DB Renggut Nyawa Bocah Asal Banyuning
Sebelumnya setiap minggu selalu dilaporkan ada kasus demam berdarah (DB) di Banyuning.
SINGARAJA, NusaBali
Kelurahan Banyuning Kecamatan/Kabupaten Buleleng kembali berduka dengan meninggalnya seorang bocah yang baru berumur 5 tahun pada Minggu (6/12) lalu. Bocah bernama Kadek Dikis Satya Darma, warga Lingkungan Banyuning Tengah, Kelurahan Banyuning dikabarkan meninggal dunia setelah terserang demam berdarah (DB).
Menurut Lurah Banyuning Nyoman Sutata yang dihubungi Kamis (10/12), menerangkan anak semata wayang Komang Sukertya dengan Komang Sari, diketahui sudah sakit panas sejak empat hari sebelum dinyatakan meninggal dunia yakni pada Rabu (2/12) lalu. Bocah yang baru duduk di bangku Taman Kanak-Kanak ini pun disebut terlambat penanganan, karena keawaman orangtuanya terkait penyakit yang diderita oleh korban. Panas badan selama empat hari itu dikira hanya demam biasa.
“Sudah sakit sejak empat hari sebelumnya tetapi baru dilarikan ke rumah sakit saat sudah ngedrop, hanya empat jam di rumah sakit Kerta Usada namun tidak dapat tertolong dan setelah itu dinyatakan meninggal pada tanggal 6 dan sudah dimakamkan kemarin (Rabu, 9/12),” ucap Lurah Sutata.
Bencana yang menimpa bocah lima tahun itu kemudian langsung ditangani Kelurahan yang bekerjasama dengan Puskesmas III Buleleng. Dari hasil diagnosis korban Dikis dinyatakan suspect DB. Kasus DB hingga menyebabkan kematian yang terjadi di Kelurahan Banyuning merupakan kasus kedua di tahun ini. Fatalitas penyakit DB sebelumnya juga menyerang bocah Luh Putu indah Damayanti, 9, warga Lingkungan Banyuning Timur Kelurahan anyuning. Bocah SD itu menjadi korban keganasan nyamuk aedes aegypti pada akhir April 2020 lalu.
Lurah Sutata mengatakan kasus DB di wilayah Banyuning meski memakan korban jiwa lagi diklaim sudah menurun. Hingga Kamis (10/12) lalu sudah tidak ada warga Banyuning yang diopname karena DB. “Sekarang sudah semua sembuh, tetapi sebelumnya sebulan ini memang ada saja setiap minggu, karena selalu dilaporkan kepada kami dan juga Puskesmas III melalui Kaling,” ucap Sutata.
Dia pun memprediksi kasus DB yang sempat melandai di Banyuning kembali mencuat karena perubahan musim dan turunnya hujan dua pekan terakhir. Sejauh ini kasus DB yang rentan terjadi di kawasan padat penduduk ini sudah ditindaklanjuti oleh Puskesmas III Buleleng dan juga dibantu relawan untuk fogging salah satunya oleh relawan Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng.
Ketua BMI Buleleng Ketut Putra Sedana di sela-sela fogging mengatakan menurunkan sejumlah relawannya setelah ada permintaan dari kelurahan Banyuning. Aksi sosial itu disebutnya sudah dilakukan sejak setahun belakangan sebagai wujud kepedulian pemuda BMI untuk pekaterhadap masalah yang timbul di lingkungan sekitarnya. “Kami bergerak sesuai permintaan dan kasus yang terjadi di masyarakat. Karena DB ini merupakan ancaman penyakit yang cukup meresahkan dan menjadi momok masyarakat apalagi sampai ada kasus meninggal dunia. Kami hadir mendukung pemerintah karena tanggung jawab penanganan DB tidak hanya ada di pemerintah, tetapi semua lapisan masyarakat,” jelas dia.
Selain membantu memberantas sarang nyamuk dan nyamuk dewasa melalui fogging, BMI juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat terdampak DB senantiasa menerapkan hidup bersih dan sehat. “Yang terpenting adalah menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat dengan 3M memberantas jentik nyamuknya. Upaya menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan mengubur barang bekas ini upaya antisipasi berkembangnya jentik nyamuk,” imbuh dia. *k23
Kelurahan Banyuning Kecamatan/Kabupaten Buleleng kembali berduka dengan meninggalnya seorang bocah yang baru berumur 5 tahun pada Minggu (6/12) lalu. Bocah bernama Kadek Dikis Satya Darma, warga Lingkungan Banyuning Tengah, Kelurahan Banyuning dikabarkan meninggal dunia setelah terserang demam berdarah (DB).
Menurut Lurah Banyuning Nyoman Sutata yang dihubungi Kamis (10/12), menerangkan anak semata wayang Komang Sukertya dengan Komang Sari, diketahui sudah sakit panas sejak empat hari sebelum dinyatakan meninggal dunia yakni pada Rabu (2/12) lalu. Bocah yang baru duduk di bangku Taman Kanak-Kanak ini pun disebut terlambat penanganan, karena keawaman orangtuanya terkait penyakit yang diderita oleh korban. Panas badan selama empat hari itu dikira hanya demam biasa.
“Sudah sakit sejak empat hari sebelumnya tetapi baru dilarikan ke rumah sakit saat sudah ngedrop, hanya empat jam di rumah sakit Kerta Usada namun tidak dapat tertolong dan setelah itu dinyatakan meninggal pada tanggal 6 dan sudah dimakamkan kemarin (Rabu, 9/12),” ucap Lurah Sutata.
Bencana yang menimpa bocah lima tahun itu kemudian langsung ditangani Kelurahan yang bekerjasama dengan Puskesmas III Buleleng. Dari hasil diagnosis korban Dikis dinyatakan suspect DB. Kasus DB hingga menyebabkan kematian yang terjadi di Kelurahan Banyuning merupakan kasus kedua di tahun ini. Fatalitas penyakit DB sebelumnya juga menyerang bocah Luh Putu indah Damayanti, 9, warga Lingkungan Banyuning Timur Kelurahan anyuning. Bocah SD itu menjadi korban keganasan nyamuk aedes aegypti pada akhir April 2020 lalu.
Lurah Sutata mengatakan kasus DB di wilayah Banyuning meski memakan korban jiwa lagi diklaim sudah menurun. Hingga Kamis (10/12) lalu sudah tidak ada warga Banyuning yang diopname karena DB. “Sekarang sudah semua sembuh, tetapi sebelumnya sebulan ini memang ada saja setiap minggu, karena selalu dilaporkan kepada kami dan juga Puskesmas III melalui Kaling,” ucap Sutata.
Dia pun memprediksi kasus DB yang sempat melandai di Banyuning kembali mencuat karena perubahan musim dan turunnya hujan dua pekan terakhir. Sejauh ini kasus DB yang rentan terjadi di kawasan padat penduduk ini sudah ditindaklanjuti oleh Puskesmas III Buleleng dan juga dibantu relawan untuk fogging salah satunya oleh relawan Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng.
Ketua BMI Buleleng Ketut Putra Sedana di sela-sela fogging mengatakan menurunkan sejumlah relawannya setelah ada permintaan dari kelurahan Banyuning. Aksi sosial itu disebutnya sudah dilakukan sejak setahun belakangan sebagai wujud kepedulian pemuda BMI untuk pekaterhadap masalah yang timbul di lingkungan sekitarnya. “Kami bergerak sesuai permintaan dan kasus yang terjadi di masyarakat. Karena DB ini merupakan ancaman penyakit yang cukup meresahkan dan menjadi momok masyarakat apalagi sampai ada kasus meninggal dunia. Kami hadir mendukung pemerintah karena tanggung jawab penanganan DB tidak hanya ada di pemerintah, tetapi semua lapisan masyarakat,” jelas dia.
Selain membantu memberantas sarang nyamuk dan nyamuk dewasa melalui fogging, BMI juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat terdampak DB senantiasa menerapkan hidup bersih dan sehat. “Yang terpenting adalah menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat dengan 3M memberantas jentik nyamuknya. Upaya menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan mengubur barang bekas ini upaya antisipasi berkembangnya jentik nyamuk,” imbuh dia. *k23
Komentar