Panjang Terowongan 355 Meter, untuk Alihkan Aliran Sungai
Pengerjaan Terowongan Pengelak Awali Proyek Bendungan Tamblang
Saat ini, masih tersisa pengerjaan terowongan pengelak sepanjang 130 meter, Jika terowongan pengelak sudah tuntas, air Sungai Aya akan dialihkan ke sana, sehingga bisa dilakukan pembangunan inti Bendungan Tamblang
SINGARAJA, NusaBali
Terowongan pengelak sepanjang 355 meter dibangun di sisi timur aliran Sungai Aya kawasan proyek Bendungan Tamblang, yang berlokasi di perbatasan empat desa bertetangga wilayah Kecamatan Sawan dan Ku-butambahan, Buleleng Timur. Terowongan pengelak ini berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai, agar mudah pembangunan inti bendungan.
Pengerjaan terowongan pengelak sepanjang 355 meter ini merupakan pekerjaan awal proyek Bendungan Tamblang. Menurut ahli geologi proyek Bendungan Tamblang, Herry Suwondo, saat ini pengerjaan terowongan pengelak sudah 2/3 rampung. Dari total panjang terowongan pengelak mencapai 355 meter, kini sudah selesai 225 meter dan masih tersisa 130 meter. Seluruh pengerjaan terowongan pengelak menggunakan alat berat, yang digali dari kedua belah sisi hingga tembus.
“Saat ini, baru penggalian terowongan pengelak dari dua arah, belum tembus. Setelah tembus nanti, akan dilanjutkan dengan pembetonan, kemudian injeksi semen, dan terakhir pengecekan pintu hodromekanikal untuk pengalihan aliran sungai,” jelas Herry saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (13/12).
Dalam proyek bendungan, kata Herry, bagian yang paling penting adalah penggarapan terowongan pengelak. Tanpa pengerjaan terowongan pengelak, pekerja tidak akan dapat mengerjakan bagian inti bendungan. Terowongan pengelak fungsinya untuk mengalihkan aliran air sungai yang akan dibendung.
Setelah pengerjaan terowongan pengelak tuntas dan siap mengalihkan aliran sungai, rekanan proyek Bendungan Tamblang yakni PT PP Adhi Jaya segera akan beralih mengerjakan bangunan inti bendung. Selain pengerjaan bagian utama, saat ini juga sedang berlangusng penggalian tanah di bangunan inti Bendungan Tamblang, dengan melibatkan sekitar 100 pekerja.
Pekerja proyek beberapa kali harus melakukan peledakan untuk menghancurkan bebatuan beku yang ditemukan dalam proses penggalian. Namun, kata Herry, penghancuran batuan beku dan pemakaian sistem ledakan dalam proses penggalian tanah, sudah lumrah dilakukan pada proyek bendungan di mana pun.
Menurut Herry, keberadaan batuan beku di lapisan tanah tidak dapat ditangani dengan peralatan manual dan alat berat sekalipun. Sedangkan tekstur tanah di kawasan Bendungan Tamblang seluas 58,5 hektare, relatif lunak.
Upaya peledakan untuk memecah batuan beku di proyek Bendungan Tamblang, kata Herry, masuk dalam kategori kurang keras, karena ditemukan pada lapisan tanah permukaan. Rasio peledakan sangat kecil jika dibandungkan keseluruhan galian.
“Selama kami melakukan galian ini, termasuk kecil rasionya, tidak ada hambatan yang berarti. Kalau di proyek bendungan tempat lain, bisa semuanya batuan beku. Kalau di areal Bendungan Tamblang ini, tekstur lapisan tanahnya relatif lunak,” tegas Herry.
Sementara itu, pengerjaan galian Bendungan Tamblang saat memasuki musim hujan berpotensi ditingkahi musibah longsor. Pihak pelaksana proyek sangat mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja. Karena itu, kata Herry, upaya antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan juga sudah disiapkan dengan matang. Termasuk antisipasi potensi banjir bandang dadakan yang seringkali terjadi di Sungai Aya saat musim hujan.
“Kami sudah siagakan petugas pemantau di hulu sungai, dengan jarak beberapa kilometer dari proyek Bendungan Tamblang. Ini untuk memantau ketinggian air, sehingga ketika ada peningkatan volume air sungai, maka akan ada peringatan dini di proyek,” tandas Herry.
Selain itu, kata Herry, saat turun hujan, seluruh pekerjaan penggalian Bendungan Tamblang dihentikan sementara, termasuk proyek pembetonan dan akses kendaraan material keluar masuk jalur proyek yang memang tidak direkomendasi. “Kalau pengecoran memang tidak boleh kena air hujan, sehingga otomatis stop sementara. Begitu juga kendaraan material dengan akses jalan tanjakan dan turunan saat hujan, rentan licin sehingga tidak direkomendasi melakukan aktivitas,” terang Herry.
Proyek Bendungan Tamblang dengan anggaran sekitar Rp 840 miliar dari APBN, yang digarap PT Adi Jaya Pradana (pihak rekanan) ini, ber-ada di empat desa bertetangga perbatasan dua kecamatan kawasan Bule-leng Timur, yakni Desa Bebetin (Kecamatan Sawan), Desa Sawan (Keca-matan Sawan), Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan), dan Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan).
Acara ground breaking (peletakan batu pertama) Bendungan Tamblang sudah dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster, 12 Agustus 2020 lalu. Bendungan Tamblang ini ditarget selesai tahun 2022 mendatang. Bendungan Tamblang dibangun di atas lahan seluas 73,60 hektare. Fisik bendungan dibangun dengan tinggi 68 meter dan luas 358,585 meter persegi, sehingga dapat menampung air sebanyak 7,6 juta meter kubik. *k23
Pengerjaan terowongan pengelak sepanjang 355 meter ini merupakan pekerjaan awal proyek Bendungan Tamblang. Menurut ahli geologi proyek Bendungan Tamblang, Herry Suwondo, saat ini pengerjaan terowongan pengelak sudah 2/3 rampung. Dari total panjang terowongan pengelak mencapai 355 meter, kini sudah selesai 225 meter dan masih tersisa 130 meter. Seluruh pengerjaan terowongan pengelak menggunakan alat berat, yang digali dari kedua belah sisi hingga tembus.
“Saat ini, baru penggalian terowongan pengelak dari dua arah, belum tembus. Setelah tembus nanti, akan dilanjutkan dengan pembetonan, kemudian injeksi semen, dan terakhir pengecekan pintu hodromekanikal untuk pengalihan aliran sungai,” jelas Herry saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (13/12).
Dalam proyek bendungan, kata Herry, bagian yang paling penting adalah penggarapan terowongan pengelak. Tanpa pengerjaan terowongan pengelak, pekerja tidak akan dapat mengerjakan bagian inti bendungan. Terowongan pengelak fungsinya untuk mengalihkan aliran air sungai yang akan dibendung.
Setelah pengerjaan terowongan pengelak tuntas dan siap mengalihkan aliran sungai, rekanan proyek Bendungan Tamblang yakni PT PP Adhi Jaya segera akan beralih mengerjakan bangunan inti bendung. Selain pengerjaan bagian utama, saat ini juga sedang berlangusng penggalian tanah di bangunan inti Bendungan Tamblang, dengan melibatkan sekitar 100 pekerja.
Pekerja proyek beberapa kali harus melakukan peledakan untuk menghancurkan bebatuan beku yang ditemukan dalam proses penggalian. Namun, kata Herry, penghancuran batuan beku dan pemakaian sistem ledakan dalam proses penggalian tanah, sudah lumrah dilakukan pada proyek bendungan di mana pun.
Menurut Herry, keberadaan batuan beku di lapisan tanah tidak dapat ditangani dengan peralatan manual dan alat berat sekalipun. Sedangkan tekstur tanah di kawasan Bendungan Tamblang seluas 58,5 hektare, relatif lunak.
Upaya peledakan untuk memecah batuan beku di proyek Bendungan Tamblang, kata Herry, masuk dalam kategori kurang keras, karena ditemukan pada lapisan tanah permukaan. Rasio peledakan sangat kecil jika dibandungkan keseluruhan galian.
“Selama kami melakukan galian ini, termasuk kecil rasionya, tidak ada hambatan yang berarti. Kalau di proyek bendungan tempat lain, bisa semuanya batuan beku. Kalau di areal Bendungan Tamblang ini, tekstur lapisan tanahnya relatif lunak,” tegas Herry.
Sementara itu, pengerjaan galian Bendungan Tamblang saat memasuki musim hujan berpotensi ditingkahi musibah longsor. Pihak pelaksana proyek sangat mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja. Karena itu, kata Herry, upaya antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan juga sudah disiapkan dengan matang. Termasuk antisipasi potensi banjir bandang dadakan yang seringkali terjadi di Sungai Aya saat musim hujan.
“Kami sudah siagakan petugas pemantau di hulu sungai, dengan jarak beberapa kilometer dari proyek Bendungan Tamblang. Ini untuk memantau ketinggian air, sehingga ketika ada peningkatan volume air sungai, maka akan ada peringatan dini di proyek,” tandas Herry.
Selain itu, kata Herry, saat turun hujan, seluruh pekerjaan penggalian Bendungan Tamblang dihentikan sementara, termasuk proyek pembetonan dan akses kendaraan material keluar masuk jalur proyek yang memang tidak direkomendasi. “Kalau pengecoran memang tidak boleh kena air hujan, sehingga otomatis stop sementara. Begitu juga kendaraan material dengan akses jalan tanjakan dan turunan saat hujan, rentan licin sehingga tidak direkomendasi melakukan aktivitas,” terang Herry.
Proyek Bendungan Tamblang dengan anggaran sekitar Rp 840 miliar dari APBN, yang digarap PT Adi Jaya Pradana (pihak rekanan) ini, ber-ada di empat desa bertetangga perbatasan dua kecamatan kawasan Bule-leng Timur, yakni Desa Bebetin (Kecamatan Sawan), Desa Sawan (Keca-matan Sawan), Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan), dan Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan).
Acara ground breaking (peletakan batu pertama) Bendungan Tamblang sudah dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster, 12 Agustus 2020 lalu. Bendungan Tamblang ini ditarget selesai tahun 2022 mendatang. Bendungan Tamblang dibangun di atas lahan seluas 73,60 hektare. Fisik bendungan dibangun dengan tinggi 68 meter dan luas 358,585 meter persegi, sehingga dapat menampung air sebanyak 7,6 juta meter kubik. *k23
Komentar