nilai pertama dari Panca Sradha, yakni Brahman. Nilai kedua yakni Atman pun ditanamkan di buku keenam yang kini tengah dalam persiapan.
Hingga saat ini, sebanyak lebih dari 5.000 buku Dunia Sekar telah didistribusikan ke berbagai daerah, seperti ke Palembang, Lampung, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya, bahkan hingga Papua melalui pasraman Hindu yang ada di daerah tersebut. Di Bali sendiri, buku ini juga sudah didistribusikan ke sembilan kabupaten/kota.
“Jadi konsep buku ini adalah beli satu sumbang satu. Ketika di awal kita juga sudah pikirkan bahwa kita tidak bisa hanya menjual buku ini kepada mereka yang mampu membeli, karena kalau kita targetnya cuma mereka yang mampu membeli, anak-anak yang nggak mampu nggak bisa belajar ajaran Hindu. Itu konsepnya,” bebernya.
Dalam konsep beli satu sumbang satu ini, pembeli juga diajak untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, sehingga mereka yang tidak mampu pun akan bisa mendapatkan pembelajaran agama Hindu melalui buku Dunia Sekar. Selain itu, tim pengembang buku Dunia Sekar juga memberikan buku gratis kepada guru-guru agama Hindu dan pasraman di seluruh Indonesia.
“Awalnya cuma 20 (guru), sekarang sudah 80 guru yang minta. Jadi itu menunjukan bahwa guru sendiri juga menaruh kepercayaan bahwa ini buku baik untuk dijadikan selingan ketika mereka mengajar,” tandasnya. *cr74
Menjawab tantangan pendidikan tersebut, hadir buku Dunia Sekar, yang merupakan buku cerita anak sebagai salah satu bahan pembelajaran agama Hindu. Buku ini diproduksi oleh tujuh orang alumni Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Universitas Indonesia, yaitu Putu Srinadi, Panca, Indra, Diah, Erica, dan Bagus Pietra sejak 2016 lalu.
“Dari situ kemudian kita berkumpul, saya berdiskusi dengan mereka, kayaknya kita mesti buat terobosan sehingga kita bisa menawarkan alternatif bacaan yang baik kepada anak-anak, dan tentunya juga orangtua akan men-support,” ujar Ninet Wardhana, penulis seri 1 hingga 3 buku Dunia Sekar kepada NusaBali, Senin (30/11) melalui aplikasi Zoom.
Maka, adanya buku ini diharapkan dapat membuat ajaran Hindu terinternalisasi dalam kehidupan anak sehari-hari. Saat ini buku Dunia Sekar telah terbit hingga seri kelima, yang terbit pada awal bulan November 2020. Cerita dalam seri buku Dunia Sekar sendiri berpusat pada tokoh seorang anak bernama Sekar dan dunianya yang berlatar di sekolah, dengan seorang guru agama Hindu yang bernama Pak Bajra, seorang guru yang suka mendongeng.
“Sekar itu adalah anak perempuan kelas 4 SD. Kita mendeskripsikannya sebagai anak yang ceria. Karena buat saya, anak-anak yang memiliki keceriaan di masa kecilnya itu akan membuat dia bisa bertahan di masa depan, dibandingkan dengan anak-anak yang penuh kekecewaan. Jadi basically (pada dasarnya) dia anak yang ceria dan anak yang confident,” tutur perempuan asal Jakarta ini.
Masing-masing serinya sendiri memiliki nilai-nilai tersendiri yang disampaikan. Buku pertama hingga keempat, buku Dunia Sekar mengajarkan tentang cinta kasih. Seperti pada buku pertama yang bertajuk Tat Twam Asi, Guru Rupaka di buku kedua, Tri Hita Karana di buku tiga, dan Ahimsa di buku keempat.
“Itu basically mengajak anak-anak untuk mencintai. Yang pertama adalah mencintai sesama, yang kedua mencintai orangtua, yang ketiga adalah mengasihi alam, yang keempat adalah menyayangi hewan. Itu satu sampai empat, benang merahnya adalah rasa sayang,” lanjut Ninet.
Kemudian, di seri kelima hingga sembilan, buku Dunia Sekar akan berfokus pada nilai-nilai Panca Sradha. Seperti pada buku kelima yang diterbitkan pada awal November lalu, mengandung nilai pertama dari Panca Sradha, yakni Brahman. Nilai kedua yakni Atman pun ditanamkan di buku keenam yang kini tengah dalam persiapan.
Hingga saat ini, sebanyak lebih dari 5.000 buku Dunia Sekar telah didistribusikan ke berbagai daerah, seperti ke Palembang, Lampung, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya, bahkan hingga Papua melalui pasraman Hindu yang ada di daerah tersebut. Di Bali sendiri, buku ini juga sudah didistribusikan ke sembilan kabupaten/kota.
“Jadi konsep buku ini adalah beli satu sumbang satu. Ketika di awal kita juga sudah pikirkan bahwa kita tidak bisa hanya menjual buku ini kepada mereka yang mampu membeli, karena kalau kita targetnya cuma mereka yang mampu membeli, anak-anak yang nggak mampu nggak bisa belajar ajaran Hindu. Itu konsepnya,” bebernya.
Dalam konsep beli satu sumbang satu ini, pembeli juga diajak untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, sehingga mereka yang tidak mampu pun akan bisa mendapatkan pembelajaran agama Hindu melalui buku Dunia Sekar. Selain itu, tim pengembang buku Dunia Sekar juga memberikan buku gratis kepada guru-guru agama Hindu dan pasraman di seluruh Indonesia.
“Awalnya cuma 20 (guru), sekarang sudah 80 guru yang minta. Jadi itu menunjukan bahwa guru sendiri juga menaruh kepercayaan bahwa ini buku baik untuk dijadikan selingan ketika mereka mengajar,” tandasnya. *cr74
Komentar