Kelangkaan Kontainer Mulai Ganggu Industri
JAKARTA, NusaBali
Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) menyatakan kelangkaan kontainer di pasar membuat proses produksi terhambat.
Kelangkaan yang berkelanjutan dapat berdampak pada kenaikan harga jual ke konsumen. Sekretaris Jenderal Gabel Daniel Suhardiman mengatakan harga produk elektronik ke konsumen bisa meningkat pada Januari 2021, jika kelangkaan terus terjadi. Pasalnya, 60-70 persen pasokan komponen produk elektronika masih bergantung pada impor.
"Masalah kelangkaan kontainer ini berat karena aktivitas ekspor-impor elektronika dijadwal ulang dan harga logistik sudah sampai tiga kali lipat. Dalam waktu dekat belum tahu ada kenaikan harga jual atau tidak, tapi kalau terus-terusan begini baru ada dampak," kata Daniel Suhardiman kepada Bisnis.com, Selasa (8/12).
Daniel menyatakan kebanyakan pabrikan harus mengeluarkan biaya lebih dalam mengirim produk jadi atau mendapatkan bahan baku. Pasalnya, ruang negosiasi menjadi terbatas karena fenomena kelangkaan kontainer terjadi di seluruh dunia.
Daniel mencatat keterlambatan pengiriman produk ekspor dapat mencapai 2 pekan sejauh ini. Namun, mayoritas pabrikan dapat melakukan renegosiasi dengan buyer masing-masing lantaran kondisi saat ini merupakan force majeure atau kondisi luar biasa.
Sementara itu, industri petrokimia juga menilai kondisi arus logistik internasional yang sedang bermasalah akibat kelangkaan kontainer memberikan sisi positif dan negatif untuk pelaku usaha dalam negeri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, kontainer yang langka ini sudah terjadi sekitar dua bulan atau sejak akhir Oktober. Jika sampai Februari 2021 belum terselesaikan, kata Fajar, maka dipastikan akan membawa masalah besar bagi industri.
"Ada plus minus, sekarang yang hilir biasa pakai bahan impor jadi beralih kami cukup keteteran karena seperti elektro saja utilisasi sudah di ata 100 persen, sedangkan otomotif yang masih sulit karena dari Jepang tidak bisa masuk ke sini," kata Fajar juga kepada Bisnis.
Sisi lain, industri juga ketar-ketir jika kondisi ini akan sesuai proyeksi Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) yang mengatakan akan terurai hingga Maret 2021. Pasalnya, sejumlah bahan baku aditif masih harus didatangkan secara impor. *
1
Komentar