Kontainer Langka, Ekspor Bali Terhambat
Eksportir dibayangi kekecewaan buyer dan pembengkakan biaya
DENPASAR,NusaBali
Pengiriman produk handicraft Bali ke sejumlah negara tujuan ekspor terhambat. Penyebabnya kelangkaan container. Akibatnya banyak produk kerajinan yang menumpuk karena diundur pengirimannya.
Keadaan tersebut menyebabkan waswas kalangan ekspotir. Pengunduran jadwal atau penjadwalan ulang bisa menyebabkan complain buyer di luar negeri. Bukan tidak mungkin bisa membatalkan pesanan, karena eksportir dianggap tak mematuhi komitmen.
Padahal ekspor handicraft merupakan salah satu sumber pendapatan atau devisa negara, khususnya Bali. Belakangan permintaan handicraft juga menunjukkan peningkatan. Namun kelangkaan container itulah kini menjadi persoalan.
“Kami minta Pemerintah bisa memberi solusi,” ujar Ketua Asosiasi Eskportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Dharma Siadja, Jumat (11/12).
Dikatakan Dharma Siadja, trend pasar handicraft di luar negeri sudah menunjukkan pergerakan positif. Pasar Amerika dan Erofa sudah mulai menggeliat.
“ Walau besarannya tak seperti sebelum pandemi (Covid-19), namun sudah menunjukkan peningkatan,” ungkap pengusana handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Hanya sayang di saat trend positif ini, kelangkaan container menjadi persoalan. Dampaknya eksportir harus negosiasi ulang dengan buyer.
Beruntung kalau buyer mau mengerti dan bisa memahami kalau kelangkaan tersebut karena pandemi Covid-19. Yang berat, kalau buyer tetap keukeuh tak mau terima. Kemudian ujung-ujung pembatalan orderan.
“Jelas eksportir, perajin kita menderita jadinya. Belum lagi citra kita sebagai mitra bisnis ikut terimbas,” ujarnya.
Kalaupun penjadwalan ulang berhasil, pembengkakan biaya mengikuti. Karena waktu pengiriman bertambah lama.
“Karena itu mohon ada solusi dari pemerintah, untuk merangsang ekspor handicraft lebih meningkat," tandas Dharma Siadja.
Kadis Perdagangan dan Perindustrian Bali I Wayan Jarta membenarkan persoalan transportasi dan kontainer yang dihadapi eksportir Bali. "Persoalan itu kita pahami. Keluhan teman- teman eksportir sudah kita ketahui," ujar Jarta.
Persoalan itu lanjut Jarta, juga sudah disampaikan ke Pusat, ke Menperindag. "Dalam beberapa kali webinar sudah kita laporkan," kata Jarta.
Karena Jarta sepakat harus ada solusi, sehingga ekspor Bali semakin membaik. Bukan hanya handicraft, komoditas ekspor lain juga mulai mengalami kenaikkan pengirimannya ke luar negeri.
"Namun volumenya belum sebanyak tahun lalu, " kata Jarta. Dia pun mengulang agar Pusat memberikan solusi. *K17
Pengiriman produk handicraft Bali ke sejumlah negara tujuan ekspor terhambat. Penyebabnya kelangkaan container. Akibatnya banyak produk kerajinan yang menumpuk karena diundur pengirimannya.
Keadaan tersebut menyebabkan waswas kalangan ekspotir. Pengunduran jadwal atau penjadwalan ulang bisa menyebabkan complain buyer di luar negeri. Bukan tidak mungkin bisa membatalkan pesanan, karena eksportir dianggap tak mematuhi komitmen.
Padahal ekspor handicraft merupakan salah satu sumber pendapatan atau devisa negara, khususnya Bali. Belakangan permintaan handicraft juga menunjukkan peningkatan. Namun kelangkaan container itulah kini menjadi persoalan.
“Kami minta Pemerintah bisa memberi solusi,” ujar Ketua Asosiasi Eskportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Dharma Siadja, Jumat (11/12).
Dikatakan Dharma Siadja, trend pasar handicraft di luar negeri sudah menunjukkan pergerakan positif. Pasar Amerika dan Erofa sudah mulai menggeliat.
“ Walau besarannya tak seperti sebelum pandemi (Covid-19), namun sudah menunjukkan peningkatan,” ungkap pengusana handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Hanya sayang di saat trend positif ini, kelangkaan container menjadi persoalan. Dampaknya eksportir harus negosiasi ulang dengan buyer.
Beruntung kalau buyer mau mengerti dan bisa memahami kalau kelangkaan tersebut karena pandemi Covid-19. Yang berat, kalau buyer tetap keukeuh tak mau terima. Kemudian ujung-ujung pembatalan orderan.
“Jelas eksportir, perajin kita menderita jadinya. Belum lagi citra kita sebagai mitra bisnis ikut terimbas,” ujarnya.
Kalaupun penjadwalan ulang berhasil, pembengkakan biaya mengikuti. Karena waktu pengiriman bertambah lama.
“Karena itu mohon ada solusi dari pemerintah, untuk merangsang ekspor handicraft lebih meningkat," tandas Dharma Siadja.
Kadis Perdagangan dan Perindustrian Bali I Wayan Jarta membenarkan persoalan transportasi dan kontainer yang dihadapi eksportir Bali. "Persoalan itu kita pahami. Keluhan teman- teman eksportir sudah kita ketahui," ujar Jarta.
Persoalan itu lanjut Jarta, juga sudah disampaikan ke Pusat, ke Menperindag. "Dalam beberapa kali webinar sudah kita laporkan," kata Jarta.
Karena Jarta sepakat harus ada solusi, sehingga ekspor Bali semakin membaik. Bukan hanya handicraft, komoditas ekspor lain juga mulai mengalami kenaikkan pengirimannya ke luar negeri.
"Namun volumenya belum sebanyak tahun lalu, " kata Jarta. Dia pun mengulang agar Pusat memberikan solusi. *K17
1
Komentar