Polisi Belum Bisa Menyimpulkan Gas yang Menewaskan Para Korban
4 Orang Tewas karena Hirup Gas Beracun
MANGUPURA, NusaBali
Sehari setelah peristiwa maut gas beracun menewaskan 4 orang di sebuah ruko di Perum Taman Griya, Nomor 49 B, Lingkungan Taman Griya, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), Minggu (20/12) pagi.
Polisi mengambil sampel gas yang diduga penyebab tewasnya para korban untuk dianalisa. Kasat Reskrim Polresta Denpasar Kompol I Dewa Putu Gede Anom Danujaya mengatakan belum bisa menyimpulkan peristiwa penyebab tersebut. Selain karena olah TKP hanya dilakukan oleh tim Labfor, juga masih menunggu hasil pemeriksaan sampel gas.
“Hasil olah TKP hari ini (kemarin) masih menunggu hasil dari Laboratorium Forensik Polda Bali. Karena tidak semua bisa masuk untuk melakukan olah TKP. Olah TKP harus oleh tim Labfor karena harus menggunakan alat bantuan pernapasan,” ungkap Kompol Anom Danujaya.
Nanti sampel gas yang diambil itu akan diolah di Labfor. Selanjutnya baru bisa disimpulkan gas jenis apa yang menyebabkan para korban meninggal. Saat itu, lanjut Kompol Anom Danujaya, pihaknya belum bisa menjelaskan banyak hal.
Sementara terkait pabrik, Kompol Anom Danujaya katakan dari beberapa dokumen ditemukan di lokasi ada izin usahanya. Tapi belum bisa dipastikan. Karena yang menjadi fokus sekarang adalah masalah kematian para korban. “Ruko dua lantai itu dipakai oleh korban untuk usaha pabrik penyamakan kulit. Kegiatannya murni kegiatan penyamakan kulit. Tidak ada kegiatan lainnya,” tegasnya.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (19/12) sekitar pukul 10.00 Wita, merenggut nyawa empat korban, yakni bos pabrik penyamakan kulit, Boidon Manapar Tambunan, 43. Dia meninggal sesaat setelah mendapat pertolongan medis di RS Jimbaran. Sementara tiga orang lainnya yang merupakan karyawannya, Rivaldo Simagunsong, 22, Ardi Silitonga, 22, dan Jaksa Napitupulu, 20, tewas di lokasi kejadian. Keempatnya tewas diduga akibat menghirup gas kimia beracun yang bocor di dalam pabrik penyamakan kulit tersebut.
Sementara dua orang lainnya, Daud Cahya Pamungkas, 40, dan Deny Waldi Rajaguguk, 23, selamat dari maut. Akibat kejadian itu pabrik penyamakan kulit itu ditutup sementara oleh polisi dengan memasang garis polisi. *pol
“Hasil olah TKP hari ini (kemarin) masih menunggu hasil dari Laboratorium Forensik Polda Bali. Karena tidak semua bisa masuk untuk melakukan olah TKP. Olah TKP harus oleh tim Labfor karena harus menggunakan alat bantuan pernapasan,” ungkap Kompol Anom Danujaya.
Nanti sampel gas yang diambil itu akan diolah di Labfor. Selanjutnya baru bisa disimpulkan gas jenis apa yang menyebabkan para korban meninggal. Saat itu, lanjut Kompol Anom Danujaya, pihaknya belum bisa menjelaskan banyak hal.
Sementara terkait pabrik, Kompol Anom Danujaya katakan dari beberapa dokumen ditemukan di lokasi ada izin usahanya. Tapi belum bisa dipastikan. Karena yang menjadi fokus sekarang adalah masalah kematian para korban. “Ruko dua lantai itu dipakai oleh korban untuk usaha pabrik penyamakan kulit. Kegiatannya murni kegiatan penyamakan kulit. Tidak ada kegiatan lainnya,” tegasnya.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (19/12) sekitar pukul 10.00 Wita, merenggut nyawa empat korban, yakni bos pabrik penyamakan kulit, Boidon Manapar Tambunan, 43. Dia meninggal sesaat setelah mendapat pertolongan medis di RS Jimbaran. Sementara tiga orang lainnya yang merupakan karyawannya, Rivaldo Simagunsong, 22, Ardi Silitonga, 22, dan Jaksa Napitupulu, 20, tewas di lokasi kejadian. Keempatnya tewas diduga akibat menghirup gas kimia beracun yang bocor di dalam pabrik penyamakan kulit tersebut.
Sementara dua orang lainnya, Daud Cahya Pamungkas, 40, dan Deny Waldi Rajaguguk, 23, selamat dari maut. Akibat kejadian itu pabrik penyamakan kulit itu ditutup sementara oleh polisi dengan memasang garis polisi. *pol
Komentar