MUTIARA WEDA: Hilangkan Bunga dan Bangkai
Ka ipsitārthasthiraniscayam manah, Payasca nimnābhimukham pratipayet. (Kumarasambhavam, Kalidasa).
Siapakah yang bisa membalikkan penyebab dari dua hal, yakni pikiran yang terus-menerus mengarah ke objek yang diinginkan dan air yang selalu mengalir dari posisi yang lebih tinggi ke yang lebih rendah?
DI mana dan ke mana pun lebah terbang goalnya hanya satu, yakni bunga untuk menghisap sarinya, demikian juga kumbang. Di mana dan ke mana pun lalat terbang goalnya hanya satu, yakni bangkai dan bau busuk lainnya. Di mana dan ke mana pun seorang bebotoh pergi, yang ditemui adalah bebotoh lainnya guna mendiskusikan ayam aduan yang unggul dan menyatakan rasa percaya dirinya untuk menang bertaruh. Hidup ini memang selalu demikian, selamanya baik di masa lalu, kini, dan yang akan datang. Teks di atas mengandaikannya seperti air yang senantiasa mengalir ke arah yang lebih rendah, atau pikiran yang senantiasa tertuju pada objek yang diinginkannya. Oleh karena itu jangan heran kalau menemukan banyak orang yang tiba-tiba tidak suka dengan kita, tiba-tiba ada orang merasa dekat dengan kita, atau tiba-tiba kita merasa tidak nyaman dengan kehadiran seseorang, atau tiba-tiba kita merasa nyaman dengan orang tertentu, demikian juga hal-hal lainnya.
Tidak perlu heran juga jika ada orang yang senang mengenakan pakaian seperti orang suci tetapi kata-katanya penuh caci-maki, disukai dan dielu-elukan oleh banyak orang. Jangan juga heran melihat para pengikut orang yang berpakaian suci itu memasang gambarnya di mana-mana, karena bagi mereka dia adalah tokoh idola yang layak dipuja. Dia adalah central, bunga mekar bagi lebah-lebah dan kumbang-kumbang atau bangkai bagi lalat-lalat. Semakin banyak lebah atau lalat datang yang mengerumuni objeknya, itu tandanya semakin banyak pula adanya pikiran yang sejenis. Jika bunga mekar itu mengandung sari madu, maka hanya lebah dan kumbang saja yang bisa datang padanya. Mengapa? Karena hanya lebah dan kumbang saja yang mengerti bahasa bunga dengan sari madu. Lalat tidak akan mengerti. Meskipun lalat itu posisinya dekat dengan bunga tersebut, ia tidak akan tertarik, malahan tidak nyaman. Namun, jika ada bangkai, walaupun jauh, lalat merasa terpanggil untuk datang. Hanya lalat yang mengerti panggilan bangkai, bukan yang lain Dengan cara yang sama, jika yang menjadi central memiliki karakter beringas, kasar, suka mencaci dan menyalahkan, maka mereka yang datang dipastikan beringas, kasar, suka mencaci dan menyalahkan. Jika kemudian pusat itu dikerumuni oleh beribu-ribu bahkan berjuta-juta dengan karakter yang sama, maka tentu kerumunan itu akan membahayakan eksistensi yang lainnya. Apalagi goal dari karakter-karakter ini adalah kuasa, maka apapun yang ada selain dari mereka yang beringas, kasar, suka mencaci dan menyalahkan akan binasa. Pondasi yang digunakan berbagai eksisten untuk bernaung bisa roboh dan porak-poranda. Kekuasaan itu bisa dijadikan alat yang sangat efektif untuk menghasilkan bau yang lebih keras sehingga lalat-lalat yang sangat jauh pun bisa mencium dan tergoda untuk datang.
Mungkinkah karakter yang beringas, kasar, suka mencaci dan menyalahkan itu diedukasi agar meninggalkan karakter tersebut? Teks di atas menjawab: Siapakah yang mampu membelokkan arah aliran air dari posisi lebih tinggi ke posisi lebih rendah? Siapa yang mampu membuat aliran air dari posisi yang lebih rendah ke yang lebih tinggi? Jika ada yang mampu, itu artinya mereka bisa diedukasi. Apakah karakter tersebut bisa disamakan dengan aliran air? Bukankah karakter itu ada pada manusia dan aliran air ada pada alam? Bukankah keduanya ini berbeda? Keduanya tentu berbeda dan pasti berbeda, hanya saja cara kerjanya sama dan tetap demikian. Karakter itu memiliki akar yang kuat pada nature yang mendasari orang-orang tersebut. Jadi, karakter yang beringas, kasar, suka mencaci dan menyalahkan adalah nature mereka. Karena nature mereka, itu artinya apapun yang dicoba untuk mengubah nature-nya akan mental. Jika demikian apa yang mesti dilakukan? Hilangkan bunga dengan sari madu itu, tentu lebah tidak akan berkerumun dan memiliki kekuatan untuk merusak yang lain. Atau, hilangkan bangkai itu sehingga lalat-lalat akan tetap di sarangnya masing-masing tanpa asupan gizi, sebelum akhirnya sang waktu menjemputnya. *
I Gede Suwantana
1
Komentar