Teropong Niskala, Korban Disembunyikan Makhluk Gaib
Dihentikan, Pencarian Staf Dinas Kelautan Bali yang Hilang Tenggelam
Berdasarkan hasil ngewacakang kepada orang pintar, makhluk gaib penguasa perairan Gili Tepekong, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem sangat senang dengan korban Gede Surya yang kelahirannya melik
AMLAPURA, NusaBali
Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali. I Gede Surya, 26, belum juga ditemukan sejak hilang tenggelam saat menyelam di perairan Gili Tepekong, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Sabtu (12/12) lalu. Upaya pencarian pun dihentikan, Jumat (18/12). Berdasarkan niskala, pegawai asal Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini masih disembunyikan makhluk gaib penghuni perairan Gili Tepekong.
Hal ini berdasarkan hasil ngewacakang (menanyakan secara niskala) kepada orang pintar yang dilakukan pihak keluarga, sebagaimana diungkapkan ibunda Gede Surya, yakni Ni Luh Suriani, saat acara penutupan pencarian korban di Sekretariat Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Lingkungan Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Jumat kemarin. Luh Suriani menuturkan, sejak putra sulungnya dinyatakan hilang, pihaknya telah menempuh berbagai upaya, termasuk ngewacakang ke orang pintar.
"Berdasarkan petunjuk orang pintar, anak saya masih di sekitar lokasi kejadian di perairan Gili Tepekong. Hanya saja, tubuhnya tidak bisa muncul ke permukaan karena masih dikuasai makhluk gaib penghuni wilayah itu," jelas Luh Suriani yang kemarin didampingi suaminya, I Ketut Suana, dan sejumlah kerabat.
Luh Suriani menyebutkan, berdasarkan hasil ngewacakang ke orang pintar, makhluk gaib penguasa kawasan perairan Gili Tepekong sangat senang dengan anaknya, Gede Surya. Sebab, korban Gede Surya termasuk melik (membawa kekuatan istimewa) sejak lahir. "Katanya, penghuni gaib di sana sejak lama menunggu-nunggu orang yang kelahirannya melik," kenang ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Ketut Suana ini.
Sementara, Ketut Suana mengatakan semalam sebelum anaknya hilang tenggelam di perairan Gili Tepekong, dirinya sempat mimpi buruk, Jumat (12/12) malam. Namun, dia enggan merinci mimpi buruk dimaksud. Yang jelas, karena mimpi buruk tersebut, Suana sempat berniat mencegah korban Gede Surya menyelam bersama timnya untuk melakukan penelitian. “Tapi, niat mencegah anak sulung saya menyelam, urung saya lakukan,” cerita Suana.
Korban Gede Surya sendiri sebelumnya hilang tenggelam saat menyelam bersama tim peneliti beranggotakan 6 orang, di perairan Gili Tepekong, Banjar Samuh, Desa Bugbug, 12 Desember 2020 lalu. Ketika itu, korban Gede Surya (dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali) menyelam bersama Faqih, 24 (dari World Wide Fund for Nature Bali), Wiralaga, 21 (dari Universitas Pajajaran Bandung, Jawa Barat), Mahardika, 29 (dari Universitas Mataram, NTB), Rita R, 48 (dari Pusrika), dan Nia Pumpun, 29 (dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar). Mereka dibantu dua dive master, masing-masing Rian, 35, dan Agus, 45.
Gede Surya cs berencana melakukan penelitian pada kedalaman 30 meter, terkait kejadian hiu paus terdampar. Mereka menyelam sejak pagi pukul 08.30 Wita. Namun, karena cuaca laut memburuk disertai arus kencang, mereka belum sempat menyelam di kedalaman 30 meter. Kemudian, dua dive master yakni Rian dan Agus memerintahkan seluruh penyelam untuk naik ke darat.
Ternyata, satu penyelaman tertinggal di laut, yakni korban Gede Surya, sementara 5 orang lainnya berhasil naik. Diduga, korban Gede Surya lepas dari rombongan karena panik. Kemungkinan lainnya, tabung yang dikenakannya nyangkut di batu karang dasar laut.
Hilangnya korban Gede Surya hari itu dilaporkan oleh Nia Pumpun ke Pos Pencarian dan Pertolongan. Sejak saat itu, dilakukan pencarian selama 7 hari. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil hingga batas waktu yang ditentukan, sehingga pencarian korban dihentikan.
Sementara itu, tim pencari korban hilang yang dikoordinasikan Kepala Seksi Operasional dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Denpasar, Anak Agung Alit, menutup secara resmi pencariannya korban Gede Surya, Jumat kemarin. Pencarian dihentikan, karena setelah selama seminggu dilakukan operasi pencarian, tidak membuahkan hasil.
Acara penutupan pencarian kofrban Gede Surya di Sekretariat Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Jumat kemarin, dihadiri pula Kasat Pol Air Polres Karangasem AKP I Gusti Bagus Agung Suteja, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Karangasem) Lis Martiaveni, Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem I Gusti Ngurah Eka, dan undangan lainnya.
Gung Alit memaparkan, walau operasi ditutup secara resmi, namun tidak menutup kemungkinan pencarian korban Gede Surya dibuka kembali, lagi jika ada informasi signifikan dari masyarakat. Sebab, kecelakaan di laut, apalagi saat melakukan aktivitas menyelam, tidak bisa diprediksi apakah korban masih berada di dasar laut atau terapung. "Tim hanya melakukan penyisiran di permukaan," kata Gung Alit.
Di sisi lain, Baga Parahyangan Desa Adat Bugbug, I Wayan Artana, mengatakan perairan Gili Tepekong di mana korban Gede Surya hilang tenggelam, dikenal keramat. Lokasi TKP masih satu kawasan suci dengan Pura Candidasa. "Di sekitar perairan Gili Tepekong itu ada arus, bisa saja korban terbawa arus hingga terlambat naik," kata Wayan Artana, yang dikenal sebagai balian (paranormal). *k16
Hal ini berdasarkan hasil ngewacakang (menanyakan secara niskala) kepada orang pintar yang dilakukan pihak keluarga, sebagaimana diungkapkan ibunda Gede Surya, yakni Ni Luh Suriani, saat acara penutupan pencarian korban di Sekretariat Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Lingkungan Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Jumat kemarin. Luh Suriani menuturkan, sejak putra sulungnya dinyatakan hilang, pihaknya telah menempuh berbagai upaya, termasuk ngewacakang ke orang pintar.
"Berdasarkan petunjuk orang pintar, anak saya masih di sekitar lokasi kejadian di perairan Gili Tepekong. Hanya saja, tubuhnya tidak bisa muncul ke permukaan karena masih dikuasai makhluk gaib penghuni wilayah itu," jelas Luh Suriani yang kemarin didampingi suaminya, I Ketut Suana, dan sejumlah kerabat.
Luh Suriani menyebutkan, berdasarkan hasil ngewacakang ke orang pintar, makhluk gaib penguasa kawasan perairan Gili Tepekong sangat senang dengan anaknya, Gede Surya. Sebab, korban Gede Surya termasuk melik (membawa kekuatan istimewa) sejak lahir. "Katanya, penghuni gaib di sana sejak lama menunggu-nunggu orang yang kelahirannya melik," kenang ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Ketut Suana ini.
Sementara, Ketut Suana mengatakan semalam sebelum anaknya hilang tenggelam di perairan Gili Tepekong, dirinya sempat mimpi buruk, Jumat (12/12) malam. Namun, dia enggan merinci mimpi buruk dimaksud. Yang jelas, karena mimpi buruk tersebut, Suana sempat berniat mencegah korban Gede Surya menyelam bersama timnya untuk melakukan penelitian. “Tapi, niat mencegah anak sulung saya menyelam, urung saya lakukan,” cerita Suana.
Korban Gede Surya sendiri sebelumnya hilang tenggelam saat menyelam bersama tim peneliti beranggotakan 6 orang, di perairan Gili Tepekong, Banjar Samuh, Desa Bugbug, 12 Desember 2020 lalu. Ketika itu, korban Gede Surya (dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali) menyelam bersama Faqih, 24 (dari World Wide Fund for Nature Bali), Wiralaga, 21 (dari Universitas Pajajaran Bandung, Jawa Barat), Mahardika, 29 (dari Universitas Mataram, NTB), Rita R, 48 (dari Pusrika), dan Nia Pumpun, 29 (dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar). Mereka dibantu dua dive master, masing-masing Rian, 35, dan Agus, 45.
Gede Surya cs berencana melakukan penelitian pada kedalaman 30 meter, terkait kejadian hiu paus terdampar. Mereka menyelam sejak pagi pukul 08.30 Wita. Namun, karena cuaca laut memburuk disertai arus kencang, mereka belum sempat menyelam di kedalaman 30 meter. Kemudian, dua dive master yakni Rian dan Agus memerintahkan seluruh penyelam untuk naik ke darat.
Ternyata, satu penyelaman tertinggal di laut, yakni korban Gede Surya, sementara 5 orang lainnya berhasil naik. Diduga, korban Gede Surya lepas dari rombongan karena panik. Kemungkinan lainnya, tabung yang dikenakannya nyangkut di batu karang dasar laut.
Hilangnya korban Gede Surya hari itu dilaporkan oleh Nia Pumpun ke Pos Pencarian dan Pertolongan. Sejak saat itu, dilakukan pencarian selama 7 hari. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil hingga batas waktu yang ditentukan, sehingga pencarian korban dihentikan.
Sementara itu, tim pencari korban hilang yang dikoordinasikan Kepala Seksi Operasional dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Denpasar, Anak Agung Alit, menutup secara resmi pencariannya korban Gede Surya, Jumat kemarin. Pencarian dihentikan, karena setelah selama seminggu dilakukan operasi pencarian, tidak membuahkan hasil.
Acara penutupan pencarian kofrban Gede Surya di Sekretariat Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Jumat kemarin, dihadiri pula Kasat Pol Air Polres Karangasem AKP I Gusti Bagus Agung Suteja, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Karangasem) Lis Martiaveni, Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem I Gusti Ngurah Eka, dan undangan lainnya.
Gung Alit memaparkan, walau operasi ditutup secara resmi, namun tidak menutup kemungkinan pencarian korban Gede Surya dibuka kembali, lagi jika ada informasi signifikan dari masyarakat. Sebab, kecelakaan di laut, apalagi saat melakukan aktivitas menyelam, tidak bisa diprediksi apakah korban masih berada di dasar laut atau terapung. "Tim hanya melakukan penyisiran di permukaan," kata Gung Alit.
Di sisi lain, Baga Parahyangan Desa Adat Bugbug, I Wayan Artana, mengatakan perairan Gili Tepekong di mana korban Gede Surya hilang tenggelam, dikenal keramat. Lokasi TKP masih satu kawasan suci dengan Pura Candidasa. "Di sekitar perairan Gili Tepekong itu ada arus, bisa saja korban terbawa arus hingga terlambat naik," kata Wayan Artana, yang dikenal sebagai balian (paranormal). *k16
1
Komentar