Benda Kuno Dibiarkan Berserak di Perairan Desa Pacung
Pokmaswas dan masyarakat setempat hingga saat ini masih membiarkan benda-benda itu tetap di dasar laut.
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah benda yang diduga tinggalan sejarah ditemukan di dasar laut wilayah perairan Desa Pacung, Kecamatan Tejakula Buleleng. Temuan benda yang diduga benda kuno itu sudah dua kali ditemukan oleh kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kerta Winangun Desa Pacung yakni pada akhri tahun 2018 silam dan bulan April 2020 lalu.
Ketua Pokmaswas Kerta Winangun Desa Pacung Nyoman Putra, Minggu (27/12),menjelaskan ceret keramik dan sejumlah pecahan diduga gerabah itu ditemukan di kedalaman 9 meter. Jarak dari garis pantai sejauh 150 meter tepat di sebelah utara Pura Ponjok Batu. “Terakhir pada bulan April lalu saat kami merlakukan penyelaman monitoring terumbu karang benda-benda itu kembali kami temukan dan mash di posisi saat pertama ditemukan,” jelas Putra.
Dia dan sejumlah anggota Pokmaswasnya saat pertama kali menemukan ceretan keramik berukuran kecil itu masih keadaan utuh dan tergeletak di atas pasir. Sedangkan pecahan yang diduga gerabah jumlahnya ada beberapa ada yang dalam kondisi setenagh tertanam dan sudah ditumbuhi karang. “Kami melalui Pemerintah Desa tahun 2018 lalu itu sempat bersurat ke Balar, karena kami yakin benda-benda itu istimewa. dilihat dari guratannya seperti guratan tangan tidak produk pabrikan seperti keramik-keramik sekarang ini,” kata dia.
Nyoman Putra pun semakin curiga dengan temuan benda-benda itu ada kaitannya dengan sejumlah tinggalan sejarah yang ada di Desa Pacung. Mulai dari sarkofagus, patung Siwa, patung Nandini, patung Ganesha dan ceretan keramik ukuran besar yang saat ini diletakkan di palinggih Subandar di Pura Ponjok Batu. “Kalau arca semuanya di dalam jeroan pura disungsung termasuk ceretan di palinggih Ratu Subandar, dewanya orang China. Itu sudah ada dari dulu dan jadi sungusngan di pura. Kalau Sarkofagusnya ditemukan tahun 1994 di halaman pura saat penggalian dasaran sebelum renovasi sekarang juga masih diletakkan di jaba sisi,” ceritanya.
Sejumlah benda tinggalan sejarah itu pun dicurigai salah satunya ada yang berkaitan dengan benda yang ditemukan di dasar laut. Putra pun berharap ada kajian lebih mendalam terkait temuan benda-benda yang ditemukan Pokmaswasnya. Sehingga ke depannya dapat ditentukan langkah tepat jika data dan historis atau perkiraan angka tahun benda tersebut dipastikan ti yang memang kompeten. “Kami dan teman-teman ingin benda-benda itu bisa digali. Entah kemungkinan tahun pembuatan, dari zaman siapa, kalau memang tinggalan sejarah yang bisa dilestarikan bisa dibuatkan museum kecil di jaba sisi pura. Bisa dihostorikan kepada anak cucu dan tamu yang datang,” jelas dia.
Sementara itu Kepala Balai Arkeologi Denpasar, Gusti Made Suarbhawa dikonfirmasi terpisah mengatakan temuan benda-benda di bawah laut Desa Tembok merupakan data yang sangat penting dan menarik secara arkeologi. Dia pun mengatakan temuan itu perlu ditindaklanjuti lebih dalam. Namun untuk tahun 2021 mendatang Balar Denpasar belum dapat memastikan dan bertindak jauh, karena belum dilakukan rakor Balitbang dan Puslitarkenas yangd iikuti seluruh Balai Arkeologi seluruh Indonesia. Melalui rakor tersebut baru bisa dibahas dan diajukan sejumlah temuan masyarakat untuk diteliti lebih lanjut.
Terkait surat permohonan penelitian lebih lanjut dari Pemdes Pacung tahun 2018 itu dipastikan belum masuk dalam arsip surat-surat di Balar Denpasar. “Setelah kami crosscheck dan cari berkasnya belum kami temukan, kemungkinan suratnya tidak sampai saar itu ke kantor kami,” jelas Suarbhawa.
Tim Balar juga mengaku belum berani memastikan apakah temuan di dasar laut ada hubungannya dengan sejumlah arca yang ada di dalam Pura Ponjok Batu sesuai keterangan Nyoman Putra. “Saya dan tim belum lihat guci di Ponjok Batu, demikian juga arcanya yang ada pada palinggih sangat tinggi dan tertutup kain sehingga sulit dikenali. Demikian juga kaitan dengan keramik di dasar laut perlu diteliti secara detail. Tetapi kalau dengan sarkofagus tampaknya dari masa yg berbeda,” jelas Kepala Balar Denpasar Suarbhawa. *k23
Ketua Pokmaswas Kerta Winangun Desa Pacung Nyoman Putra, Minggu (27/12),menjelaskan ceret keramik dan sejumlah pecahan diduga gerabah itu ditemukan di kedalaman 9 meter. Jarak dari garis pantai sejauh 150 meter tepat di sebelah utara Pura Ponjok Batu. “Terakhir pada bulan April lalu saat kami merlakukan penyelaman monitoring terumbu karang benda-benda itu kembali kami temukan dan mash di posisi saat pertama ditemukan,” jelas Putra.
Dia dan sejumlah anggota Pokmaswasnya saat pertama kali menemukan ceretan keramik berukuran kecil itu masih keadaan utuh dan tergeletak di atas pasir. Sedangkan pecahan yang diduga gerabah jumlahnya ada beberapa ada yang dalam kondisi setenagh tertanam dan sudah ditumbuhi karang. “Kami melalui Pemerintah Desa tahun 2018 lalu itu sempat bersurat ke Balar, karena kami yakin benda-benda itu istimewa. dilihat dari guratannya seperti guratan tangan tidak produk pabrikan seperti keramik-keramik sekarang ini,” kata dia.
Nyoman Putra pun semakin curiga dengan temuan benda-benda itu ada kaitannya dengan sejumlah tinggalan sejarah yang ada di Desa Pacung. Mulai dari sarkofagus, patung Siwa, patung Nandini, patung Ganesha dan ceretan keramik ukuran besar yang saat ini diletakkan di palinggih Subandar di Pura Ponjok Batu. “Kalau arca semuanya di dalam jeroan pura disungsung termasuk ceretan di palinggih Ratu Subandar, dewanya orang China. Itu sudah ada dari dulu dan jadi sungusngan di pura. Kalau Sarkofagusnya ditemukan tahun 1994 di halaman pura saat penggalian dasaran sebelum renovasi sekarang juga masih diletakkan di jaba sisi,” ceritanya.
Sejumlah benda tinggalan sejarah itu pun dicurigai salah satunya ada yang berkaitan dengan benda yang ditemukan di dasar laut. Putra pun berharap ada kajian lebih mendalam terkait temuan benda-benda yang ditemukan Pokmaswasnya. Sehingga ke depannya dapat ditentukan langkah tepat jika data dan historis atau perkiraan angka tahun benda tersebut dipastikan ti yang memang kompeten. “Kami dan teman-teman ingin benda-benda itu bisa digali. Entah kemungkinan tahun pembuatan, dari zaman siapa, kalau memang tinggalan sejarah yang bisa dilestarikan bisa dibuatkan museum kecil di jaba sisi pura. Bisa dihostorikan kepada anak cucu dan tamu yang datang,” jelas dia.
Sementara itu Kepala Balai Arkeologi Denpasar, Gusti Made Suarbhawa dikonfirmasi terpisah mengatakan temuan benda-benda di bawah laut Desa Tembok merupakan data yang sangat penting dan menarik secara arkeologi. Dia pun mengatakan temuan itu perlu ditindaklanjuti lebih dalam. Namun untuk tahun 2021 mendatang Balar Denpasar belum dapat memastikan dan bertindak jauh, karena belum dilakukan rakor Balitbang dan Puslitarkenas yangd iikuti seluruh Balai Arkeologi seluruh Indonesia. Melalui rakor tersebut baru bisa dibahas dan diajukan sejumlah temuan masyarakat untuk diteliti lebih lanjut.
Terkait surat permohonan penelitian lebih lanjut dari Pemdes Pacung tahun 2018 itu dipastikan belum masuk dalam arsip surat-surat di Balar Denpasar. “Setelah kami crosscheck dan cari berkasnya belum kami temukan, kemungkinan suratnya tidak sampai saar itu ke kantor kami,” jelas Suarbhawa.
Tim Balar juga mengaku belum berani memastikan apakah temuan di dasar laut ada hubungannya dengan sejumlah arca yang ada di dalam Pura Ponjok Batu sesuai keterangan Nyoman Putra. “Saya dan tim belum lihat guci di Ponjok Batu, demikian juga arcanya yang ada pada palinggih sangat tinggi dan tertutup kain sehingga sulit dikenali. Demikian juga kaitan dengan keramik di dasar laut perlu diteliti secara detail. Tetapi kalau dengan sarkofagus tampaknya dari masa yg berbeda,” jelas Kepala Balar Denpasar Suarbhawa. *k23
Komentar