Selai Buah Lokal Diminati Turis Asing
GIANYAR, NusaBali
Buah lokal Bali ternyata baik diolah menjadi selai roti. Selai ini bahkan menjadi produk unggulan usaha milik Ni Kadek Dresning,44, di Jalan Gotama, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar. Jumlahnya mencapai 37 jenis buah, termasuk buah langka Kepundung, Kaliasem, dan Buni.
Ada juga rasa Nangka, Pepaya, Stoberi, Durian dan lainnya. Selai buah lokal ini diolah secara alami, ditangani dan diproses dengan hati-hati dengan cara tradisional, dengan bahan-bahan yang umumnya bersumber dari produsen dan petani skala kecil dan lokal. Hal inilah yang kemudian menarik minat wisatawan asing untuk menikmati selai buah lokal. Bahkan sejauh ini sudah sering dikirim ke luar negeri. Hanya saja masih dalam hitungan kiloan.
Selai buah lokal dengan brand Confiture de Bali ini dicetuskan pertama kali oleh Ni Kadek Dresning,44, asal Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt, Buleleng. Dia menetap di Banjar Kutuh Kaja, Kelurahan Ubud.
Perempuan yang akrab disapa Bening ini menjelaskan, selai buah lokal ini pertama kali dibuat untuk membantu petani buah jeruk di Kintamani. "Ketika panen, harga jeruk anjlok. Saya bantu cari solusi. Saya beli jeruk petani, olah menjadi selai," jelasnya, Minggu (20/12). Promosinya di awal secara door to door. "Ada temen ulang tahun, saya datang kasi coba gratis. Ketika responnya bagus, kemudian ada inisiatif membuka toko," jelasnya. Selain buah jeruk, Bening juga mencoba mengolah buah lokal lain hingga jenisnya mencapai 37 buah. "Setelah jeruk, ada sirsak, mangga, pepaya macam-macam buah. Termasuk kaliasem, buni dan kepundung," jelasnya. Ternyata, wisatawan asing kata Bening lebih suka dengan buah lokal ini. "Karena mereka gak punya di negaranya, sehingga sangat interes," imbuhnya. Saat ini, Bening sudah bekerja sama dengan 5 hotel di kawasan Ubud dan sekitarnya. Juga ada beberapa supermarket di Ubud. "Yang dikirim ke luar negeri baru ukuran kiloan. Mudah-mudahan kedepan bisa ekspor dengan skala besar," jelasnya yang sudah mengantongi P-IRT dan Nomor Izin Edar dari BPOM RI ini.
Selain turis asing, saat ini pasar lokal juga dikatakan mulai tertarik dengan selai buatannya. "Pandemi ini membuat orang lokal lebih menjaga kesehatan. Jadi mereka tertarik karena selai ini tanpa pemanis, pewarna dan pengawet," imbuhnya. Bersama selai, Bening juga memproduksi bitter atau mentega buah lokal dan kacang. Terkait proses pengolahan dilakukan secara manual. "Hand made tidak pakai mesin sama sekali. Kita pertahankan natural tradisional. Bahannya hanya buah, gula dan lemon. Tanpa pewarna, pengawet, pemanis. Yang membuat selai ini enak karena matangnya merata, menggunakan panci kuningan import. Panasnya merata, tidak gosong," jelasnya. Proses pembuatan bisa memakan waktu 2 sampai 4 hari. Untuk daya tahan, selai yang masih disegel bisa awet selama 1 tahun. Sedangkan yang sudah dibuka, tahan satu bulan dengan penyimpanan di kulkas. Produk selai ini dikemas dalam 4 kemasan dengan harga bervariasi. Ukuran extra small isian 40 ml seharga Rp 20.000. Ukuran small isian 130 ml seharga Rp 34.000. Ukuran medium isian 250 ml seharga Rp 46.000. Dan ukuran large isian 330ml seharga Rp 58.000. *nvi
Komentar