'Air Kehidupan' di Atas Panggung Seni
Berkurangnya kapasitas air Bali dan mulai terancamnya sumber-sumber air yang ada menjadi permasalahan yang cukup serius.
DENPASAR, NusaBali
Permasalahan ini lantas direspon ke dalam bentuk sajian seni bertajuk 'Water Is Life' oleh komunitas seni Pancer Langit dari Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dalam mengisi agenda Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya. Sajian ini dipentaskan di venue Kolam sebelah timur Taman Budaya Bali, Sabtu (5/11) malam.
Sajian diawali dengan kemunculan sinar berupa lilin-lilin yang dinyalakan dan ditarikan oleh penari wanita yang meliukan tubuhnya di pinggiran kolam. Sementara itu, seorang penari pria mengambil posisi menari di loby sebelah timur lantai 2 Museum Taman Budaya, dengan gerakan tarian menggambarkan sosok dewa itu tampil dengan dukungan tata cahaya lampu. Pertunjukkan semakin aktraktif dengan letupan api buatan. Setelahnya, bunyi rebab mengiringi gerak tari kotemporer oleh dua orang laki perempuan.
Sejurus kemudian, sekelompok remaja putri membawa jun (wadah air) dari tanah. Ceritanya, mereka tengah mencari air dan digoda remaja pria membawa alat musik dari bamboo. Diselipkan pula lagu genjek sebagai tanda keriangan para remaja menikmati masa mudanya.
Para seniman muda yang merespon sebuah ruang berkreativitas dengan memanfaatkan media air di ruang terbuka itu, diiringi hujan mengguyur cukup deras dan sesekali diiringi gelegar suara kilatan petir yang menggema dalam keadaan malam yang semakin larut.
Sempat khawatir dengan situasi pertunjukan penuh risiko malam itu, akan tetapi para kreator muda berkomitmen sejak awal untuk merancang sajian seni menantang, mengambil konsep air dalam kehidupan, bergulat imajinasi dengan disambut hujan deras dan suara kodok pun turut merestui pementasan malam itu. Media ungkap air seni ini, dibalut dengan busana aneka rupa, dengan iringan musik selonding, rebab, gender, dan suling.
Koreografer sekaligus pengasuh Komunitas Seni Pancer Langit, AA Rahma Putra mengatakan, tema Water Is Life atau air adalah kehidupan, merupakan sebuah fenomena alam sekaligus tantangan di masa depan.
Intinya, garapan itu menggambarkan air yang memiliki makna dualitas, kendati air pada dasarnya merupakan sumber kehidupan, namun sumber bencana juga muncul dari permasalahan air, seperti timbulnya penyakit, banjir hingga tsunami. Namun di Bali, berkurangnya kapasitas air menjadi permasalahan serius dan tantangan di masa depan.
"Apa yang disajikan dalam olah gerak tentang mereduksi air ini merupakan gagasan dimana Bali sedang menghadapi permasalahan air. Berkurangnya kapasitas air Bali dan mulai terancamnya sumber-sumber air yang ada merupakan fenoena yang harus serius diperhatikan oleh semua pihak," ujar Gung Rahma. in
Permasalahan ini lantas direspon ke dalam bentuk sajian seni bertajuk 'Water Is Life' oleh komunitas seni Pancer Langit dari Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dalam mengisi agenda Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya. Sajian ini dipentaskan di venue Kolam sebelah timur Taman Budaya Bali, Sabtu (5/11) malam.
Sajian diawali dengan kemunculan sinar berupa lilin-lilin yang dinyalakan dan ditarikan oleh penari wanita yang meliukan tubuhnya di pinggiran kolam. Sementara itu, seorang penari pria mengambil posisi menari di loby sebelah timur lantai 2 Museum Taman Budaya, dengan gerakan tarian menggambarkan sosok dewa itu tampil dengan dukungan tata cahaya lampu. Pertunjukkan semakin aktraktif dengan letupan api buatan. Setelahnya, bunyi rebab mengiringi gerak tari kotemporer oleh dua orang laki perempuan.
Sejurus kemudian, sekelompok remaja putri membawa jun (wadah air) dari tanah. Ceritanya, mereka tengah mencari air dan digoda remaja pria membawa alat musik dari bamboo. Diselipkan pula lagu genjek sebagai tanda keriangan para remaja menikmati masa mudanya.
Para seniman muda yang merespon sebuah ruang berkreativitas dengan memanfaatkan media air di ruang terbuka itu, diiringi hujan mengguyur cukup deras dan sesekali diiringi gelegar suara kilatan petir yang menggema dalam keadaan malam yang semakin larut.
Sempat khawatir dengan situasi pertunjukan penuh risiko malam itu, akan tetapi para kreator muda berkomitmen sejak awal untuk merancang sajian seni menantang, mengambil konsep air dalam kehidupan, bergulat imajinasi dengan disambut hujan deras dan suara kodok pun turut merestui pementasan malam itu. Media ungkap air seni ini, dibalut dengan busana aneka rupa, dengan iringan musik selonding, rebab, gender, dan suling.
Koreografer sekaligus pengasuh Komunitas Seni Pancer Langit, AA Rahma Putra mengatakan, tema Water Is Life atau air adalah kehidupan, merupakan sebuah fenomena alam sekaligus tantangan di masa depan.
Intinya, garapan itu menggambarkan air yang memiliki makna dualitas, kendati air pada dasarnya merupakan sumber kehidupan, namun sumber bencana juga muncul dari permasalahan air, seperti timbulnya penyakit, banjir hingga tsunami. Namun di Bali, berkurangnya kapasitas air menjadi permasalahan serius dan tantangan di masa depan.
"Apa yang disajikan dalam olah gerak tentang mereduksi air ini merupakan gagasan dimana Bali sedang menghadapi permasalahan air. Berkurangnya kapasitas air Bali dan mulai terancamnya sumber-sumber air yang ada merupakan fenoena yang harus serius diperhatikan oleh semua pihak," ujar Gung Rahma. in
Komentar