Taat Latihan dan Prokes, Sukses Saat 'Lawan Corona'
DENPASAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 merajam, khususnya Bali, sejak Maret 2020. Kondisi ini menjadi tantangan berat bagi semua sektor kehidupan tak terkecuali kesenian.
Pandemi tidak hanya memerosotkan ajang pentas, namun juga upaya berat mempertahankan agar aktivitas seni, seperti di sanggar tetap bergerak.
Oleh Sanggar Hung Bali, hal yang dilakukan pertama dalam menyikapi situasi pandemi yakni bertanya pada orangtua dari anak-anak yang berlatih di Sanggar Hung Bali. Apakah latihan akan tetap dilanjutkan atau tidak.
“Di sana ada masukan dari orangtua murid, tetap ada les, biar anak-anak tidak cenderung bermain di rumah saja. Biar dia ada kegiatan positif. Jadi tetap saya laksanakan les di masa pandemi. Namun kami batasi anak-anak yang les pada saat pandemi ini,” ujar I Gede Arya Swastika, Ketua Sanggar Hung Bali.
Pembatasan yang dilakukan, berupa pembatasan jumlah anak yang datang dalam satu kali latihan, menjaga jarak, dan menerapkan protokol kesehatan. Seperti pada latihan yang dilakukan pada Minggu (29/11), para anak didik yang berlatih secara tertib menggunakan masker. Dari segi acara kesenian, perubahan terasa yakni berubahnya event yang semula digelar secara langsung, kini digelar secara virtual.
Foto: Suasana latihan di Sanggar Hung Bali. -ARIEF
Seperti pada penampilan Sanggar Hung Bali serangkaian acara peringatan Hari Anak Sedunia pada 20 November 2020. Dalam event tersebut, satu pementasan dibatasi hanya 20 orang. Latihan persiapan untuk event tersebut pun dilakukan dua kali, ditambah persiapan lebih awal sebelum pandemi. Tak bisa dipungkiri, terdapat beberapa ketakutan dari orangtua murid selama pandemi. Di satu sisi, banyak juga orangtua yang ingin agar anaknya tetap berlatih ke sanggar.
Untuk memberikan rasa aman dari penularan wabah, Arya Swastika secara rutin melakukan disinfeksi seminggu sekali di sanggar yang terletak di Jalan Plawa, Sumerta Kauh, Denpasar Timur. “Kebetulan saya ikut jadi tim disinfektan di banjar. Artinya, saya bisa menjadi contoh, nanti biar tidak menjadi boomerang buat saya. Kan aneh, saya membuka les, tetapi tidak pernah steril di tempat saya sendiri,” lanjutnya.
Sementara itu, pada peringatan Hari Anak Sedunia, 20 November 2020 lalu, Sanggar Hung Bali menampilkan permainan tradisional ‘Lawan Corona’. Sanggar ini juga memeriahkan penutupan Denpasar Festival di penghujung tahun 2020.
“Event ini ingin dilaksanakan oleh Kormi (Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Denpasar. Salah satunya permainan tradisional itu masuk dalam bidang Kormi. Ini tidak ada dalam rentetan Denfest awalnya, cuma dari Kormi ingin membuat acara penutupan Malam Tahun Baru, untuk Pak Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra,” ungkap I Gede Arya Swastika.
Kendati merupakan persiapan untuk tampil di penghujung tahun, namun tanggalnya sendiri belum dipastikan. “Karena rentetan ini bukan rentetan dari Denpasar Festival atau melepas matahari 2020. Artinya ini memang khusus acara dari Kormi Denpasar,” lanjutnya.
Hung Bali juga dalam waktu dekat bakal berkolaborasi dengan Pregina Art & Showbiz Bali. Kolaborasi ini menampilkan para musisi Bali papan atas, seperti Ayu Laksmi, Ocha Taksu, dan Palawara Music Company.
“Rencananya, semoga tidak ada mundur atau maju, tanggal 25 Desember di Dharma Negara Alaya,” lanjut pria yang telah menyukai seni sejak anak-anak ini. Konsep untuk tampilan kolaborasi ini juga masih dalam persiapan. Namun, Arya Swastika mengungkapkan, Hung Bali akan mengisi bagian kendang dalam sajian musik tersebut.
Foto: Suasana latihan di Sanggar Hung Bali. -ARIEF
Sebelumnya, dalam peringatan Hari Anak Sedunia oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 20 November 2020 lalu, Sanggar Hung Bali menampilkan permainan ‘Lawan Corona’ bersama dengan maestro dongeng Made Taro. Permainan ini awalnya diciptakan oleh Made Taro, yang sebelumnya pernah ditampilkan dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi.
Permainan itu kemudian diaransemen dan ditampilkan oleh Hung Bali. Made Taro yang memberikan teks, lirik, dan tutorial permainan tersebut secara lisan. “Saat itu saya berpikir, bagaimana permainan ini, akhirnya saya berinisiatif menelepon salah satu anak Pak Made Taro, Pak Gede Tarmada. Beliaulah yang ke sini sekali memberikan saya sendiri contoh, setelah itu saya melanjutkan kepada anak-anak, artinya menuangkan yang diberikan Pak Gede Tarmada kepada saya. Saya menuangkan kepada anak-anak dan saya kembangkan permainan itu agar lebih menarik, kayak sekarang dikenal permainan Lawan Corona,” jelas Arya Swastika. *cr74
Komentar