Pejuang Lingkungan dari Ubud Terima Kalpataru
Ida Ayu Rusmarini Getol Budidayakan Tanaman Obat dan Upakara
JAKARTA, NusaBali
Tokoh perempuan asal Banjar Tunon, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, Ir Ida Ayu Rusmarini MP, 60, mendapat penghargaan Kalpataru Tahun 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (21/12).
Pendiri Yayasan Puri Damai ini dianugerahi Kalpataru 2020 kategori Pembina Lingkungan. Selain Ida Ayu Rusmarini, ada 9 tokoh dan kelompok masyarakat lainnya yang mendapat penghargaan Kalpataru 2020 dari Kementerian LHK. Mereka dinilai berhasil melestarikan lingkungan melalui prakarsanya sendiri. Mereka dapat Kalpataru untuk kategori berbeda-beda.
Khusus untuk Kalpataru 2020 kategori Pembina Lingkungan, ada 3 tokoh yang menerimanya. Selain Ida Ayu Rusmarini, juga ada nama Zofrawandi (tokoh pejuang lingkungan asal Kabupaten Solok, Sumatera Barat) dan RB Sutarno ( asal Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta).
Sedangkan Kalpataru 2020 kategori Perintis Lingkungan, diraih Zeth Wonggor (dari Kabupaten Manokwari, Papua Barat) dan Sadikin (Kabupaten Bengkalis, Riau). Sementara Kalpataru 2020 kategori Pengabdi Lingkungan, penghargaan diraih Wasito ( asal Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) dan Saraba (dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan).
Sebaliknya, Kalpataru 2020 untuk kategori Penyelamat Lingkungan, penghargaan diperoleh Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Adiu, Kabupaten Malinau (Kalimantan Utara), Komunitas Hatabosi (Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara), dan Bening Saguling Foundation (Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat).
Penghargaan Kalpataru 2020 bagi Ida Ayu Rusmarini dan 9 tokoh pejuang lingkungan lainnya diserahkan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, di Jakarta, Senin kemarin, atau sehari sebelum peringatan Hari Ibu 22 Desember. Ida Ayu (Dayu) Rusmarini sendiri dapat penghargaan Kalpataru 2020 kategori Pembina Lingkungan, berkat keberhasilannya mengembangkan budidaya tanaman obat-obatan, tanaman upacara, dan tanaman langka. Dia mendirikan Yayasan Puri Damai di kampung halamnya di Banjar Tunon, Desa Singajerta, Kecamatan Ubud, Gianyar dengan melibatkan partisipasi aktif kaum perempuan dalam menjaga aturan adat warisan leluhur.
Gerakan membudidayakan tanaman obat-obatan, tanaman upakara, dan tanaman langka dilakukan Dayu Rusmarini di tengajh kesibukannya sebagai pegawai PNS di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, tapi sekarang sudah pensiun. Verifikasi dan validasi nominator penghargaan Kalpataru 2020 untuk Dayu Rusmarini sebelumnya dilakukan melalui video conference di kediamannya, Aula Puri Damai, Banjar Tunon, Desa Singakerta, 9 Juni 2020 lalu. Tim verifikator kala itu terdiri dari Ajrun SE, Drh Triyaka Lisdianta MSi, Fitri Novitasari SSos MSc, dan Bona Sapril Sinaga SHut.
Ida Ayu Rusmarini sudah dikenal sebagai pembudidaya tanaman obat-obatan, tanaman upakara, dan tanaman langka sejak 28 tahun silam. Selain membudidayakan tanaman, kegiatan Dayu Rusmarini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Pasalnya, Dayu Rusmarini membuka lapangan pekerjaan dan mengolah sendiri tanaman obat tersebut di kediamannya di Banjar Tunon, Desa Singakerta.
Dayu Rusmarini sendiri merupakan Sarjana Pertanian yang penyelesaikan Program Magister Pertanian Lahan Kering di Unud. Perempuan kelahiran Denpasar, 9 November 1960, ini pernah mendapat penghargaan ‘Kehati Award 2012’ kategori Peduli Lestari bersama kelompok Putri Toga Turus Lumbung Puri Damai.
Dia sejak 20 tahun silam sudah mengumpulkan berbagai jenis tanaman di rumahnya. Bukan sekadar menghiasi dan menyejukkan pekarangan rumah, tanaman itu juga digunakan untuk mengobati orang sakit, membangkitkan perekonomian warga, sekaligus mendidik anak-anak.
Rumahnya yang berada di lahan seluas 1 hektare di Banjar Tunon, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud dikelilingi sawah. Di areal rumahnya itu terdapat beberapa bangunan, seperti rumah belajar, unit pengolahan tanaman, dan bangunan untuk terapi penyembuhan herbal. Di pekarangan rumahnya terdapat berbagai tanaman obat, seperti cakar ayam, rumput mutiara, dan keladi tikus. Ada pula tanaman untuk sarana upacara agama Hindu, seperti daun sirih, daun puring, dan bunga cempaka. Total ada sekitar 387 jenis tanaman di rumah ibu 3 anak dari pernikahannya I Wayan Damai ini.
Sementara itu, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyatakan bersyukur karena Indonesia masih memiliki pejuang-pejuang lingkungan. “Kita bersyukur karena kita masih ada pejuang-pejuang lingkungan di Indonesia, yang mengabdi dan berkorban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan," ujar Siti Nurbaya dilansir Antara saat acara penyerahan penghargaan Kalpataru Tahun 2020 untuk Dayu Rusmarini cs di Jakarta, Senin kemarin.
Sedangkan anggota Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru, Imam Prasodjo, mengungkapkan para penerima Kalpataru merupakan sosok-sosok yang luar biasa. Pasalnya, mereka mampu keluar dari zona nyaman untuk menemukan solusi melestarikan lingkungan.
“Mereka adalah sosok-sosok yang berani mendobrak pakem, menjadi pendorong tumbuhnya harapan positif di tengah situasi sulit ini. Kita sangat membutuhkan orang-orang seperti mereka di negeri ini,” tandas Imam Prasodjo.
Sementara, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, mengatakan kearifan-kearifan yang hidup di seluruh nusantara, yang lahir dalam kosmologi budaya, sudah seharusnya dibuat dalam artikulasi konstitusional yang dibuat dalam Peraturan Daerah Perda) sampai Undang-undang. Menurut Dedi, manusia yang berbudaya adalah manusia yang mensenyawakan diri dengan alamnya dan dengan Tuhan-nya. Mereka inilah yang bisa disebut nasionalis sejati.
“Kerangka berfikir inilah yang harus diusung, karena seluruh ajaran keyakinan di Indonesia, menggambarkan tentang tidak terpisahnya manusia dari lingkungannya,” tegas politisi Golkar ini. *nvi
1
Komentar