Jelang Sidang Interpol, Satpol PP Tertibkan Gepeng
Jelang Sidang Umum Interpol, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gianyar rencanakan penertiban gepeng (gelandangan dan pengemis) di Gianyar, terutama kawasan wisata.
GIANYAR, NusaBali
Hal ini diungkapkan Kasatpol PP Gianyar Dewa Made Suartika, Minggu (6/11). Dalam pelaksanaan Sidang Umum Interpol ke -85, sejumlah agenda kunjungan akan dilaksanakan di Gianyar. Dewa Suartika menjelaskan, gepeng penertiban ini untuk memberikan rasa nyaman bagi delegasi paserta yang rancanakan akan berkunjung ke Ubud, RiceTarrace Ceking, Desa Tegallalang, Museum Rudana, dan lainnya. Selain itu, pihak Kelurahan Ubud sudah bersurat dan meminta bantuan untuk menertibkan para gepeng yang sering berkeliaran di Ubud. “Kami sudah jadwalkan untuk penertibannya, baru beberapa waktu lalu kami menertibkan di sekitar Ubud,” ungkapnya.
Selain itu, penertiban sudah dilakuakn di sekitar Pasar Umum dan Senggol Gianyar. Ia tidak memungkiri Ubud dan Gianyar merupakan lokasi yang menjadi magnet bagi para gepeng untuk mengemis. Sebelumnya, wilayah Sukawati juga menjadi sasaran para gepeng, namun kini sudah sangat menurun.
Dewa Suartika mengatakan, peran pecalang di Sukawati cukup tinggi sehingga mampu menertibkan para gepeng. “Kami akui pecalang disana tegas dalam hal penertiban gepeng,” ujarnya. Diharapkan pula peran serta para pecalang di desa lain untuk membantu menertibkan para gepeng.
Kata dia, para gepeng yang biasa berkeliaran di Ubud sangat lihai. Saat akan ditertibkan, mereka dengan cepat menghilang. “Kami sempat kecolongan, informasinya bocor dan mereka sudah kabur,”ujar Kasat Pol PP.
Pantauan NusaBali, Minggu (6/11), di sekitar Jalan Raya Ubud, terlihat lima orang gepeng dan masing-masing membawa bayi usia sekitar delapan bulan - setahun. Mereka sudah memiliki titik-titik lokasi yang biasa ditempati untuk meminta-minta. Salah seorang gepeng yang enggan menyebutkan namanya mengaku berasal dari kawasan Bukit Sari, perbatasan Bangli - Karangasem. Ia bisa mendapat uang paling sedikit Rp 40.000, diakui pula bahwa kondisi sekarang sepi. Tidak banyak orang yang mau memberikan uang. Biasanya ada wisatawan melintas berhenti sejenak dan memberikan sejumlah uang. “Sekarang sepi, hasilnya juga sedikit,” ujarnya saat berteduh di komplek pertokoan. cr62
Hal ini diungkapkan Kasatpol PP Gianyar Dewa Made Suartika, Minggu (6/11). Dalam pelaksanaan Sidang Umum Interpol ke -85, sejumlah agenda kunjungan akan dilaksanakan di Gianyar. Dewa Suartika menjelaskan, gepeng penertiban ini untuk memberikan rasa nyaman bagi delegasi paserta yang rancanakan akan berkunjung ke Ubud, RiceTarrace Ceking, Desa Tegallalang, Museum Rudana, dan lainnya. Selain itu, pihak Kelurahan Ubud sudah bersurat dan meminta bantuan untuk menertibkan para gepeng yang sering berkeliaran di Ubud. “Kami sudah jadwalkan untuk penertibannya, baru beberapa waktu lalu kami menertibkan di sekitar Ubud,” ungkapnya.
Selain itu, penertiban sudah dilakuakn di sekitar Pasar Umum dan Senggol Gianyar. Ia tidak memungkiri Ubud dan Gianyar merupakan lokasi yang menjadi magnet bagi para gepeng untuk mengemis. Sebelumnya, wilayah Sukawati juga menjadi sasaran para gepeng, namun kini sudah sangat menurun.
Dewa Suartika mengatakan, peran pecalang di Sukawati cukup tinggi sehingga mampu menertibkan para gepeng. “Kami akui pecalang disana tegas dalam hal penertiban gepeng,” ujarnya. Diharapkan pula peran serta para pecalang di desa lain untuk membantu menertibkan para gepeng.
Kata dia, para gepeng yang biasa berkeliaran di Ubud sangat lihai. Saat akan ditertibkan, mereka dengan cepat menghilang. “Kami sempat kecolongan, informasinya bocor dan mereka sudah kabur,”ujar Kasat Pol PP.
Pantauan NusaBali, Minggu (6/11), di sekitar Jalan Raya Ubud, terlihat lima orang gepeng dan masing-masing membawa bayi usia sekitar delapan bulan - setahun. Mereka sudah memiliki titik-titik lokasi yang biasa ditempati untuk meminta-minta. Salah seorang gepeng yang enggan menyebutkan namanya mengaku berasal dari kawasan Bukit Sari, perbatasan Bangli - Karangasem. Ia bisa mendapat uang paling sedikit Rp 40.000, diakui pula bahwa kondisi sekarang sepi. Tidak banyak orang yang mau memberikan uang. Biasanya ada wisatawan melintas berhenti sejenak dan memberikan sejumlah uang. “Sekarang sepi, hasilnya juga sedikit,” ujarnya saat berteduh di komplek pertokoan. cr62
Komentar