Seniman Topeng Wayan Muka Berpulang
GIANYAR, NusaBali
Bali kehilangan salah seorang seniman tapel (topeng) mumpuni. Dia adalah I Wayan Muka asal Banjar Batanancak, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, meninggal, Sabtu (19/12) pukul 16.55 wita.
Seniman kelahiran 12 Desember 1962 ini meninggal di usia 58 tahun, dalam perawatan di Rumah Sakit Ari Canti, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Kepergian almarhum cukup mengagetkan. Terlebih beberapa pekan lalu, masih menyempatkan diri mengikuti Lokasabha V Pratisentana Bendesa Manik Mas di Puspem Badung. Mantan Bendesa Adat Mas dua periode (2005-2015) ini diupacarai Makingsan ring pertiwi pada Anggara Pahing Bala, Selasa (22/12) di Setra Desa Adat Mas. "Bapak dari dulu berpesan, kalau, meninggal gak mau diaben. Biar bareng dengan masyarakat Ngaben massal. Sekarang cuma Makingsan di pertiwi dan tanggal 5 Januari acara Ngurugin," jelas putra sulung almarhum, I Wayan Eka Mustika.
Pihak keluarga sangat kehilangan sosok Wayan Muka. Terlebih ayahnya ini meninggal mendadak. "Memang mendadak, drop dalam sehari. Ada penyumbatan di kepala," ujarnya Eka Mustika yang Sekretaris Kantor Desa Mas ini, kemarin.
Dijelaskan, sehari sebelum meninggal dunia, ayahnya mengalami muntah-muntah. "Hari Jumat, sore. Bapak mengalami muntah-muntah di rumah. Langsung dibawa ke RS. Observasi di UGD selama 2 jam," jelasnya. Setelah itu dipindah perawatan ke kamar. "Besoknya, Sabtu sekitar pukul 15.00 Wita setelah discan ternyata ada penyumbatan di kepala, menyebabkan oksigen sedikit yang masuk," jelasnya. Karena kondisi melemah, Wayan Muka dibawa ke ruang ICU untuk pemasangan alat bantu Ventilator. Namun sayang, pukul 16.55 wita, dinyatakan meninggal.
"Bapak meninggal karena sudah tertutup celah oksigen untuk masuk," jelasnya. Eka Mustika menduga, trauma masa lalu menyebabkan penyumbatan ini. "Kemungkinan penyebabnya terjadinya penyumbatan karena Bapak 3 tahun lalu pernah mengalami kecelakaan dan mungkin ada benturan di kepala bagian belakang," ujarnya.
Untuk diketahui, semasa hidup seniman topeng I Wayan Muka,58, tetap berkarya di rumah produksinya meski situasi pandemi Covid-19. Penerima Penghargaan Wija Kusuma Kabupaten Gianyar Tahun 2018 ini berkeyakinan wabah Covid-19 pasti berakhir.
"Kepercayaan di Bali, tidak mungkin selamanya jelek. Seperti roda, pandemi ini pasti berlalu," ujarnya ketika NusaBali sempat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu.
Maka itu mantan Bendesa Adat Mas dua periode (2005-2015) ini tidak ingin putus asa. Dia pilih tetap membuat topeng. Bahkan tetap mempekerjakan enam karyawan. "Saya anggap ini godaan hidup, tapi bukan berarti menyerah. Justru menjadi kesempatan untuk tetap berkarya," jelas seniman kelahiran 12 Desember 1962 ini. Wayan Muka juga ingin menjaga eksistensi diri. Terlebih namanya sebagai seniman topeng sudah mendunia. "Dalam situasi ini alih profesi tidak mungkin. Karena saya sudah geluti bidang ini selama 40 tahun. Tekad saya melestarikan topeng, karena erat kaitannya dengan adat budaya Bali," jelas suami dari Ni Ketut Latri ini. Almarhum meninggalkan, 1 istri, 3 anak dan 3 cucu.*nvi
Komentar