Museum Samsara Tampilkan Siklus Kehidupan
AMLAPURA, NusaBali
Samsasra Living Museum dibangun untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang siklus kehidupan.
Pendiri Samsara Living Museum, Ida Bagus Oka Gunartawa, mengatakan museum dibangun di lahan seluas 1 hektare di Banjar Yeh Bunga, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Bangunan serba tradisional beratap alang-alang, ada dapur tradisional menggunakan kayu bakar, bale panjang tempat acara disediakan tempat duduk lesehan, ada ruang museum, ruang jaga, dan kebun yang penataannya alami menyatu dengan alam sekitarnya.
Di ruang museum, ditampilkan gambaran kehidupan umat manusia yang merupakan siklus kehidupan dibagi 14 bagian. Di setiap bagian diberikan keterangan singkat lengkap dengan foto pendukung kegiatan, mulai dari upacara ngrujak yakni upacara pertama bagi wanita mulai hamil, magedong-gedongan upacara umur kehamilan 3-6 bulan, nanem ari-ari upacara mengubur ari-ari sebagai bentuk permakluman ke ibu pertiwi, kepus wedel upacara plasenta terlepas, mapag rare upacara usia bayi 12 hari, ngeles kekambuh upacara usia 42 hari, nelu bulanin upacara 3 bulan, makutang bok upacara potong rambut, menek kelih upacara mulai menginjak dewasa, matatah upacara potong gigi, pawiwahan upacara perkawinan, ngaben upacara pembersihan roh fase pertama, dan atma wedana upacara pembersihan roh fase kedua.
Di dalam areal museum juga ditanam 156 jenis tanaman upakara. Juga tengah disiapkan video di setiap tahapan siklus upacara, sehingga pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan upacara yang dijalani umat Hindu. “Museum ini didirikan tahun 2018 untuk edukasi dan melestarikan budaya Bali. Jika ingin tahu nama-nama upacara Manusia Yadnya berikut prosesinya, semuanya ada di museum,” kata Ida Bagus Oka Gunartawa, Selasa (15/12).
Museum awalnya bukan untuk objek wisata, sehingga sengaja tidak dipromosikan. Juga tidak dipasang plang nama museum di jalan-jalan. Tetapi setelah ditayangkan melalui media sosial, banyak orang tahu, terutama pemerhati kebudayaan, sehingga banyak yang datang. Ida Bagus Oka Gunartawa bahkan memproteksi lahan milik warga di sekitarnya agar tidak tergoda investor, jika museum itu banyak pengunjung. Tujuannya agar tetap mampu mempertahankan alam Desa Jungutan.
Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri, beberapa kali menggelar acara di Samsara Living Museum, mengapresiasi semangat Ida Bagus Oka Gunartawa membangun dan melestarikan kebudayaan. "Apalagi dengan memberdayakan masyarakat dan mengembangkan potensi yang ada. Masyarakat diajak memproduksi minuman arak, dan setiap rumah penduduk diharapkan menyediakan kamar untuk tamu yang hendak menginap, itulah pembangunan pariwisata berbasis budaya,” kata Bupati Mas Sumatri. *k16
Komentar