Festival Budaya Pecut, 'Hidupkan' Lagi Pusaka Ksatria Mahottama
DENPASAR, NusaBali
Seolah terlupakan, senjata tradisional pecut jarang diangkat atau tenggelam dengan jenis senjata tradisional lain seperti keris misalnya.
Padahal, jejak pecut mewarnai sejarah kerajaan di Bali. “Karena itu kami akan menggelar Festival Budaya Pecut di akhir tahun 2020 ini,” kata Anak Agung Ngurah Agung, Panglingsir Puri Gerenceng, Senin (14/12).
Kegiatan yang diberi tajuk Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama dijadwalkan digelar di Puri Gerenceng Jalan Sutomo, Pemecutan Kaja, Denpasar pada, Kamis (24/12) mendatang. “Bukan hanya menampilkan atraksi permainan pecut dan tari kreasi pecut, nanti akan ada juga demo pembuatan pecut oleh perajin pecut,” kata AA Ngurah Agung yang bertindak sebagai Ketua Panitia Festival. Festival yang rencananya digelar pukul 09.00 Wita hingga 13.00 Wita ini juga mengundang pemain Pecut Reog Ponorogo, Madura dan Banyuwangi.
“Bali tak boleh melupakan senjata khas ini, apalagi di daerah lain sudah mengembangkan hingga menjadi souvenir-souvenir,” tambah AA Ngurah Agung. Bali sendiri sangat tepat menghidupkan senjata pecut dalam bentuk atraksi budaya, seni dan olahraga lantaran memiliki kedekatan sejarah, khususnya bagi Kerajaan Badung di masa lalu. “Pecut bersama tulup dan keris menjadi senjata pusaka utama Kerajaan Badung, ini bisa dilihat dengan adanya Puri Agung Pemecutan sebagai nama istana atau keraton. Pecut menjadi simbol kekuatan dan kekuasaan kerajaan Badung untuk menjadikan rakyatnya makmur, adil dan sentosa,” terang I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, selaku Sekretaris Festival Pecut.
Dalam konteks kekinian, tokoh Puri Peguyangan ini berharap pecut tidak hanya dijadikan suatu simbol saja, namun juga menjadi suatu produk kreatif yang banyak disukai masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional. “Sangat cocok dikembangkan dalam kegiatan olahraga, permainan, kesenian, beladiri, dan tentunya produk kreatif yang mendatangkan keuntungan usaha,” kata sosok yang juga dosen pada Fakultas Teknik di Universitas Udayana ini.
Terkait dengan rencana Festival Pecut ini, Budayawan AA Ngurah Adhiputra menyambut gembira. Disebutnya bahwa Festival Budaya Pecut akan menjadikan pecut sebagai produk budaya kreatif unggulan sekaligus maskot masyarakat Badung khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. “Pecut akan kembali menjadi pusaka yang ‘bersinar terang’ sekaligus permainannya menjadi kebanggaan masyarakat, serta sudah tentu banyak prestasi dan prestise yang diharapkan bisa diraih,” papar dosen Universitas Mahadewa Denpasar ini. *mao
Komentar