Satrio Welang Luncurkan Album Musikalisasi Puisi Danumaya
DENPASAR, NusaBali
Di pengujung tahun 2020, Moch Satrio Welang merilis album musikalisasi ketiganya bertajuk Danumaya. Album Danumaya berisikan sembilan puisi ini dirilis secara virtual melalui platform Sound Cloud.
Album musik puisi Teater Sastra Welang ini merupakan album ketiga, setelah sebelumnya meluncurkan Album Taman Bunga (2013) dan Album Instalasi Bulan dan Matahari (2016). Danumaya diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti menyala. Sebelumnya, nama Danumaya direncanakan untuk menjadi judul buku antologi puisi Moch Satrio Welang yang tengah di ancang-ancang untuk dirilis, namun belum ‘ketok palu’. Satrio Welang berharap album musikalisasi Danumaya menjadi satu penanda, agar dalam situasi apapun, kita tetap berjuang untuk tetap menyala dalam daya kreasi, daya juang, dan daya hidup.
Kumpulan puisi dalam Danumaya menurut Satrio Welang terinspirasi dari pria-pria Eropa. Inspirasi ini didapatkan saat dirinya bekerja di kapal pesiar, di mana dirinya melihat sebuah perbedaan budaya antara dirinya yang berasal dari Asia dan orang-orang yang berasal dari Eropa yakni Ukraina, Serbia, dan Belarusia. “Karena background kita Asia, apalagi Indonesia, negara-negara Asia itu kan sangat ramah, sangat ceria. Sementara karakter bangsa Eropa Timur itu secara mayoritas itu kayak uring-uringan nuansanya. Selalu murung, selalu sedih, selalu marah sepertinya,” ujar Moch Satrio Welang kepada NusaBali, Sabtu (19/12).
Namun setelah berinteraksi, Satrio Welang menemukan karakter yang lebih dalam dari perbedaan antara karakter Asia dan Eropa Timur. Dari sanalah, inspirasi untuk album Danumaya ini didapatkan. “Dari dua dunia yang sangat berbeda, saling bertolak belakang. Mereka dari negeri musim dingin, kita dari negara tropis. Jadi memang secara energi, secara karakter ibarat api dan es,” kesannya.
Tak hanya interaksinya dengan dua budaya ini, beberapa hal lain yang dirinya temui selama bekerja di kapal pesiar turut memberikan inspirasi. “Kita berjuang di tengah laut, terserabut dari akar budaya kita sendiri, kehidupan kita sendiri, bahkan melihat rumah atau negara kita itu begitu jauh sekali, yang kita fight sendirian di tengah Samudra Pasifik, Atlantik, atau di benua yang ada di belahan bumi yang lain,” lanjut penyair eksentrik ini.
Tema tersebut lantas tertuang di beberapa judul puisi dalam album Danumaya, salah satunya ‘Di Laut, Percakapan Tak Usai’. Selain itu, idiom-idiom yang berkenaan dengan laut pun juga digunakan. Namun tak melulu tentang laut, beberapa karya di album ini juga telah ditulis sebelumnya, menjadikan album ini memiliki tema-tema beragam. Album Danumaya di Sound Cloud bukanlah akhir, Satrio Welang tengah menyiapkan video lirik dari puisi-puisi ini untuk dapat dinikmati di kanal youtubenya.
Pesan atau harapan yang ingin disampaikan dalam puisi ini yaitu agar dalam situasi apapun, seperti saat ini di situasi pandemi, ataupun seperti situasi yang dihadapinya berjuang di lautan, hendaknya kita untuk tetap berkarya dan tidak putus asa. “Terus menempa diri dan terus menggali mencari jawaban atas segala pertanyaan,” ungkapnya.
Adapun lagu-lagu dalam album ini diaransemen oleh para musisi teater muda antara lain Heri Windi Anggara, Wendra Wijaya, Risma Putri, Komang Adi Wiguna, Yoga Anugraha, Adiprana Kusuma, Gyan Satria, dan Septian Efendy. Risma Putri, Heri Windi Anggara, Goldyna Rarasari, Adiprana Kusuma, dan Yom Yomel menjadi penyanyi lagu-lagu musikalisasi ini. *cr74
Komentar