ASDP Luncurkan Kapal Ferry Ketapang-Lembar
Bisa Mengurai Kepadatan Lalulintas di Jalan Gilimanuk-Denpasar
Dengan jarak tempuh 125 mil, sailing time (waktu berlayar) 12,5 jam, dan waktu pelayanan 3 jam, lintas Ketapang-Lembar ini dapat menjadi layanan penyeberangan yang efektif dan efisien.
NEGARA, NusaBali
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI dan PT ASDP Indonesia Ferry membuka rute baru pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur langsung ke Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NusaTenggara Barat (NTB). Rute layanan jarak jauh atau long distance ferry (LDF) Ketapang-Lembar ini pun diharapkan mengurangi kekroditan lalu lintas di Bali, terutama kendaraan logistik dari Jawa Timur menuju Lombok ataupun sebaliknya.
Pembukaan rute LDF Ketapang-Lembar ini resmi dibuka oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat (Hubdat) Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, bersama Direktur Utama (Dirut) PT ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi, di Dermaga LCM Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Sabtu (26/12). Ada 7 Kapal Motor Penumpang (KMP) yang disiapkan untuk melayani rute LDF Ketapang-Lembar.
Menurut Dirut ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi, lintasan Ketapang-Lembar ini merupakan rute LDF ketiga yang dilayani ASDP setelah Surabaya-Lembar dan Jakarta-Surabaya. Pengoperasian LDF Ketapang-Lembar ini adalah sebagai upaya pengembangan konektifitas dari Jawa-NTB dalam mendukung pembangunan daerah dan penurunan biaya logistik. Dikarenakan akses Jawa-NTB, kini dapat ditempuh secara langsung, dan tidak perlu lewat Pulau Bali lagi.
Selain itu, sambung Ira, rute LDF Ketapang-Lombok, ini juga mendukung program Pemerintah memajukan sektor pariwisata, khususnya Pemprov Bali. Karena lintasan Ketapang-Lembar yang dibuka sesuai dengan Keputusan Kementerian Perhubungan KM 308 tahun 2020 ini sebagai wujud dukungan terhadap kebijakan Gubernur Bali untuk mengurai kepadatan lalu lintas di Jalan Umum Gilimanuk-Denpasar.
"Dari total 7 unit kapal (termasuk kapal dari pihak swasta) yang akan beroperasi di Ketapang-Lembar ini, ASDP akan melayani dengan KMP Portlink VII. Dengan jarak tempuh sejauh 125 mil, sailing time (waktu berlayar) 12,5 jam, dan waktu pelayanan 3 jam, kami harapkan lintas Ketapang-Lembar ini dapat menjadi layanan penyeberangan yang efektif dan efisien. Baik dari segi waktu dan biaya," kata Ira, dikutip sesuai keterangan tertulis yang diterima NusaBali, Sabtu kemarin.
Ira Puspadewi berkeyakinan, lintasan penyeberangan Ketapang-Lembar ini bakal banyak peminat. Mengingat, kendaraan logistik tujuan NTB yang sebelumnya memanfaatkan penyebrangan Ketapang - Gilimanuk mencapai 45 hingga 50 persen.
"Apalagi dengan sudah ada kepastian jadwal, pelayanan 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Kalau hitung-hitungan bisnis itu sudah menjadi keunggulan. Karena orang sudah tahu kapan harus masuk pelabuhan dan boardingnya berapa lama," ungkapnya dilansir detik.com.
Sementara Dirjen Hubdat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi mengatakan, dengan beroperasinya lintas Ketapang-Lembar ini diharapkan dapat mendukung pembangunan daerah sekitar Ketapang dan Lembar, dengan memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru serta mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan. Selain itu, dapat mendukung pertumbuhan dan pelayanan sektor lainnya, seperti pariwisata di NTB dan sekitarnya, serta multiplier effect pada perekonomian di Jawa Timur dan NTB.
"Ke depannya diharapkan juga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan penurunan biaya logistik karena konektifitas Jawa ke Lombok tidak harus melewati Pulau Bali serta mengoptimalisasi kapal pada lintas Ketapang-Gilimanuk dan Padangbai-Lembar," ucap Budi Setiyadi.
Sebelumnya, sambung Dirjen Hubdat Budi Setiyadi, rencana membuka LDF dari Ketapang ke Lembar ini, juga sudah cukup lama dibahas. Ke depannya pengembangan baru terhadap lintasan penyeberangan juga akan menggunakan konsep LDF seperti ini. “Demand pasar dinamis sekali. Apalagi kondisi jalan Gilimanuk-Denpasar sudah penuh, sementara pembangunan jalan tol Gilimanuk-Denpasar belum ada. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi di kedua pulau ini cukup bagus, maka yang juga menjadi perhatian Menteri Perhubungan adalah kesejahteraan angkutan penyeberangan kita,” ucapnya.
Seiring penetapan rute Ketapang-Lembar ini, Kementerian Perhubungan juga telah menetapkan tarif yang diatur Keputusan Menteri (KM) Nomor 309 Tahun 2020 tentang Tarif Pelayaran Ketapang-Lembar (rincian tarif di atas). Bagi pengguna jasa yang akan melakukan perjalanan Ketapang-Lembar, dapat membeli tiket go show di Terminal Sri Tanjung, Banyuwangi. Terkait pembayaran, ASDP juga akan menerapkan metode cashless atau transaksi dengan menggunakan kartu uang elektronik dari sejumlah bank yang telah bekerjasama dengan ASDP.
Selain memangkas waktu perjalanan, lintasan penyeberangan baru Ketapang-Lembar, NTB juga dapat memangkas biaya pengiriman logistik Jawa-NTB. Para sopir mengaku selisih perjalanan darat dengan laut hingga mencapai Rp 2 juta.
Nur Hadi, 27, sopir logistik tujuan NTB mengaku terbantu dengan dibukanya jalur penyeberangan baru Ketapang-Lembar. Selain lebih hemat biaya, perjalanan darat diakuinya lebih berisiko dibandingkan perjalanan laut.
"Kita (sopir) lebih terbantu. Perjalanan bisa lebih cepat. Biasanya, (perjalanan darat) bisa sehari semalam. Kita juga bisa beristirahat, karena perjalanan melalui jalur laut. Selain itu, juga lebih irit. Selisihnya bisa sampai 1,8 juta dibandingkan dengan perjalanan darat," ujarnya. *ode
Pembukaan rute LDF Ketapang-Lembar ini resmi dibuka oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat (Hubdat) Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, bersama Direktur Utama (Dirut) PT ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi, di Dermaga LCM Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Sabtu (26/12). Ada 7 Kapal Motor Penumpang (KMP) yang disiapkan untuk melayani rute LDF Ketapang-Lembar.
Menurut Dirut ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi, lintasan Ketapang-Lembar ini merupakan rute LDF ketiga yang dilayani ASDP setelah Surabaya-Lembar dan Jakarta-Surabaya. Pengoperasian LDF Ketapang-Lembar ini adalah sebagai upaya pengembangan konektifitas dari Jawa-NTB dalam mendukung pembangunan daerah dan penurunan biaya logistik. Dikarenakan akses Jawa-NTB, kini dapat ditempuh secara langsung, dan tidak perlu lewat Pulau Bali lagi.
Selain itu, sambung Ira, rute LDF Ketapang-Lombok, ini juga mendukung program Pemerintah memajukan sektor pariwisata, khususnya Pemprov Bali. Karena lintasan Ketapang-Lembar yang dibuka sesuai dengan Keputusan Kementerian Perhubungan KM 308 tahun 2020 ini sebagai wujud dukungan terhadap kebijakan Gubernur Bali untuk mengurai kepadatan lalu lintas di Jalan Umum Gilimanuk-Denpasar.
"Dari total 7 unit kapal (termasuk kapal dari pihak swasta) yang akan beroperasi di Ketapang-Lembar ini, ASDP akan melayani dengan KMP Portlink VII. Dengan jarak tempuh sejauh 125 mil, sailing time (waktu berlayar) 12,5 jam, dan waktu pelayanan 3 jam, kami harapkan lintas Ketapang-Lembar ini dapat menjadi layanan penyeberangan yang efektif dan efisien. Baik dari segi waktu dan biaya," kata Ira, dikutip sesuai keterangan tertulis yang diterima NusaBali, Sabtu kemarin.
Ira Puspadewi berkeyakinan, lintasan penyeberangan Ketapang-Lembar ini bakal banyak peminat. Mengingat, kendaraan logistik tujuan NTB yang sebelumnya memanfaatkan penyebrangan Ketapang - Gilimanuk mencapai 45 hingga 50 persen.
"Apalagi dengan sudah ada kepastian jadwal, pelayanan 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Kalau hitung-hitungan bisnis itu sudah menjadi keunggulan. Karena orang sudah tahu kapan harus masuk pelabuhan dan boardingnya berapa lama," ungkapnya dilansir detik.com.
Sementara Dirjen Hubdat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi mengatakan, dengan beroperasinya lintas Ketapang-Lembar ini diharapkan dapat mendukung pembangunan daerah sekitar Ketapang dan Lembar, dengan memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru serta mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan. Selain itu, dapat mendukung pertumbuhan dan pelayanan sektor lainnya, seperti pariwisata di NTB dan sekitarnya, serta multiplier effect pada perekonomian di Jawa Timur dan NTB.
"Ke depannya diharapkan juga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan penurunan biaya logistik karena konektifitas Jawa ke Lombok tidak harus melewati Pulau Bali serta mengoptimalisasi kapal pada lintas Ketapang-Gilimanuk dan Padangbai-Lembar," ucap Budi Setiyadi.
Sebelumnya, sambung Dirjen Hubdat Budi Setiyadi, rencana membuka LDF dari Ketapang ke Lembar ini, juga sudah cukup lama dibahas. Ke depannya pengembangan baru terhadap lintasan penyeberangan juga akan menggunakan konsep LDF seperti ini. “Demand pasar dinamis sekali. Apalagi kondisi jalan Gilimanuk-Denpasar sudah penuh, sementara pembangunan jalan tol Gilimanuk-Denpasar belum ada. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi di kedua pulau ini cukup bagus, maka yang juga menjadi perhatian Menteri Perhubungan adalah kesejahteraan angkutan penyeberangan kita,” ucapnya.
Seiring penetapan rute Ketapang-Lembar ini, Kementerian Perhubungan juga telah menetapkan tarif yang diatur Keputusan Menteri (KM) Nomor 309 Tahun 2020 tentang Tarif Pelayaran Ketapang-Lembar (rincian tarif di atas). Bagi pengguna jasa yang akan melakukan perjalanan Ketapang-Lembar, dapat membeli tiket go show di Terminal Sri Tanjung, Banyuwangi. Terkait pembayaran, ASDP juga akan menerapkan metode cashless atau transaksi dengan menggunakan kartu uang elektronik dari sejumlah bank yang telah bekerjasama dengan ASDP.
Selain memangkas waktu perjalanan, lintasan penyeberangan baru Ketapang-Lembar, NTB juga dapat memangkas biaya pengiriman logistik Jawa-NTB. Para sopir mengaku selisih perjalanan darat dengan laut hingga mencapai Rp 2 juta.
Nur Hadi, 27, sopir logistik tujuan NTB mengaku terbantu dengan dibukanya jalur penyeberangan baru Ketapang-Lembar. Selain lebih hemat biaya, perjalanan darat diakuinya lebih berisiko dibandingkan perjalanan laut.
"Kita (sopir) lebih terbantu. Perjalanan bisa lebih cepat. Biasanya, (perjalanan darat) bisa sehari semalam. Kita juga bisa beristirahat, karena perjalanan melalui jalur laut. Selain itu, juga lebih irit. Selisihnya bisa sampai 1,8 juta dibandingkan dengan perjalanan darat," ujarnya. *ode
Komentar