Omzet Anjlok, Pedagang Banyak Nunggak Sewa Kios dan Los
DENPASAR, NusaBali
Imbas pandemi Covid-19, omzet sejumlah pasar yang berada di bawah naungan Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar.
Bahkan, pedagang di Pasar Kumbasari yang terletak di Jalan Gajah Mada, Denpasar persentase penurunan omzet pedagang mencapai 70 persen, sementara pasar-pasar lainnya berkisar 65 persen dibandingkan saat normal dulu. Akibatnya banyak pedagang kini nunggak bayar sewa kios dan los tempat dagangannya.
Direktur Utama (Dirut) Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, IB Kompyang Wiranata saat dihubungi, Senin (21/12) mengungkapkan rata-rata pendapatan pedagang pasar di Kota Denpasar turun sebanyak 65 persen dari pendapatan normal sebelum pandemi Covid-19. “Untuk pedagang Pasar Kumbasari malah mencapai 70 persen penurunannya,” ujar IB Kompyang Wiranata yang akrab disapa Gus Kowi ini.
Menurutnya, jika sebelum pandemi, omzet pedagang di dalam gedung Pasar Kumbasari dari lantai 1 sampai lantai 4 mencapai kisaran Rp 1 miliar per hari. Namun, semenjak Covid-19 berlangsung, omset seluruh pedagang Pasar Kumbasari per harinya menurun drastis mencapai Rp 340 juta. "Itu hanya di dalam gedung saja kerugiannya segitu. Di pelataran masih di bilang stabil dan kami masih melakukan pengecekan," ungkapnya.
Gus Kowi sapaannya mengatakan, sebelumnya Pasar Kumbasari selalu ramai dengan kedatangan wisatawan mancanegara berbelanja. Tetapi, karena pandemi ini, wisatawan hampir satupun tidak ada yang ke Pasar Kumbasari. Padahal, pasar tersebut khusus menjual pernak-pernik kerajinan tangan.
Dikatakan Gus Kowi, dengan penurunan tersebut, pedagang di kawasan Pasar Kumbasari banyak yang nunggak pembayaran sewa kios dan los. Bahkan, Biaya Operasional Pasar (BOP) juga banyak yang belum terbayarkan. Hal itu membuat pedagang banyak yang memiliki tunggakan yang harus dibayar.
Sampai saat ini menurut Gus Kowi, seluruh pasar di Kota Denpasar memiliki tunggakan sebesar Rp 4 miliar. Mereka diwajibkan membayar karena semua terdata dan tercatat. "Kami akan berupaya memberikan keringanan pada mereka. Tetapi kami juga gak bisa menghapus karena semua tercatat. Yang jelas kami hanya memberikan keringanan paling sebatas proses pembayarannya bisa dicicil," jelasnya.
Tunggakan itu menurut Gus Kowi khusus untuk pedagang dalam gedung. Namun, di dalam pelataran omset rata-rata pedagang masih stabil. Sehingga untuk menutup biaya operasional pasar selama pandemi Covid-19 ini berasal dari pedagang pelataran saja.
Sementara salah satu pedagang di Pasar Kumbasari, I Wayan Mustini, 40, mengatakan sebelum Covid-19, Pasar Kumbasari selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Penghasilan rata-rata bisa mencapai Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per harinya hasil dari penjualan patung yang terbuat dari tembaga.
Namun, saat ini hampir 3-5 hari tidak ada penjualan. "Kami sebelum Covid-19 lumayan dapatnya. Sekarang, karena pariwisata tutup ya saya hanya bisa buka tanpa ada yang belanja. Hanya ada yang melihat tidak belanja, bule yang datang palingan yang memang tinggal di Bali saja. Bule lainnya hampir tidak ada yang datang," imbuhnya.
Perempuan asal Tabanan ini mengaku tetap buka karena tidak ada pekerjaan lain lagi. Beruntungnya kata dia, penjualan yang bisa menunjang sehari-hari melalui pesanan online. "Itu juga yang pesan online hanya satu dua orang. Cukup makan saja sudah bersyukur," tandasnya. *mis
1
Komentar