Umbu Landu Paranggi Raih Anugerah Kebudayaan Nasional
Penghargaan buat Maestro Penyair yang Telah Berkarya Selama 60 Tahun
Umbu Landu Paranggi sabet Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’ dari Kemendikbud. Penyerahan penghargaan dilakukan di Samsara Living Museum, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem kemarin
AMLAPURA, NusaBali
Maestro penyair Umbu Landu Paranggi, 77, sabet penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’. Ini merupakan buah kerja keras penyair asal Kabupaten Sumba Timur, NTT tapi menetap di Bali, yang sudah berkarya selama 60 tahun sejak 1960.
Penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional tersebut diserahkan oleh Kepala Kelompok Kerja Apresiasi Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Arifin, di Samsara Living Museum kawasan Banjar Yeh Bunga, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Selasa (15/12) siang pukul 14.00 Wita.
Hadir juga anggota tim penilai penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’, Bens Leo dari unsur pengamat musik. Sedangkan 4 anggota tim juri lainnya berhalangan, yakni Dolorosa Sinaga (dari unsur seniman seni rupa), Julianti L Parani (dari unsur koreografer), Seno Joko Suyono (dari unsur wartawan dan aktivis kebudayaan), dan Triana Wulandari (dari unsur sejarawan).
Bens Leo memaparkan, penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional dilaksanakan Kemendikbud rutin setiap tahun. Ini merupakan program apresiasi bagi perseorangan atau lembaga yang berperan aktif dan berdampak dalam pelestarian kebudayaan Indonesia.
Menurut Bens Leo, penganugerahan terbagi dalam 8 kategori, masing-masing pelestari, pencipta, pelopor-pembaru, maestro seni, tradisi, komunitas, anak dan remaja, serta pemerintah yang peduli pengembangan kebudayaan. Tokoh seni yang diberikan penghargaan, meliputi budayawan, seniman, sastrawan, sejarawan, antropolog, arkelolog, pengamat atau kritikus seni, penggagas, dan pegiat budaya.
Untuk Anugerah Kebudayaan Nasional 2020, awalnya diusulkan 331 orang pegiat kebudayaan. Kemudian, dilakukan tahapan penilaian sejak Februari 2020. Penilaian tahap I menyangkut administrasi, portofolio, dan verifikasi. Sedangkan penilaian tahap II meliputi visitasi, selanjutnya ditentukan nominasi.
“Visitasi dilakukan agar tidak salah sasaran. Maka, dari 8 kategori penganugerahan, sebanyak 33 pegiat kebudayaan dinyatakan berhak dapat penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional 2020,” ungkap Bens Leo kepada NusaBali di sela acara penyerahan penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 di Samsara Living Museum, Desa Jungutan, Selasa siang.
Salah satu di antara 33 pegiat kebudayaan yang berhak meraih Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 adalah penyair Umbu Landu Paranggi. Penyair berusia 77 tahun yang di Bali dikenal sebagai ‘mahaguru’ ini sabet penghargaan kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’. Bens Leo memngatakan, Umbu Landu Paranggi diusulkan oleh dewan juri. Nah, sebelum diusulkan, yang bersangkutan dihubungi terlebih dulu dan setuju.
"Dewan juri melakukan proses penilaian, mulai dari administrasi, visitasi, dan mengecek hasil karyanya. Dari penilaian itu, Bang Umum dinyatakan layak. Maka kami rekomendasi dapat penghargaan tertinggi bidang kebudayaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan," jelas Bens Leo.
Sementara itu, Umbu Landu Paranggi mengapresiasi penghargaan yang didapatkannya. Namun, Umbu hanya menanggapi singkat penghargaan tersebut. "Sudah 75 tahun Indonesia Merdeka, saya sekarang berumur 77 tahun. Memang masuk akal saya dapat penghargaan ini,” jelas Umbu Landu Paranggi.
“Saya berkarya puisi sejak masih di SMA BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) Jogjakarta tahun 1960," lanjut penyair kelahiran 10 Agustus 1943 dengan ciri khas penampilan selalu mengenakan topi dan syal ini.
Umbu mengapresiasi perhatian pemerintah yang memberikan penghargaan kepada pelaku kebudayaan. "Melalui anugerah tersebut pemerintah menemukan banyak talenta, itu kekayaan Indonesia, tinggal memelihara," jelas penyair yang juga ikut asuh rubrik Budaya di NusaBali ini.
Umbu sendiri adalah pendiri Persada Studi Klub (PSK) Jogjakarta. Melalui PSK Jogjakarta itu pula, Umbu melahirkan sastrawan/bu-dayawan terkenal, seperti Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, Linus Suryadi AG, hingga Ebiet G Ade yang lebih dikenal sebagai penyanyi.
Sementara, Kepala Kelompok Kerja Apresiasi Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Arifin, kemarin menyerahkan penghargaan berupa sertifikat, pin emas bergambar burung Garuda, dan uang tunai Rp 50 juta kepada Umbu Landu Paranggu. "Ini penghargaan, tidak seberapa nilainya dibandingkan karya-karya sastra yang disumbangkan (oleh Umbu, Red) yang sangat berguna untuk negara," ujar Arifin.
Menurfut Arifin, awalnya dia berencana mengundang seluruh penerima Anugerah Kebudayaan Nasional 2020, termasuk Umbu Landu Paranggi, ke Jakarta. Namun, Mendikbud Nadiem Makarim tidak setuju, karena suasana pandemi Covid-19. “Makanya, penghargaan diserahkan dengan cara jemput bola mendatangi pemenang,” beber Arifin. *k16
Penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional tersebut diserahkan oleh Kepala Kelompok Kerja Apresiasi Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Arifin, di Samsara Living Museum kawasan Banjar Yeh Bunga, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Selasa (15/12) siang pukul 14.00 Wita.
Hadir juga anggota tim penilai penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’, Bens Leo dari unsur pengamat musik. Sedangkan 4 anggota tim juri lainnya berhalangan, yakni Dolorosa Sinaga (dari unsur seniman seni rupa), Julianti L Parani (dari unsur koreografer), Seno Joko Suyono (dari unsur wartawan dan aktivis kebudayaan), dan Triana Wulandari (dari unsur sejarawan).
Bens Leo memaparkan, penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional dilaksanakan Kemendikbud rutin setiap tahun. Ini merupakan program apresiasi bagi perseorangan atau lembaga yang berperan aktif dan berdampak dalam pelestarian kebudayaan Indonesia.
Menurut Bens Leo, penganugerahan terbagi dalam 8 kategori, masing-masing pelestari, pencipta, pelopor-pembaru, maestro seni, tradisi, komunitas, anak dan remaja, serta pemerintah yang peduli pengembangan kebudayaan. Tokoh seni yang diberikan penghargaan, meliputi budayawan, seniman, sastrawan, sejarawan, antropolog, arkelolog, pengamat atau kritikus seni, penggagas, dan pegiat budaya.
Untuk Anugerah Kebudayaan Nasional 2020, awalnya diusulkan 331 orang pegiat kebudayaan. Kemudian, dilakukan tahapan penilaian sejak Februari 2020. Penilaian tahap I menyangkut administrasi, portofolio, dan verifikasi. Sedangkan penilaian tahap II meliputi visitasi, selanjutnya ditentukan nominasi.
“Visitasi dilakukan agar tidak salah sasaran. Maka, dari 8 kategori penganugerahan, sebanyak 33 pegiat kebudayaan dinyatakan berhak dapat penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional 2020,” ungkap Bens Leo kepada NusaBali di sela acara penyerahan penghargaan Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 di Samsara Living Museum, Desa Jungutan, Selasa siang.
Salah satu di antara 33 pegiat kebudayaan yang berhak meraih Anugerah Kebudayaan Nasional 2020 adalah penyair Umbu Landu Paranggi. Penyair berusia 77 tahun yang di Bali dikenal sebagai ‘mahaguru’ ini sabet penghargaan kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’. Bens Leo memngatakan, Umbu Landu Paranggi diusulkan oleh dewan juri. Nah, sebelum diusulkan, yang bersangkutan dihubungi terlebih dulu dan setuju.
"Dewan juri melakukan proses penilaian, mulai dari administrasi, visitasi, dan mengecek hasil karyanya. Dari penilaian itu, Bang Umum dinyatakan layak. Maka kami rekomendasi dapat penghargaan tertinggi bidang kebudayaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan," jelas Bens Leo.
Sementara itu, Umbu Landu Paranggi mengapresiasi penghargaan yang didapatkannya. Namun, Umbu hanya menanggapi singkat penghargaan tersebut. "Sudah 75 tahun Indonesia Merdeka, saya sekarang berumur 77 tahun. Memang masuk akal saya dapat penghargaan ini,” jelas Umbu Landu Paranggi.
“Saya berkarya puisi sejak masih di SMA BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) Jogjakarta tahun 1960," lanjut penyair kelahiran 10 Agustus 1943 dengan ciri khas penampilan selalu mengenakan topi dan syal ini.
Umbu mengapresiasi perhatian pemerintah yang memberikan penghargaan kepada pelaku kebudayaan. "Melalui anugerah tersebut pemerintah menemukan banyak talenta, itu kekayaan Indonesia, tinggal memelihara," jelas penyair yang juga ikut asuh rubrik Budaya di NusaBali ini.
Umbu sendiri adalah pendiri Persada Studi Klub (PSK) Jogjakarta. Melalui PSK Jogjakarta itu pula, Umbu melahirkan sastrawan/bu-dayawan terkenal, seperti Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, Linus Suryadi AG, hingga Ebiet G Ade yang lebih dikenal sebagai penyanyi.
Sementara, Kepala Kelompok Kerja Apresiasi Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Arifin, kemarin menyerahkan penghargaan berupa sertifikat, pin emas bergambar burung Garuda, dan uang tunai Rp 50 juta kepada Umbu Landu Paranggu. "Ini penghargaan, tidak seberapa nilainya dibandingkan karya-karya sastra yang disumbangkan (oleh Umbu, Red) yang sangat berguna untuk negara," ujar Arifin.
Menurfut Arifin, awalnya dia berencana mengundang seluruh penerima Anugerah Kebudayaan Nasional 2020, termasuk Umbu Landu Paranggi, ke Jakarta. Namun, Mendikbud Nadiem Makarim tidak setuju, karena suasana pandemi Covid-19. “Makanya, penghargaan diserahkan dengan cara jemput bola mendatangi pemenang,” beber Arifin. *k16
1
Komentar