Konstruksi Jembatan Dihancurkan Banjir
Proses pembangunan jembatan penghubung antara dua desa bertetangga di Kecamatan Gianyar, Desa Bitera (sisi timur) dan Desa Siangan (sisi barat), berantakan akibat diterjang banjir, Jumat (4/11) dinihari.
GIANYAR, NusaBali
Konstruksi jembatan yang belum masuk tahap pengecoran ini ambruk karena dihantam tumpukan sampah dan pohon-pohon tumbang saat banjir.
Konstruksi jembatan yang sedang dibangun ini berada di atas Tukad Pakerisan, yang membelah Desa Bitera dan Desa Siangan. Jembatan yang melintang arah timur-barat ini dirancang dengan panjang 22 meter dan lebar 7 meter. Sedangkan jembatan lama di tempat yang sama, lebarnya hanya mencapai 3 meter. Jembatan itu sendiri masuk wilayah Banjar Dauh Uma, Desa Bitera.
Ambruknya konstruksi jembatan yang sedang dalam tahap penggarapan ini diperkirakan terjadi Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Sebelum musibah, hujan lebat memang mengguyur sebagian wilayah Gianyar dan sekitarnya.
Pembangunan jembatan penghubung Desa Bitera-Desa Siangan yang merupakan proyek Dinas Pekerjaan Umum (PU) Gianyar ini dikerjakan pihak rekanan PT Karya Marga Jaya (KMJ). Menurut sang kontraktor dari PT KMJ, Agus Nur, proyek jembatan plus perbaikan jalan ini bernilai Rp 4,7 miliar.
Sesuai kontrak, pengerjaan jembatan dimulai sejak 10 Juni 2016 dengan waktu pe-laksanaan selama 150 hari sampai November 2016. Rencana semula, Jumat kemarin seharusnya sudah dilakukan pengecoran jembatan. Namun, sebelum pengecoran, konstruksi jembatan malah dihancurkan banjir.
“Sebelumnya, aliran air sungai (Tukad Pakerisan) tidak pernah sebesar ini. Kini malah terjadi banjir, hingga pohon-pohon tumbang ukuran besar yang dibawa air menghantam konstruksi jembatan,” jelas Agus Nur saat ditemui NusaBali di lokasi proyek jembatan ambruk, Jumat kemarin.
Gara-gara terjangan banjir ini, kata Agus Nur, pihaknya selaku kontraktor mengalami kerugian kisaran Rp 800 juta hingga Rp 900 juta. Selain itu, waktu penyelesaian proyek jembatan pun molor sekitar sebulan menjadi Desdember 2016, dari target awal bulan November ini.
“Perlu tambahan waktu sebulan dari jadwal ditetapkan dalam kontrak,” keluh Agus Nur. Selain itu, pihaknya juga akan mereview ulang desain jembatan dengan menggunakan sistem precast. “Dengan sistem ini, biayanya jauh lebih mahal, namun pengerjaan lebih cepat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PU Gianyar, I Nyoman Nuadi, menyatakan seharusnya proyek jembatan penghubung Desa Bitera-Desa Siangan ini bisa rampung November 2016. Sekitar 50 persen pengerjaan telah rampung, karena tinggal melakukan pengecoran, setelah itu baru melakukan pengaspalan. Namun, konstruksi jembatan keburu ambruk. “Kami dan rekanan sudah melakukan koordinasi untuk penanganan ini,” ujar Nyoman Nuadi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Gianyar, Jumat kemarin.
Nyoman Nuadi pun menyampaikan permakluman kepada masyarakat sekitar, karena dibutuhkan waktu lebih lama lagi untuk penyelesaian jembatan tersebut. “Kami harap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini. Kami akan berupaya semaksimal mungkin dalam pengerjaannya,” jelas Nuadi.
Pantauan NusaBali di lokasi jembatan ambruk, Jumat kemarin, para pekerja proyek sejak pagi hingga sore membersihkan sampah-sampah dan pohon-pohon tumbang menumpuk. Awalnya, pekerja membersihkannya secara manual. Namun, karena banyaknya sampah dan pohon tumbang berukuran besar, akhirnya dikerahkan satu unit alat berat ke lokasi.
Pada saat bersamaan, sejumlah warga terlihat sibuk mengumpulkan pohon-pohon tumbang tersebut untuk dijadikan kayu bakar. Sedangkan sejumlah warga lainnya asyik menonton para pekerja proyek membersihkan sampah-sampah di konstruksi jembatan ambruk.
Meski konstruksi jembatan yang sedang dikerjakan ambruk dihantam banjir, namun arus lalulintas dari Desa Bitera ke Desa Siangan atau sebaliknya tetap bisa dilakukan. Mereka melintas melalui jembatan darurat yang sudah dibangun sebelumnya. Tapi, hanya sepeda motor yang bisa melintas, itu puh harus bergantian dari kedua arah. Sedangkan untuk kendaran roda empat, harus memutas sejauh 7 kilometer melalui jalur alternatif. cr62
Konstruksi jembatan yang sedang dibangun ini berada di atas Tukad Pakerisan, yang membelah Desa Bitera dan Desa Siangan. Jembatan yang melintang arah timur-barat ini dirancang dengan panjang 22 meter dan lebar 7 meter. Sedangkan jembatan lama di tempat yang sama, lebarnya hanya mencapai 3 meter. Jembatan itu sendiri masuk wilayah Banjar Dauh Uma, Desa Bitera.
Ambruknya konstruksi jembatan yang sedang dalam tahap penggarapan ini diperkirakan terjadi Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Sebelum musibah, hujan lebat memang mengguyur sebagian wilayah Gianyar dan sekitarnya.
Pembangunan jembatan penghubung Desa Bitera-Desa Siangan yang merupakan proyek Dinas Pekerjaan Umum (PU) Gianyar ini dikerjakan pihak rekanan PT Karya Marga Jaya (KMJ). Menurut sang kontraktor dari PT KMJ, Agus Nur, proyek jembatan plus perbaikan jalan ini bernilai Rp 4,7 miliar.
Sesuai kontrak, pengerjaan jembatan dimulai sejak 10 Juni 2016 dengan waktu pe-laksanaan selama 150 hari sampai November 2016. Rencana semula, Jumat kemarin seharusnya sudah dilakukan pengecoran jembatan. Namun, sebelum pengecoran, konstruksi jembatan malah dihancurkan banjir.
“Sebelumnya, aliran air sungai (Tukad Pakerisan) tidak pernah sebesar ini. Kini malah terjadi banjir, hingga pohon-pohon tumbang ukuran besar yang dibawa air menghantam konstruksi jembatan,” jelas Agus Nur saat ditemui NusaBali di lokasi proyek jembatan ambruk, Jumat kemarin.
Gara-gara terjangan banjir ini, kata Agus Nur, pihaknya selaku kontraktor mengalami kerugian kisaran Rp 800 juta hingga Rp 900 juta. Selain itu, waktu penyelesaian proyek jembatan pun molor sekitar sebulan menjadi Desdember 2016, dari target awal bulan November ini.
“Perlu tambahan waktu sebulan dari jadwal ditetapkan dalam kontrak,” keluh Agus Nur. Selain itu, pihaknya juga akan mereview ulang desain jembatan dengan menggunakan sistem precast. “Dengan sistem ini, biayanya jauh lebih mahal, namun pengerjaan lebih cepat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PU Gianyar, I Nyoman Nuadi, menyatakan seharusnya proyek jembatan penghubung Desa Bitera-Desa Siangan ini bisa rampung November 2016. Sekitar 50 persen pengerjaan telah rampung, karena tinggal melakukan pengecoran, setelah itu baru melakukan pengaspalan. Namun, konstruksi jembatan keburu ambruk. “Kami dan rekanan sudah melakukan koordinasi untuk penanganan ini,” ujar Nyoman Nuadi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Gianyar, Jumat kemarin.
Nyoman Nuadi pun menyampaikan permakluman kepada masyarakat sekitar, karena dibutuhkan waktu lebih lama lagi untuk penyelesaian jembatan tersebut. “Kami harap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini. Kami akan berupaya semaksimal mungkin dalam pengerjaannya,” jelas Nuadi.
Pantauan NusaBali di lokasi jembatan ambruk, Jumat kemarin, para pekerja proyek sejak pagi hingga sore membersihkan sampah-sampah dan pohon-pohon tumbang menumpuk. Awalnya, pekerja membersihkannya secara manual. Namun, karena banyaknya sampah dan pohon tumbang berukuran besar, akhirnya dikerahkan satu unit alat berat ke lokasi.
Pada saat bersamaan, sejumlah warga terlihat sibuk mengumpulkan pohon-pohon tumbang tersebut untuk dijadikan kayu bakar. Sedangkan sejumlah warga lainnya asyik menonton para pekerja proyek membersihkan sampah-sampah di konstruksi jembatan ambruk.
Meski konstruksi jembatan yang sedang dikerjakan ambruk dihantam banjir, namun arus lalulintas dari Desa Bitera ke Desa Siangan atau sebaliknya tetap bisa dilakukan. Mereka melintas melalui jembatan darurat yang sudah dibangun sebelumnya. Tapi, hanya sepeda motor yang bisa melintas, itu puh harus bergantian dari kedua arah. Sedangkan untuk kendaran roda empat, harus memutas sejauh 7 kilometer melalui jalur alternatif. cr62
Komentar