Senderan Pura Longsor Timpa Gudang
Material longsoran menimpa gudang salah seorang warga, selain menutup saluran irigasi Subak Gadon 1 dan 2.
Tebing Setinggi 25 Meter Longsor, Jembatan Hancur
TABANAN, NusaBali
Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam bencana ini. Senderan Pura Tangkas Kori Agung ini longsor sepanjang 30 meter dengan tinggi 15 meter. Bencana longsor ini pertama kali diketahui I Ketut Suladi, 64, warga pemilik gudang yang tertimpa reruntuhan.
Satu jam sebelum kejadian, Sabtu siang sekitar pukul 13.00 Wita, istri dari Ketut Suladi, Ni Kadek Suyadni, 54, awalnya duduk di gudang yang kerap dipakai keluarga untuk istirahat sehari-hari, karena tempatnya sejuk. Tiba-tiba, rasa takut menghantui Kadek Suyadni, bahkan sampai bulu kuduknya berdiri. Seketika itu pula, perempuan berusia 54 tahun ini berlari ke rumahnya yang berada di bagian atas, menghampiri sang suami, Ketut Suladi.
“Saya tanya kenapa lari. Dia bilang takut di bawah, karena suasananya ‘lain’,” ungkap Suladi meniru perkataan istrinya saat ditemui NusaBali di kediamannya, Banjar Pangkung, Desa Pandak Gede, Minggu (7/11).
Sekitar satu jam setelah Suyadni meninggalkan gudang, terdengar suara gemuruh dan getaran yang kuat dari sebelah utara rumahnya. Sontak saat itu Suladi sekeluarga berlarian ke luar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata, senderan di sebelah selatan Pura Tangkas Kori Agung sudah ambles total. “Saya waktu itu terkejut, gudang saya juga kena. Untung istri saya merasakan firasat buruk sebelumnya,” beber Suladi.
Keluarga Suladi belum bisa membersihkan material reruntuhan yang menimpa gudangnya. Dia masih menunggu bantuan dari tetangga. Mengenai kerusakan, Suladi mengatakan tiang penyangga tangga masuk rumahnya retak. Reruntuhan senderan Pura Tangkas Kori Agung juga masuk ke gudang rumahnnya. “Tidak ada banyak barang di gudang. Namun kami sering di sini istirahat pada siang hari karena tempatnya sejuk,” tambah Suladi.
Sedangkan Pamangku Pura Tangkas Kori Agung, Jro Mangku I Gede Ketut Natayasa, 54, menjelaskan longsornya senderan yang baru enam bulan proses finishing ini terjadi karena hujan lebat sejak beberapa hari belakangan. “Hal ini kemungkinan terjadi juga akibat pengerukan irigasi sebelumnya, sehingga aliran air menjadi besar, sehingga pondasi bawah senderan ini terkikis,” cerita Jro Mangku Natayasa, Minggu kemarin.
Menurut Jro Mangku Natayasa, tidak ada firasat buruk yang menandakan akan ada bencana alam menimpa Pura Tangkas Kori Agung yang diempon 36 KK ini. Bahkan, sehari sebelum bencana, dirinya sempat bersih-bersih di areal pura.
Jro Mangku Natayasa memaparkan, setelah selesai membersihkan material longsor nanti, pihaknya berencana mengadakan rapat bersama pangempon ataupun prajuru pura untuk pelaksanaan upacara pecaruan. “Untuk kerugian material, kami perkirakan sekitar Rp 150 juta, karena material longsor juga menutup saluran irigasi Subak Gadon,” jelas Jro Mangku Natayasa.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Pandak Gede, I Putu Gede Suciartha, mengatakan pihaknya akan meminta bantuan TNI atapun pangempon pura untuk kerja bakti membersihkan material longsor. “Besok (hari ini) kami lakukan pembersihan material ini, karena menutup saluran irigasi Subak,” ujar Perbekel Suciartha. Karena longsor ini cukup parah, kata dia, selain meminta bantuan ke Pemkab Tabanan, pihaknya juga berencana memohon bantuan dana ke Pemprov Bali.
Dikonfirmasi secara terpisah, Minggu kemarin, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Sucita, menyatakan pihaknya akan mengecek dulu ke lokasi kejadian dengan tim yang membidanginya. Setelah kerugian bisa ditaksir, barulah nanti akan diberikan bantuan.
Karena bencana alam terjadi di sejumlah titik wilayah Tabanan, kata IGN Sucita, maka dana yang akan digelontorkan disesuaikan berdasarkan kerugian yang dialami. “Dana bencana masih ada, hanya saja kita sesuaikan nanti. Sebab, bencana akhir-akhir ini banyak terjadi di Tabanan," jelas Sucita.
Sementara itu, tebing setinggi 25 meter di Banjar Sapat, Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar longsor, Jumat (4/11) malam. Akibatnyam sebuah jembatan yang menghubungkan pemukiman warga dengan lahan persawahan, rusak parah hingga tak bisa dilalui. Jembatan ini dengan panjang 7 meter dan lebar 1,5 meter ini biasa dilalui para petani dari Banjar Sapat menuju Subak Sengkidul di Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Menurut Perbekel Tegallalang, Dewa Rai Sutrisna, longsor terjadi Jumat malam, namun baru diketahui Sabtu pagi ketika warga hendak menuju sawah. Jembatan ini adalah satu-satu jalan alternatif menuju Subak Sengkidul. Karena ambruknya jembatan, maka warga yang hendak ke sawah kini harus memutar sejauh 5 kilometer untuk bisa sampai lahan persawahan mereka. “Sehari sebelum tebing longsor menghancurkan jembatan, wilayah Tegallalang diguyur hujan lebat,” kata Rai Sutrisna, Minggu kemarin. cr61,cr62
TABANAN, NusaBali
Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam bencana ini. Senderan Pura Tangkas Kori Agung ini longsor sepanjang 30 meter dengan tinggi 15 meter. Bencana longsor ini pertama kali diketahui I Ketut Suladi, 64, warga pemilik gudang yang tertimpa reruntuhan.
Satu jam sebelum kejadian, Sabtu siang sekitar pukul 13.00 Wita, istri dari Ketut Suladi, Ni Kadek Suyadni, 54, awalnya duduk di gudang yang kerap dipakai keluarga untuk istirahat sehari-hari, karena tempatnya sejuk. Tiba-tiba, rasa takut menghantui Kadek Suyadni, bahkan sampai bulu kuduknya berdiri. Seketika itu pula, perempuan berusia 54 tahun ini berlari ke rumahnya yang berada di bagian atas, menghampiri sang suami, Ketut Suladi.
“Saya tanya kenapa lari. Dia bilang takut di bawah, karena suasananya ‘lain’,” ungkap Suladi meniru perkataan istrinya saat ditemui NusaBali di kediamannya, Banjar Pangkung, Desa Pandak Gede, Minggu (7/11).
Sekitar satu jam setelah Suyadni meninggalkan gudang, terdengar suara gemuruh dan getaran yang kuat dari sebelah utara rumahnya. Sontak saat itu Suladi sekeluarga berlarian ke luar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata, senderan di sebelah selatan Pura Tangkas Kori Agung sudah ambles total. “Saya waktu itu terkejut, gudang saya juga kena. Untung istri saya merasakan firasat buruk sebelumnya,” beber Suladi.
Keluarga Suladi belum bisa membersihkan material reruntuhan yang menimpa gudangnya. Dia masih menunggu bantuan dari tetangga. Mengenai kerusakan, Suladi mengatakan tiang penyangga tangga masuk rumahnya retak. Reruntuhan senderan Pura Tangkas Kori Agung juga masuk ke gudang rumahnnya. “Tidak ada banyak barang di gudang. Namun kami sering di sini istirahat pada siang hari karena tempatnya sejuk,” tambah Suladi.
Sedangkan Pamangku Pura Tangkas Kori Agung, Jro Mangku I Gede Ketut Natayasa, 54, menjelaskan longsornya senderan yang baru enam bulan proses finishing ini terjadi karena hujan lebat sejak beberapa hari belakangan. “Hal ini kemungkinan terjadi juga akibat pengerukan irigasi sebelumnya, sehingga aliran air menjadi besar, sehingga pondasi bawah senderan ini terkikis,” cerita Jro Mangku Natayasa, Minggu kemarin.
Menurut Jro Mangku Natayasa, tidak ada firasat buruk yang menandakan akan ada bencana alam menimpa Pura Tangkas Kori Agung yang diempon 36 KK ini. Bahkan, sehari sebelum bencana, dirinya sempat bersih-bersih di areal pura.
Jro Mangku Natayasa memaparkan, setelah selesai membersihkan material longsor nanti, pihaknya berencana mengadakan rapat bersama pangempon ataupun prajuru pura untuk pelaksanaan upacara pecaruan. “Untuk kerugian material, kami perkirakan sekitar Rp 150 juta, karena material longsor juga menutup saluran irigasi Subak Gadon,” jelas Jro Mangku Natayasa.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Pandak Gede, I Putu Gede Suciartha, mengatakan pihaknya akan meminta bantuan TNI atapun pangempon pura untuk kerja bakti membersihkan material longsor. “Besok (hari ini) kami lakukan pembersihan material ini, karena menutup saluran irigasi Subak,” ujar Perbekel Suciartha. Karena longsor ini cukup parah, kata dia, selain meminta bantuan ke Pemkab Tabanan, pihaknya juga berencana memohon bantuan dana ke Pemprov Bali.
Dikonfirmasi secara terpisah, Minggu kemarin, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Sucita, menyatakan pihaknya akan mengecek dulu ke lokasi kejadian dengan tim yang membidanginya. Setelah kerugian bisa ditaksir, barulah nanti akan diberikan bantuan.
Karena bencana alam terjadi di sejumlah titik wilayah Tabanan, kata IGN Sucita, maka dana yang akan digelontorkan disesuaikan berdasarkan kerugian yang dialami. “Dana bencana masih ada, hanya saja kita sesuaikan nanti. Sebab, bencana akhir-akhir ini banyak terjadi di Tabanan," jelas Sucita.
Sementara itu, tebing setinggi 25 meter di Banjar Sapat, Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar longsor, Jumat (4/11) malam. Akibatnyam sebuah jembatan yang menghubungkan pemukiman warga dengan lahan persawahan, rusak parah hingga tak bisa dilalui. Jembatan ini dengan panjang 7 meter dan lebar 1,5 meter ini biasa dilalui para petani dari Banjar Sapat menuju Subak Sengkidul di Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Menurut Perbekel Tegallalang, Dewa Rai Sutrisna, longsor terjadi Jumat malam, namun baru diketahui Sabtu pagi ketika warga hendak menuju sawah. Jembatan ini adalah satu-satu jalan alternatif menuju Subak Sengkidul. Karena ambruknya jembatan, maka warga yang hendak ke sawah kini harus memutar sejauh 5 kilometer untuk bisa sampai lahan persawahan mereka. “Sehari sebelum tebing longsor menghancurkan jembatan, wilayah Tegallalang diguyur hujan lebat,” kata Rai Sutrisna, Minggu kemarin. cr61,cr62
Komentar