Puluhan Tempat Cuci Tangan dan Hand Sanitizer Disiapkan
Persiapan SLB Jimbaran Jelang Sekolah Tatap Muka
MANGUPURA, NusaBali
Sejumlah persiapan dilakukan oleh pihak Sekolah
Luar Biasa (SLB) Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, menyambut
rencana pembelajaran tatap muka
Salah satunya dengan memasang tempat cuci tangan di 22 titik, dan menyediakan hand sanitizer di 9 titik di lingkungan sekolah yang terletak di Jalan Bypass Ngurah Rai, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, tersebut. Penambahan fasilitas ini sebagai salah satu syarat dalam menjalankan tatanan kehidupan era baru.
Plt Kepala SLB Jimbaran Ni Wayan Rapiyanti menerangkan sejauh ini SLB Jimbaran sudah mempersiapkan diri apabila pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan. Pihaknya sudah memasang sejumlah fasilitas penunjang protokol kesehatan dalam menjalankan tatanan kehidupan era baru.
“Kami sudah siap menyambut sekolah tatap muka. Kami sudah memasang sejumlah fasilitas yang diperlukan dalam menjalani tatanan kehidupan era baru. Tapi, sejauh ini kan belum ada surat edaran atau perintah dalam pelaksanaan sekolah tatap muka itu,” ujar Rapiyanti saat dikonfirmasi, Rabu (2/12) siang.
Diuraikannya, kesiapan di SLB Jimbaran yakni pemasangan fasilitas tempat cuci tangan di 22 titik di lingkungan sekolah. Kemudian, sudah menempatkan hand sanitizer di 9 titik, yakni 6 buah di depan ruang kelas dan 3 buah di kantor. Begitu juga dengan perlengkapan seperti masker, akan diberikan kepada siswa saat sekolah tatap muka berlangsung.
“Untuk persiapan masker, kami sediakan khusus di keranjang nantinya. Tapi, ini baru dibagikan saat sekolah berlangsung. Sedangkan untuk fasilitas lainnya sudah dipasang semua,” ungkap Rapiyanti.
Meski saat ini belum ada kepastian ihwal sekolah tatap muka, pihaknya tetap melangsungkan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring) kepada murid. Menurut dia, karena kondisi para murid di SLB berkebutuhan khusus, pihaknya menerapkan belajar online via WhatsApp grup bagi total 245 orang murid dari jenjang SD, SMP, SMA. Di mana, di dalam grup itu, ada murid, orangtua, dan guru. Melalui grup itulah, para guru memberikan sejumlah materi belajar.
“Karena anak-anak di sini memiliki kebutuhan khusus, maka perlu pendampingan orangtua. Nah, saat ini, proses belajar online itu kami terapkan melalui WhatsApp grup. Jadi, di setiap grup itu lengkap dengan guru yang memberikan pelajaran,” bebernya.
Rapiyanti menjelaskan, proses pembelajaran melalui daring itu memiliki keterbatasan, apalagi bagi murid di SLB yang berkebutuhan khusus. Sehingga, setiap ada materi pelajaran, pihaknya selalu melakukan evaluasi baik dengan para guru maupun dengan orangtua murid. “Kami selalu evaluasi setelah belajar daring itu. Bahkan, setelah belajar, kami juga melakukan rapat dengan orangtua melalui zoom. Selain itu, sebulan sekali orangtua mengadakan rapat di sekolah,” tutur Rapiyanti. *dar
Plt Kepala SLB Jimbaran Ni Wayan Rapiyanti menerangkan sejauh ini SLB Jimbaran sudah mempersiapkan diri apabila pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan. Pihaknya sudah memasang sejumlah fasilitas penunjang protokol kesehatan dalam menjalankan tatanan kehidupan era baru.
“Kami sudah siap menyambut sekolah tatap muka. Kami sudah memasang sejumlah fasilitas yang diperlukan dalam menjalani tatanan kehidupan era baru. Tapi, sejauh ini kan belum ada surat edaran atau perintah dalam pelaksanaan sekolah tatap muka itu,” ujar Rapiyanti saat dikonfirmasi, Rabu (2/12) siang.
Diuraikannya, kesiapan di SLB Jimbaran yakni pemasangan fasilitas tempat cuci tangan di 22 titik di lingkungan sekolah. Kemudian, sudah menempatkan hand sanitizer di 9 titik, yakni 6 buah di depan ruang kelas dan 3 buah di kantor. Begitu juga dengan perlengkapan seperti masker, akan diberikan kepada siswa saat sekolah tatap muka berlangsung.
“Untuk persiapan masker, kami sediakan khusus di keranjang nantinya. Tapi, ini baru dibagikan saat sekolah berlangsung. Sedangkan untuk fasilitas lainnya sudah dipasang semua,” ungkap Rapiyanti.
Meski saat ini belum ada kepastian ihwal sekolah tatap muka, pihaknya tetap melangsungkan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring) kepada murid. Menurut dia, karena kondisi para murid di SLB berkebutuhan khusus, pihaknya menerapkan belajar online via WhatsApp grup bagi total 245 orang murid dari jenjang SD, SMP, SMA. Di mana, di dalam grup itu, ada murid, orangtua, dan guru. Melalui grup itulah, para guru memberikan sejumlah materi belajar.
“Karena anak-anak di sini memiliki kebutuhan khusus, maka perlu pendampingan orangtua. Nah, saat ini, proses belajar online itu kami terapkan melalui WhatsApp grup. Jadi, di setiap grup itu lengkap dengan guru yang memberikan pelajaran,” bebernya.
Rapiyanti menjelaskan, proses pembelajaran melalui daring itu memiliki keterbatasan, apalagi bagi murid di SLB yang berkebutuhan khusus. Sehingga, setiap ada materi pelajaran, pihaknya selalu melakukan evaluasi baik dengan para guru maupun dengan orangtua murid. “Kami selalu evaluasi setelah belajar daring itu. Bahkan, setelah belajar, kami juga melakukan rapat dengan orangtua melalui zoom. Selain itu, sebulan sekali orangtua mengadakan rapat di sekolah,” tutur Rapiyanti. *dar
Komentar