Terowongan Belanda di As Bendungan Akan Ditutup Permanen
Karena Dikhawatirkan Bisa Timbulkan Kebocoran Bendungan Tamblang
Terowongan zaman Belanda di as Bendungan Tamblang akan ditutup menggunakan sistem penyumbatan dengan beton bertulang. Sedangkan sisa terowongan di bagian spillway bendungan tetap akan dilestarikan sebagai objek wisata
SINGARAJA, NusaBali
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida putuskan untuk menutup secara permanen terowongan zaman Belanda yang ditemukan dalma proyek Bendungan Tamblang, di perbatasan empat desa bertetangga wilayah Kecamatan Sawan dan Kubutambahan, Buleleng Timur. Jika tidak ditutup, terowongan ini akan berbahaya dan potensial jadi sumber kebocoran bendungan.
Tim ahli yang diterjunkan dalam proyek Bendungan Tambang sedang menyusun rekayasa teknis, untuk menyiasati terowongan yang ditemukan tepat berada di as bendungan tersebut. Kepala Satuan Kerja (Satker) Bendungan BWS Bali Penida, I Gusti Putu Wandira, menjelaskan terowongan yang diduga saluran irigasi zaman Belanda di lokasi proyek Bendungan Tamblang tersebut, posisinya berada di as bendungan, sehingga tidak memungkinkan untuk dilestarikan. Masalahnya, kebera-daan terowongan sangat membahayakan jika dipertahankan, karena bisa menimbulkan kecocoran pada bendungan.
“Sudah kami lakukan identifikasi, sekarang kami masih melakukan review study. Dari posisi terutama di as bendungan itu, tidak memungkinkan dilestarikan karena potensi kebocoran akan cukup tinggi,” jelas IGP Wandira yang dikonfirmasi NusaBali saat mendampingi Kepala BWS Bali Penida, Maryadi Utama, melakukan penghijauan di Bendungan Titab-Ularan (di perbatasan Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu kawasan Buleleng Barat), Sabtu (5/12) siang.
Menurut Wandira, setelah dilakukan pengukuran terowongan yang pas di posisi as Bendungan Tamblang, panjang terowongan mencapai 300 meter. Diperkirakan ada beberapa terowongan zaman Belanda di lokasi proyek Bendungan Tamblang, namun belum terungkap sepenuhnya.
Nah, khusus untuk terowongan yang baru ditemukan, pekerja proyek Bendungan Tamblang sudah melakukan penutupan. Buat sementara, penutupan dilakukan dengan memasang tanda jalur terowongan di atas tanah pinggir tebing berupa tiang bambu kecil berbendera merah.
Wandira menyebutkan, dari hasil koordinasi tim ahli yang menangani proyek Bendungan Tamblang, terowongan zaman Belanda itu akan ditutup menggunakan sistem plugging, yakni penyumbatan dengan beton bertulang. Namun, sisa terowongan yang berada pada bagian spillway bendungan, tetap akan dilestarikan.
“Kami mencintai budaya leluhur seperti terowongan kuno itu. Nah, terowongan yang ditemukan di bagian as Bendungan Tamblang terpaksa kami bongkar dan tutup. Sedangkan sisa terowongan yang di luar as bendungan, akan dilestarikan,” papar Wandira.
Terowongan yang dengan tinggi 170 senimeter, lebar bawah 80 sentimeter, dan lebar atas 40 sentimeter tersebut, kata Wandira, sangat tepat untuk menunjang pemanfaatan Bendungan Tamblang sebagai tempat wisata. Keberadaan terowongan akan menambah nilai plus bagi wisatawan yang berkunjung, selain melihat pemandangan Bendungan yang direncanakan akan dapat menampung 7 juta meter kubik air dari Sungai Aya.
Terowongan yang diduga saluran irigasi zaman Belanda di as Bendungan Tamblang itu sendiri ditemukan pekerja proyek, 21 November 2020 lalu. Terowongan yang mulutnya berbentuk persegi panjang ini ditemukan di sisi barat Sungai Aya wilayah Desa/Kecamatan Sawan, Buleleng.
Menurut ahli geologi proyek bendungan, Hery Suwondo, terowongan itu ditemukan saat pekerja melakukan penggalian. Lubang yang ternyata terowongan itu muncul setelah penggalian mencapai 40 meter ke bawah. Posisi terowongan itu berada pada lahan yang rencananya akan dibangun tubuh bendungan.
Awalnya, hanya ditemukan satu lubang. Namun, di tengah-tengah galian tak jauh dari lubang pertama (di sebelah timurnya) kembali ditemukan lubang yang sama. Tim dari proyek Bendungan Tamblang sudah melakukan pelusuran ke dalam lubang pertama. Mereka mengukur panjang terowongan yang masih bisa diakses sepanjang 480 meter ke arah barat, kemudan berbelok ke selatan. Sedangkan untuk lubang kedua yang ditemukan hanya 5 meter sebelah timur lubang pertama, belum dilakukan penelusuran.
Proyek Bendungan Tamblang dengan anggaran sekitar Rp 840 miliar dari APBN, yang digarap PT Adi Jaya Pradana (pihak rekanan) ini, berada di empat desa bertetangga perbatasan dua kecamatan kawasan Buleleng Timur, yakni Desa Bebetin (Kecamatan Sawan), Desa Sawan (Keca-matan Sawan), Desa Bontihing (Kecamatan Ku-butambahan), dan Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan).
Acara ground breaking (peletakan batu pertama) Bendungan Tamblang sudah dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster, 12 Agustus 2020 lalu. Bendungan Tamblang ini ditarget selesai tahun 2022 mendatang. Bendungan Tamblang dibangun di atas lahan seluas 73,60 hektare. Fisik bendungan dibangun dengan tinggi 68 meter dan luas 358,585 meter persegi, sehingga dapat menam-pung air sebanyak 7,6 juta meter kubik. *k23
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida putuskan untuk menutup secara permanen terowongan zaman Belanda yang ditemukan dalma proyek Bendungan Tamblang, di perbatasan empat desa bertetangga wilayah Kecamatan Sawan dan Kubutambahan, Buleleng Timur. Jika tidak ditutup, terowongan ini akan berbahaya dan potensial jadi sumber kebocoran bendungan.
Tim ahli yang diterjunkan dalam proyek Bendungan Tambang sedang menyusun rekayasa teknis, untuk menyiasati terowongan yang ditemukan tepat berada di as bendungan tersebut. Kepala Satuan Kerja (Satker) Bendungan BWS Bali Penida, I Gusti Putu Wandira, menjelaskan terowongan yang diduga saluran irigasi zaman Belanda di lokasi proyek Bendungan Tamblang tersebut, posisinya berada di as bendungan, sehingga tidak memungkinkan untuk dilestarikan. Masalahnya, kebera-daan terowongan sangat membahayakan jika dipertahankan, karena bisa menimbulkan kecocoran pada bendungan.
“Sudah kami lakukan identifikasi, sekarang kami masih melakukan review study. Dari posisi terutama di as bendungan itu, tidak memungkinkan dilestarikan karena potensi kebocoran akan cukup tinggi,” jelas IGP Wandira yang dikonfirmasi NusaBali saat mendampingi Kepala BWS Bali Penida, Maryadi Utama, melakukan penghijauan di Bendungan Titab-Ularan (di perbatasan Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu kawasan Buleleng Barat), Sabtu (5/12) siang.
Menurut Wandira, setelah dilakukan pengukuran terowongan yang pas di posisi as Bendungan Tamblang, panjang terowongan mencapai 300 meter. Diperkirakan ada beberapa terowongan zaman Belanda di lokasi proyek Bendungan Tamblang, namun belum terungkap sepenuhnya.
Nah, khusus untuk terowongan yang baru ditemukan, pekerja proyek Bendungan Tamblang sudah melakukan penutupan. Buat sementara, penutupan dilakukan dengan memasang tanda jalur terowongan di atas tanah pinggir tebing berupa tiang bambu kecil berbendera merah.
Wandira menyebutkan, dari hasil koordinasi tim ahli yang menangani proyek Bendungan Tamblang, terowongan zaman Belanda itu akan ditutup menggunakan sistem plugging, yakni penyumbatan dengan beton bertulang. Namun, sisa terowongan yang berada pada bagian spillway bendungan, tetap akan dilestarikan.
“Kami mencintai budaya leluhur seperti terowongan kuno itu. Nah, terowongan yang ditemukan di bagian as Bendungan Tamblang terpaksa kami bongkar dan tutup. Sedangkan sisa terowongan yang di luar as bendungan, akan dilestarikan,” papar Wandira.
Terowongan yang dengan tinggi 170 senimeter, lebar bawah 80 sentimeter, dan lebar atas 40 sentimeter tersebut, kata Wandira, sangat tepat untuk menunjang pemanfaatan Bendungan Tamblang sebagai tempat wisata. Keberadaan terowongan akan menambah nilai plus bagi wisatawan yang berkunjung, selain melihat pemandangan Bendungan yang direncanakan akan dapat menampung 7 juta meter kubik air dari Sungai Aya.
Terowongan yang diduga saluran irigasi zaman Belanda di as Bendungan Tamblang itu sendiri ditemukan pekerja proyek, 21 November 2020 lalu. Terowongan yang mulutnya berbentuk persegi panjang ini ditemukan di sisi barat Sungai Aya wilayah Desa/Kecamatan Sawan, Buleleng.
Menurut ahli geologi proyek bendungan, Hery Suwondo, terowongan itu ditemukan saat pekerja melakukan penggalian. Lubang yang ternyata terowongan itu muncul setelah penggalian mencapai 40 meter ke bawah. Posisi terowongan itu berada pada lahan yang rencananya akan dibangun tubuh bendungan.
Awalnya, hanya ditemukan satu lubang. Namun, di tengah-tengah galian tak jauh dari lubang pertama (di sebelah timurnya) kembali ditemukan lubang yang sama. Tim dari proyek Bendungan Tamblang sudah melakukan pelusuran ke dalam lubang pertama. Mereka mengukur panjang terowongan yang masih bisa diakses sepanjang 480 meter ke arah barat, kemudan berbelok ke selatan. Sedangkan untuk lubang kedua yang ditemukan hanya 5 meter sebelah timur lubang pertama, belum dilakukan penelusuran.
Proyek Bendungan Tamblang dengan anggaran sekitar Rp 840 miliar dari APBN, yang digarap PT Adi Jaya Pradana (pihak rekanan) ini, berada di empat desa bertetangga perbatasan dua kecamatan kawasan Buleleng Timur, yakni Desa Bebetin (Kecamatan Sawan), Desa Sawan (Keca-matan Sawan), Desa Bontihing (Kecamatan Ku-butambahan), dan Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan).
Acara ground breaking (peletakan batu pertama) Bendungan Tamblang sudah dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster, 12 Agustus 2020 lalu. Bendungan Tamblang ini ditarget selesai tahun 2022 mendatang. Bendungan Tamblang dibangun di atas lahan seluas 73,60 hektare. Fisik bendungan dibangun dengan tinggi 68 meter dan luas 358,585 meter persegi, sehingga dapat menam-pung air sebanyak 7,6 juta meter kubik. *k23
1
Komentar