Pembelajaran Tatap Muka Jadi Ngambang
Kasus Covid-19 di Buleleng Fluktuatif
Masih kami pastikan dulu apakah situasi daerah benar-benar aman dari penularan. Apakah risikonya rendah atau tidak ada. (Sekda Bulelnbg Suyasa).
SINGRAJA, NusaBali
Jumlah kasus konfirmasi Covid-19 baru di Kabupaten Buleleng masih fluktuatif atau naik-turun. Meski sempat beberapa kali nihil kasus baru, seperti pada Senin (21/12), namun Selasa (22/12), kembali terjadi lonjakan kasus konfirmasi baru hingga 15 orang. Kondisi ini berdampak, pembelajaran tatap muka (PTM) mulai PAUD hingga SMA/SMK direncanakan mulai Januari 2021, belum dapat dipastikan Pemkab Buleleng.
Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng Gede Suyasa mengatakan untuk melangsungkan PTM hatus dipastikan dulu potensi penularan Covid-19 rendah hingga masyarakat benar-benar aman. “Soal pembelajaran tatap muka, kami masih melihat perkembangan kasus. Kalau kasus masih tinggi, Pemkab belum berani mengizinkan belajar tatap muka. Masih kami pastikan dulu apakah situasi daerah benar-benar aman dari penularan. Apakah risikonya rendah atau tidak ada. Kalau itu sudah terpenuhi baru bisa belajar tatap muka,” jelas Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini.
Menurutnya, Pemkab belum berani mengambil risiko mengizinkan belajar tatap muka jika kasus masih tinggi. Karena guru dan siswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki interaksi dengan keluarga dan lingkungan. Sehingga hal itu akan berpotensi tinggi terjadi penularan, yang tidak hanya di sekolah, namun juga di keluarga atau di lingkungannya.
Hanya saja, jelas Suyasa, Satgas Covid-19 Kabupaten Buleleng sejauh ini masih menunggu arahan dari Satgas Provinsi Bali, terkait rencana pemberlakuan PTM pada satuan pendidikan. Setelah ada kepastian pemberlakuan PTM, baru akan dilanjutkan dengan antisipasi awal. Seperti pelaksanaan swab massal pada guru sesuai dengan rencana Pemprov Bali. “Jika memang nanti arahannya swab massa, tes reagennya akan dimintakan dari provinsi untuk enam ribuan guru di Buleleng. Tentu akan membutuhkan waktu karena kapasitas PCR di Buleleng hanya 94 spesimen satu kali pengujian,” jelas dia.
Kata Suyasa, swab massal memungkinkan untuk dilakukan secara serentak jika pengujian spesimen dibantu kembali oleh RSUP Sanglah. Dia mengatakan antisipasi awal PTM itu lebih realistis menggunakan rapid antigen. Karena lebih cepat dapat diketahui hasilnya, akurasi 90 persen, dan jumlah yang akan dites ribuan orang. “Nanti pasti ada rapat koordinasi sebelum pemberlakuan itu. Karena tidak boleh jadi basis penularan sehingga harus diberlakukan bersama harusnya. Provinsi pasti sudah perhitungkan apakah pakai lab PCR atau antigen nanti dilihat keputusannya seperti apa,” kata birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula ini.
Perkembangan kasus Covid-19 di Buleleng hingga Selasa (22/12), kasus konfirmasi kumulatif 1.280 orang. Jumlah itu bertambah dengan masuknya 15 orang terkonfirmasi setelah dilakukan tracing dari kasus positif sebelumnya. 15 pasien Covid-19 baru itu tersebar yakni 11 orang di Kecamatan Buleleng, 2 orang di Kecamatan Sukasada, 1 orang masing-masing di Kecamatan Seririt dan Gerokgak.
Dari jumlah kumulatif sejak Maret 2020 itu, 1.170 orang sudah sembuh. Termasuk 11 orang pasien yang baru menerima diagnosis klinis dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Mereka diantaranya berasal dari Kecamatan Buleleng 2 orang, Busungbiu 5 orang, Tejakula 1 orang, Kubutambahan 3 orang.
Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng juga mencatat seorang pasien Covid-19 asal Kecamatan Gerokgak meninggal, Senin (21/12). Perempuan 52 tahun ini sebelumnya dirawat di RSUD Buleleng sejak 14 Desember 2020. Sebelum dinyatakan positif Coivd-19, pasien bersangkutan mengeluh demam sejak 10 hari sebelumnya, dan sesak nafas. Pasien tak memiliki penyakit penyerta itu tidak dapat bertahan setelah 7 hari menjalani isolasi di RSUD Buleleng. Pasien Covid-19 yang meninggal dunia itu menambah daftar korban virus Covid-19 di Buleleng yang sudah menelan 64 jiwa. Sedangkan 61 orang lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit maupun karantina di hotel fasilitas Pemprov Bali. *k23
Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng Gede Suyasa mengatakan untuk melangsungkan PTM hatus dipastikan dulu potensi penularan Covid-19 rendah hingga masyarakat benar-benar aman. “Soal pembelajaran tatap muka, kami masih melihat perkembangan kasus. Kalau kasus masih tinggi, Pemkab belum berani mengizinkan belajar tatap muka. Masih kami pastikan dulu apakah situasi daerah benar-benar aman dari penularan. Apakah risikonya rendah atau tidak ada. Kalau itu sudah terpenuhi baru bisa belajar tatap muka,” jelas Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini.
Menurutnya, Pemkab belum berani mengambil risiko mengizinkan belajar tatap muka jika kasus masih tinggi. Karena guru dan siswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki interaksi dengan keluarga dan lingkungan. Sehingga hal itu akan berpotensi tinggi terjadi penularan, yang tidak hanya di sekolah, namun juga di keluarga atau di lingkungannya.
Hanya saja, jelas Suyasa, Satgas Covid-19 Kabupaten Buleleng sejauh ini masih menunggu arahan dari Satgas Provinsi Bali, terkait rencana pemberlakuan PTM pada satuan pendidikan. Setelah ada kepastian pemberlakuan PTM, baru akan dilanjutkan dengan antisipasi awal. Seperti pelaksanaan swab massal pada guru sesuai dengan rencana Pemprov Bali. “Jika memang nanti arahannya swab massa, tes reagennya akan dimintakan dari provinsi untuk enam ribuan guru di Buleleng. Tentu akan membutuhkan waktu karena kapasitas PCR di Buleleng hanya 94 spesimen satu kali pengujian,” jelas dia.
Kata Suyasa, swab massal memungkinkan untuk dilakukan secara serentak jika pengujian spesimen dibantu kembali oleh RSUP Sanglah. Dia mengatakan antisipasi awal PTM itu lebih realistis menggunakan rapid antigen. Karena lebih cepat dapat diketahui hasilnya, akurasi 90 persen, dan jumlah yang akan dites ribuan orang. “Nanti pasti ada rapat koordinasi sebelum pemberlakuan itu. Karena tidak boleh jadi basis penularan sehingga harus diberlakukan bersama harusnya. Provinsi pasti sudah perhitungkan apakah pakai lab PCR atau antigen nanti dilihat keputusannya seperti apa,” kata birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula ini.
Perkembangan kasus Covid-19 di Buleleng hingga Selasa (22/12), kasus konfirmasi kumulatif 1.280 orang. Jumlah itu bertambah dengan masuknya 15 orang terkonfirmasi setelah dilakukan tracing dari kasus positif sebelumnya. 15 pasien Covid-19 baru itu tersebar yakni 11 orang di Kecamatan Buleleng, 2 orang di Kecamatan Sukasada, 1 orang masing-masing di Kecamatan Seririt dan Gerokgak.
Dari jumlah kumulatif sejak Maret 2020 itu, 1.170 orang sudah sembuh. Termasuk 11 orang pasien yang baru menerima diagnosis klinis dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Mereka diantaranya berasal dari Kecamatan Buleleng 2 orang, Busungbiu 5 orang, Tejakula 1 orang, Kubutambahan 3 orang.
Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng juga mencatat seorang pasien Covid-19 asal Kecamatan Gerokgak meninggal, Senin (21/12). Perempuan 52 tahun ini sebelumnya dirawat di RSUD Buleleng sejak 14 Desember 2020. Sebelum dinyatakan positif Coivd-19, pasien bersangkutan mengeluh demam sejak 10 hari sebelumnya, dan sesak nafas. Pasien tak memiliki penyakit penyerta itu tidak dapat bertahan setelah 7 hari menjalani isolasi di RSUD Buleleng. Pasien Covid-19 yang meninggal dunia itu menambah daftar korban virus Covid-19 di Buleleng yang sudah menelan 64 jiwa. Sedangkan 61 orang lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit maupun karantina di hotel fasilitas Pemprov Bali. *k23
1
Komentar