Dirjen Bimas Hindu Kupas Pandemi Menurut Teologi Hindu
DENPASAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 merupakan siklus alam. Karena itu, pandemi lebih baik dijadikan sebagai momentum untuk pendewasaan spiritual agar senantiasa dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian diungkapkan oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Hindu, Tri Handoko Seto, Kamis (3/12), saat menjadi pembicara Dharma Wacana ‘Pandemi Menurut Teologi Hindu’ serangkaian HUT RSUP Sanglah ke-61.
“Covid-19 ini seperti ombak dan badai. Ketika ada ombak dan badai, manusia diminta untuk menepi. Bukan berarti takut, tapi ini cara terbaik berdasarkan analisis sebagai manusia yang menjalani Tri Rna. Fenomena alam yang terjadi adalah siklus alam, meskipun itu atas kekurangan atau kesalahan kita,” ungkap Tri Handoko.
Meski demikian, tidak semua manusia menepi ketika diterpa badai Covid-19. Sekelompok orang harus menghadapinya dengan Wiweka (pengetahuan yang cukup), Wira (semangat dan keberanian), serta Dharma (kewajiban untuk melakukan usaha menyangga kehidupan). Mereka yang harus menghadapi, bukan menepi dari pandemi ini tiada lain adalah para tenaga medis paramedis, pemerintah, pemimpin wilayah, hingga aparat TNI dan Polri, serta semua pelayan masyarakat.
“Pemimpin desa, kota, pulau dan dunia serta tenaga medis, paramedis, tentara, polisi, serta semua pelayan masyarakat, dengan dukungan dari masyarakat umum diharapkan bisa menyangga kelangsungan kehidupan dengan memegang prinsip Wiweka, Wira, dan Dharma,” katanya.
Dari sisi pendewasaan spiritual, kata Tri Handoko, adanya pandemi menyadarkan manusia agar kembali merenungi apa yang keliru atau menyimpang dalam menjalani kewajiban sebagai umat manusia. Sebagaimana ajaran Rta dan Rna, bencana bisa saja dikaitkan dengan kurangnya kita dalam menjalankan kewajiban.
“Karena itu momen ini bisa dijadikan momentum pendewasaan spiritual, dan makin mendekatkan diri dengan Tuhan. Lakukan doa, japa, meditasi. Termasuk ritual. Karena ritual adalah japa berbalut tradisi dan budaya untuk menguatkan niat,” imbuh Tri Handoko.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes, mengatakan, dharma wacana sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, paramedis, serta umat Hindu di lingkungan RSUP Sanglah. Pemahaman teologi ini diharapkan bisa menyempurnakan pemahaman antara ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dengan pandangan susatra Hindu. Sehingga bisa memberikan motivasi spiritual dan akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan.
“Sakalipun kami sudah berupaya melaksanakan pelayanan dan perawatan pasien Covid-19 sesuai dengan standar pelayanan, namun dukungan dan pemahaman spiritual juga sangat kami butuhkan dalam memaknai munculnya wabah covid-19 dari dimensi teologi Hindu,” tandas dr Sudana. *ind
“Covid-19 ini seperti ombak dan badai. Ketika ada ombak dan badai, manusia diminta untuk menepi. Bukan berarti takut, tapi ini cara terbaik berdasarkan analisis sebagai manusia yang menjalani Tri Rna. Fenomena alam yang terjadi adalah siklus alam, meskipun itu atas kekurangan atau kesalahan kita,” ungkap Tri Handoko.
Meski demikian, tidak semua manusia menepi ketika diterpa badai Covid-19. Sekelompok orang harus menghadapinya dengan Wiweka (pengetahuan yang cukup), Wira (semangat dan keberanian), serta Dharma (kewajiban untuk melakukan usaha menyangga kehidupan). Mereka yang harus menghadapi, bukan menepi dari pandemi ini tiada lain adalah para tenaga medis paramedis, pemerintah, pemimpin wilayah, hingga aparat TNI dan Polri, serta semua pelayan masyarakat.
“Pemimpin desa, kota, pulau dan dunia serta tenaga medis, paramedis, tentara, polisi, serta semua pelayan masyarakat, dengan dukungan dari masyarakat umum diharapkan bisa menyangga kelangsungan kehidupan dengan memegang prinsip Wiweka, Wira, dan Dharma,” katanya.
Dari sisi pendewasaan spiritual, kata Tri Handoko, adanya pandemi menyadarkan manusia agar kembali merenungi apa yang keliru atau menyimpang dalam menjalani kewajiban sebagai umat manusia. Sebagaimana ajaran Rta dan Rna, bencana bisa saja dikaitkan dengan kurangnya kita dalam menjalankan kewajiban.
“Karena itu momen ini bisa dijadikan momentum pendewasaan spiritual, dan makin mendekatkan diri dengan Tuhan. Lakukan doa, japa, meditasi. Termasuk ritual. Karena ritual adalah japa berbalut tradisi dan budaya untuk menguatkan niat,” imbuh Tri Handoko.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes, mengatakan, dharma wacana sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, paramedis, serta umat Hindu di lingkungan RSUP Sanglah. Pemahaman teologi ini diharapkan bisa menyempurnakan pemahaman antara ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dengan pandangan susatra Hindu. Sehingga bisa memberikan motivasi spiritual dan akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan.
“Sakalipun kami sudah berupaya melaksanakan pelayanan dan perawatan pasien Covid-19 sesuai dengan standar pelayanan, namun dukungan dan pemahaman spiritual juga sangat kami butuhkan dalam memaknai munculnya wabah covid-19 dari dimensi teologi Hindu,” tandas dr Sudana. *ind
1
Komentar