Setahun Sekali, Para Guru dan Siswa Wajib 'Ngigel' Calonarang
Berawal dari peristiwa niskala tahun 1987, di mana Barong Ket bekas pajangan di pameran pembangunan setiap malam mengeluarkan nyala api yang dilihat oleh warga sekitar.
Nah, seusai ikut pameran pembangunan tahun 1987, semua peralatan dan piranti lainnya diangkut kembali ke SMPN 1 Bangli. Barong Ket itu sendiri kemudian disimpan di Ruang Keterampilan Sekolah. “Barong Ket disimpan di sana, karena sudah merupakan barang bekas,” kenang Kasek Wayan Widiana Sandi saat ditemui NusaBali di SMPN 1 Bangli, belum lama ini.
Awalnya, kata Widiana Sandi, tidak ada hal yang aneh maupun terasa ganjil pasca menyimpan Barong Ket di Ruang Keterampilan Sekolah. Namun, beberapa hari ke-mudian, warga sekitar sekolah justru berdatangan ke SMPN 1 Bangli, termasuk di antaranya Jero Pasek dan I Wayan Pegug. Saat datang ke sekolah, mereka melaporkan bahwa setiap malam melihat nyala api di salah satu ruangan SMPN 1 Bangli. Ruangan dimaksud adalah Ruang Keterampilan di mana Barong Ket disimpan.
Menurut Widiana Sandi, warga menanyakan sebetulnya ada apa di ruangan tersebut? Apalagi, menurut warga, aura nyala dari ruangan di SMPN 1 Bangli tersebut telah membuat hewan ternak peliharaan mereja jadi beringas. Bahkan, seekor sapi warga terlepas liar dari kandangnya, diduga karena melihat warna membara di SMPN 1 Bangli.
Mendapat laporan seperti itu, kata Widiana Sandi, pihak sekolah terkejut dan sekaligus penasaran. Apalagi, kejadian tersebut disebutkan muncul hampir setiap malam. Padahal, di dalam Ruang Keterampilan SMPN 1 Bangli tidak ada barang aneh kecuali perabotan sekolah dan barang-barang hasil keterampilan termasuk Barong Ket tersebut.“Lampu-lampu di Ruang Keterampilan Sekolah juga tidak ada yang menyala,” papar kepala sekolah asal Banjar Pule, Kelurahan Kawan, Kota Bangli ini.
Menurut Widiana Sandi, keanehan sebagaimana laporan warga tersebut kemudian ditanyakan kepada orang pintar. Apa hasilnya? Berdasarkan petunjuk niskala orang pintar, sumber nyala di Ruang Keterampilan Sekolah ternyata Barong Ket tersebut bekas pajangan saat pameran pembangunan. Konon, Barong Ket ini ketakson alias sudah ada jiwanya, sehingga jadi hidup.
Oleh orang pintar, disarankan agar Barong Ket tersebut disucikan dan disthanakan di palinggih khusus SMPN 1 Bangli, bukan di Ruang Keterampilan Sekolah. “Jika berani mengabaikan petunjuk niskala tersebut, akibatnya bisa fatal,” cerita Widiana Sandi.
Pihak sekolah pun menuruti petunjuk niskala yang diberikan orang pintar. Maka, sejak itu SMPN 1 Bangli nyungsung Tapakan Barong Ket. Hanya saja, Tapakan Barong Ket yang disusungsung sampai sekarang bukanlah bekas Barong Ket pajangan saat pameran pembangunan tahun 1987. Tapi, Barong Ket pengganti yang garapannya lebih deteil, melalui prosesi upacara. Pembuat Tapakan Barong Ket sungsungan SMPN 1 Bangli ini adalah almarhum I Nyoman Cakra, pegawai sekolah asal Banjar Gunaksa, Kelurahan Cempaga, yang sebelumnya juga bikin Barong Ket untuk pameran pembangunan.
Bukan hanya Tapakan Barong Ket yang disthanakan dan disungsung pihak sekolah. Belakangan, SMPN 1 Bangli juga mensthanakan Tapakan Rangda yang disebut Ida Batara Ratu Mas Alit. Sedangkan Tapakan Barong Ket disebut Ida Ratu Gede Barong.
Widiana Sandi menyebutkan, dengan disungsungnya Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda, diyakini keharmonisan dan keseimbangan spiritual di lingkungan sekolah tetap terjaga. Seluruh civitas akademika SMPN 1 Bangli juga merasakan hal itu. Ditandai dengan suasana sekolah yang nyaman, sementara hubungan antara kepala sekolah, guru, pegawai, dan para siswa berjalan harmonis dan penuh kekeluargaan. “Kami yakin karena ini pasuecan Ida Batara Sesuhunan,” papar Widiana Sandi.
Deretan prestasi yang diraih SMPN 1 Bangli selama ini juga diyakini tidak terlepas dari aura dan suasana spiritual pasca nyungsung Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda. SMPN 1 Bangli yang memiliki 953 siswa dan 64 guru ini merupakan Sekolah Rujukan Nasional tingkat SMP bersama 8 sekolah lainnya dri 9 kabupaten/kota di Bali. SMPN 1 Bangli berdiri 1 Agustus 1960.
Bukan hanya itu, dengan disungsungnya Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda pasca peristiwa aneh 1987, keluarga besr SMPN 1 Bangli wajib menggelar drama tari Calonarang setahun sekali, untuk nyolahang Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda. Sedangkan lakonnya, antara lain, Bahula Duta dan Kautus I Rarung.
Hanya saja, karena melibatkan anak-anak sekolah, pegelaran Calonarang selalu dilak-sanakan siang hari saat Hari Raya Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung. Namun, kata Widiana, pentas Calonarang yang digelar sekali dalam dua perayaan Hari Raya Saraswati, alias setahun sekali (420 hari sistem penanggalan Bali. Dalam pementasan Calonarang ini, pragina (penari), penabuh, dan lain semua diambil dari para siswa, guru, dan pegawai di SMPN 1 Bangli. “Dalam pementasan ini, tidak meundang-undangan Leak, karena melibatkan anak-anak,” ungkap Widiana Sandi. k17
Awalnya, kata Widiana Sandi, tidak ada hal yang aneh maupun terasa ganjil pasca menyimpan Barong Ket di Ruang Keterampilan Sekolah. Namun, beberapa hari ke-mudian, warga sekitar sekolah justru berdatangan ke SMPN 1 Bangli, termasuk di antaranya Jero Pasek dan I Wayan Pegug. Saat datang ke sekolah, mereka melaporkan bahwa setiap malam melihat nyala api di salah satu ruangan SMPN 1 Bangli. Ruangan dimaksud adalah Ruang Keterampilan di mana Barong Ket disimpan.
Menurut Widiana Sandi, warga menanyakan sebetulnya ada apa di ruangan tersebut? Apalagi, menurut warga, aura nyala dari ruangan di SMPN 1 Bangli tersebut telah membuat hewan ternak peliharaan mereja jadi beringas. Bahkan, seekor sapi warga terlepas liar dari kandangnya, diduga karena melihat warna membara di SMPN 1 Bangli.
Mendapat laporan seperti itu, kata Widiana Sandi, pihak sekolah terkejut dan sekaligus penasaran. Apalagi, kejadian tersebut disebutkan muncul hampir setiap malam. Padahal, di dalam Ruang Keterampilan SMPN 1 Bangli tidak ada barang aneh kecuali perabotan sekolah dan barang-barang hasil keterampilan termasuk Barong Ket tersebut.“Lampu-lampu di Ruang Keterampilan Sekolah juga tidak ada yang menyala,” papar kepala sekolah asal Banjar Pule, Kelurahan Kawan, Kota Bangli ini.
Menurut Widiana Sandi, keanehan sebagaimana laporan warga tersebut kemudian ditanyakan kepada orang pintar. Apa hasilnya? Berdasarkan petunjuk niskala orang pintar, sumber nyala di Ruang Keterampilan Sekolah ternyata Barong Ket tersebut bekas pajangan saat pameran pembangunan. Konon, Barong Ket ini ketakson alias sudah ada jiwanya, sehingga jadi hidup.
Oleh orang pintar, disarankan agar Barong Ket tersebut disucikan dan disthanakan di palinggih khusus SMPN 1 Bangli, bukan di Ruang Keterampilan Sekolah. “Jika berani mengabaikan petunjuk niskala tersebut, akibatnya bisa fatal,” cerita Widiana Sandi.
Pihak sekolah pun menuruti petunjuk niskala yang diberikan orang pintar. Maka, sejak itu SMPN 1 Bangli nyungsung Tapakan Barong Ket. Hanya saja, Tapakan Barong Ket yang disusungsung sampai sekarang bukanlah bekas Barong Ket pajangan saat pameran pembangunan tahun 1987. Tapi, Barong Ket pengganti yang garapannya lebih deteil, melalui prosesi upacara. Pembuat Tapakan Barong Ket sungsungan SMPN 1 Bangli ini adalah almarhum I Nyoman Cakra, pegawai sekolah asal Banjar Gunaksa, Kelurahan Cempaga, yang sebelumnya juga bikin Barong Ket untuk pameran pembangunan.
Bukan hanya Tapakan Barong Ket yang disthanakan dan disungsung pihak sekolah. Belakangan, SMPN 1 Bangli juga mensthanakan Tapakan Rangda yang disebut Ida Batara Ratu Mas Alit. Sedangkan Tapakan Barong Ket disebut Ida Ratu Gede Barong.
Widiana Sandi menyebutkan, dengan disungsungnya Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda, diyakini keharmonisan dan keseimbangan spiritual di lingkungan sekolah tetap terjaga. Seluruh civitas akademika SMPN 1 Bangli juga merasakan hal itu. Ditandai dengan suasana sekolah yang nyaman, sementara hubungan antara kepala sekolah, guru, pegawai, dan para siswa berjalan harmonis dan penuh kekeluargaan. “Kami yakin karena ini pasuecan Ida Batara Sesuhunan,” papar Widiana Sandi.
Deretan prestasi yang diraih SMPN 1 Bangli selama ini juga diyakini tidak terlepas dari aura dan suasana spiritual pasca nyungsung Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda. SMPN 1 Bangli yang memiliki 953 siswa dan 64 guru ini merupakan Sekolah Rujukan Nasional tingkat SMP bersama 8 sekolah lainnya dri 9 kabupaten/kota di Bali. SMPN 1 Bangli berdiri 1 Agustus 1960.
Bukan hanya itu, dengan disungsungnya Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda pasca peristiwa aneh 1987, keluarga besr SMPN 1 Bangli wajib menggelar drama tari Calonarang setahun sekali, untuk nyolahang Tapakan Barong Ket dan Tapakan Rangda. Sedangkan lakonnya, antara lain, Bahula Duta dan Kautus I Rarung.
Hanya saja, karena melibatkan anak-anak sekolah, pegelaran Calonarang selalu dilak-sanakan siang hari saat Hari Raya Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung. Namun, kata Widiana, pentas Calonarang yang digelar sekali dalam dua perayaan Hari Raya Saraswati, alias setahun sekali (420 hari sistem penanggalan Bali. Dalam pementasan Calonarang ini, pragina (penari), penabuh, dan lain semua diambil dari para siswa, guru, dan pegawai di SMPN 1 Bangli. “Dalam pementasan ini, tidak meundang-undangan Leak, karena melibatkan anak-anak,” ungkap Widiana Sandi. k17
1
2
Komentar