Museum Pasifika Bali, Titik Temu Karya Seni Penjuru Dunia
MANGUPURA, NusaBali.com
Masuk dalam nominasi Museum Cantik di ajang Anugerah Purwakalagraha Indonesia Museum Awards (IMA) 2020, Museum Pasifika pernah meraih penghargaan sebagai ‘Museum Lestari’ dalam ajang yang sama pada tahun 2018. Indonesia Museum Awards (IMA) merupakan ajang apresiasi kepada para individu dan pegiat museum di tanah air dalam rangka hari museum Indonesia. Penghargaan Purwakalagraha terbagi dalam beberapa kategori. Tahun ini hanya ada tiga kategori yakni Museum Cantik, Muse
Salah seorang pendiri museum, Philippe Augier, yang ditemui di Museum Pasifika, Sabtu (19/12), mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah memperhatikan keberadaan museum di Indonesia. “Rasanya sangat terhormat. Tahun 2018 lalu juga menang jadi Museum Lestari dalam ajang ini. Jadi, kami sangat bangga bisa terpilih dari antara sekitar 460 museum yang ada di Indonesia. Ini bagus untuk museum kami, juga untuk kawasan Nusa Dua,” tuturnya saat ditemui di museum berlokasi di kawasan ITDC, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan.
Ajang ini juga dinilai sangat baik karena bisa membantu promosi museum-museum lain yang ada di Indonesia.
Museum Pasifika merupakan komplementari seni se-Asia Pasifik yang tidak hanya menampilkan seni untuk Bali tetapi seni se-Asia Pasifik. Hal ini dikarenakan Bali merupakan titik temu dari penjuru dunia. Total ada 600 karya seni yang dipajang di sini dari 20 negara.
Sementara itu Project Manager Kadek Laksmi Sugiri, mengatakan ratusan lukisan dan patung dari berbagai negara itu dipajang di 11 ruangan. Dari 11 ruangan itu dibagi tiga tipe. Tipe pertama adalah semua karya tentang Indonesia dari ruangan 1-6. Tipe kedua tentang Asia yang memperlihatkan tentang Asia, misalnya tentang Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Laos. Selanjutnya tipe ketiga adalah tentang Pasifik.
Pihak museum juga mengungkapkan akan terus berupaya menduniakan Museum Pasifika. Salah satu langkah untuk mendapatkan itu adalah dengan melakukan promosi pada lingkup yang lebih luas, yakni Asia Pasifik. “Baru-baru ini kami ikut Indonesian Heritage Sites dan juga sebuah acara yang diadakan oleh pemerintah Meksiko yaitu peringatan ulang tahun salah satu artis senior mereka,” ujar Philippe menambahkan.
Museum Pasifika hadir untuk kebutuhan dunia. Sudah ada tujuh kepala negara, 300 menteri, dan lebih dari 80 duta besar telah datang ke Museum Pasifika. Sementara untuk domestik banyak dikunjungi oleh pelajar.
“Siswa yang datang dari TK hingga perguruan tinggi. Saat mereka datang ke sini mereka diberikan pelajaran tentang seni. Mereka tak hanya mempelajari tentang Bali tetapi mereka bisa belajar seni se-Asia Pasifik,” lanjutnya lagi.
Di Asia Pasifik, Indonesia menjadi negara yang memiliki museum paling banyak. Di Bali sendiri ada sekitar 38 museum. Ada museum budaya klasik, lukisan, sejarah museum, tekstil, hingga semi-klasik.
Meskipun pandemi Covid-19 membuat misi pendidikan Museum Pasifika sempat terhalang dan bahkan tutup selama tiga bulan sejak April hingga Juni, Museum Pasifika kini mulai bangkit dan telah berbenah kembali.
“Kita juga sudah mendapatkan CHSE (cleanliness, health, safety, environmental sustainability) dengan predikat memuaskan sehingga itu bisa membuat tamu-tamu nyaman. Kita juga mendapatkan sertifikat dari Wikimedia untuk retas budaya. Jadi kita membuka informasi data serta hak cipta yang juga digunakan untuk kreasi serta inovasi untuk games, lomba cerpen dan lainnya. Pandemi tidak akan menghalangi kita berkreasi,” jelas Laksmi antusias.
Selain sertifikasi tersebut di atas, Museum Pasifika juga mendapatkan penghargaan dari TripAdvisor untuk kategori Bali Best Brand dan Hall of Fame serta penghargaan Tri Hita Karana. “Rencana tahun depan di 2021, kita akan melakukan promosi budaya di mana kami sudah bekerja sama dengan profesor dari ISI dan seniman-seniman membuat buku dengan tema Wajah Dewata. Kami juga akan membuat ulang tahun museum yang ke-15. Seharusnya terhitung tahun ini tetapi karena pandemi jadi ditiadakan,” tandas Philippe.*cla
Museum Pasifika merupakan komplementari seni se-Asia Pasifik yang tidak hanya menampilkan seni untuk Bali tetapi seni se-Asia Pasifik. Hal ini dikarenakan Bali merupakan titik temu dari penjuru dunia. Total ada 600 karya seni yang dipajang di sini dari 20 negara.
Sementara itu Project Manager Kadek Laksmi Sugiri, mengatakan ratusan lukisan dan patung dari berbagai negara itu dipajang di 11 ruangan. Dari 11 ruangan itu dibagi tiga tipe. Tipe pertama adalah semua karya tentang Indonesia dari ruangan 1-6. Tipe kedua tentang Asia yang memperlihatkan tentang Asia, misalnya tentang Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Laos. Selanjutnya tipe ketiga adalah tentang Pasifik.
Pihak museum juga mengungkapkan akan terus berupaya menduniakan Museum Pasifika. Salah satu langkah untuk mendapatkan itu adalah dengan melakukan promosi pada lingkup yang lebih luas, yakni Asia Pasifik. “Baru-baru ini kami ikut Indonesian Heritage Sites dan juga sebuah acara yang diadakan oleh pemerintah Meksiko yaitu peringatan ulang tahun salah satu artis senior mereka,” ujar Philippe menambahkan.
Museum Pasifika hadir untuk kebutuhan dunia. Sudah ada tujuh kepala negara, 300 menteri, dan lebih dari 80 duta besar telah datang ke Museum Pasifika. Sementara untuk domestik banyak dikunjungi oleh pelajar.
“Siswa yang datang dari TK hingga perguruan tinggi. Saat mereka datang ke sini mereka diberikan pelajaran tentang seni. Mereka tak hanya mempelajari tentang Bali tetapi mereka bisa belajar seni se-Asia Pasifik,” lanjutnya lagi.
Di Asia Pasifik, Indonesia menjadi negara yang memiliki museum paling banyak. Di Bali sendiri ada sekitar 38 museum. Ada museum budaya klasik, lukisan, sejarah museum, tekstil, hingga semi-klasik.
Meskipun pandemi Covid-19 membuat misi pendidikan Museum Pasifika sempat terhalang dan bahkan tutup selama tiga bulan sejak April hingga Juni, Museum Pasifika kini mulai bangkit dan telah berbenah kembali.
“Kita juga sudah mendapatkan CHSE (cleanliness, health, safety, environmental sustainability) dengan predikat memuaskan sehingga itu bisa membuat tamu-tamu nyaman. Kita juga mendapatkan sertifikat dari Wikimedia untuk retas budaya. Jadi kita membuka informasi data serta hak cipta yang juga digunakan untuk kreasi serta inovasi untuk games, lomba cerpen dan lainnya. Pandemi tidak akan menghalangi kita berkreasi,” jelas Laksmi antusias.
Selain sertifikasi tersebut di atas, Museum Pasifika juga mendapatkan penghargaan dari TripAdvisor untuk kategori Bali Best Brand dan Hall of Fame serta penghargaan Tri Hita Karana. “Rencana tahun depan di 2021, kita akan melakukan promosi budaya di mana kami sudah bekerja sama dengan profesor dari ISI dan seniman-seniman membuat buku dengan tema Wajah Dewata. Kami juga akan membuat ulang tahun museum yang ke-15. Seharusnya terhitung tahun ini tetapi karena pandemi jadi ditiadakan,” tandas Philippe.*cla
Komentar