Harapan atas Program We Love Bali bagi Pariwisata Bali
Memasuki tahun baru, banyak juga harapan baru warga Bali. Sudah beberapa bulan setelah diluncurkannya kampanye We Love Bali dan dijalankan beberapa program dan kegiatan edukasi atas objektif kampanye ini yaitu Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).
Penulis : Carla Alvina Arcan
Mahasiswi LSPR Communication & Business Institute Bali
Hampir 1 tahun Bali terpuruk karena pandemi COVID-19. Tinggi harapan para pelaku ekonomi di Bali atas program ini. Tidak hanya pemilik usaha, tetapi warga banyak kehilangan pekerjaan karena perusahaan tidak bisa menggaji mereka, maka terpaksa dilakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Pada bulan Oktober lalu, Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Wishnutama Kusubandio, resmi meluncurkan program “We Love Bali” sebagai bentuk edukasi sekaligus kampanye penerapan protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif serta masyarakat di Bali. Program ini dilakukan untuk pemulihan ekonomi Bali melalui sosialisasi tempat wisata yang ada di Bali untuk menerapkan protokol kesehatan sesuai peraturan.
Salah satu peserta program We Love Bali, Ade Yulia, mengikuti program untuk merasakan langsung penerapan kehidupan tatanan era baru berwisata di Bali. “Dengan adanya sosialisasi dan implementasi tentang We Love Bali, pariwisata dan ekonomi Bali berangsur-angsur membaik karena orang-orang menyadari berwisata di masa pandemi masih bisa dilakukan utamanya ke Bali karena sudah berbasis CHSE dan tentunya protokol kesehatan harus dijalankan,” ucapnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, secara q-to-q, ekonomi Bali triwulan IV-2019 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,77 persen. Sedangkan ekonomi Bali triwulan I-2020 mencatatkan angka pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -7,67 persen. Hal ini disebabkan oleh pandemi yang sedang berlangsung.
Banyak warga yang terdampak perusahaannya terutama di bidang pariwisata. Bapak Ketut Marsana, Internatinal Tour Supervisor di agen travel Golden Rama Bali, mengatakan bahwa kurangnya produktivitas membuat keuntungan menurun. Keuntungan ini dipergunakan untuk menanggung biaya-biaya seperti gaji pegawai, biaya operasional dan biaya lain-lain. Dengan berkurangnya keuntungan, maka harus menekan pengeluaran biaya dan harus berhemat.
Tetapi dengan program We Love Bali, untuk periode Oktober-Desember 2020, ada peningkatan penjualan di perusahaan Golden Rama Bali, khususnya untuk hotel dan tiket domestik. Akan tetapi tidak terlalu signifikan. Peningkatannya berkisar 8-10% dari bulan September 2020. Selain itu, aktivitas pegawai juga mulai bertambah.
Ekonomi Bali triwulan III-2020 (Juli-September 2020) tercatat tumbuh sebesar 1,66 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Capaian ini mencerminkan ekonomi Bali yang secara perlahan Kembali berdenyut di tengah tekanan pandemi COVID-19.
Kampanye ini berpotensi tinggi untuk keadaan Bali sekarang. Di tahun 2021, kami semua berharap tidak hanya Bali, tetapi seluruh Indonesia agar kembali normal lagi.
“Semoga Bali segera pulih dan semoga seluruh warganya dapat saling bahu membahu menyosialisasikan jika Bali aman serta mampu saling mengingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan di setiap aktivitasnya,” harap Ade Yulia.
“Kami berharap kampanye ini berkelanjutan dan bersinergi semua pihak antara pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat. Sehingga betul-betul bisa melaksanakan dan menjaga tatanan kehidupan baru yang mengacu pada CHSE. Sehingga perlu ada komitment yang pasti untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai ujung tombak perekonomian di Bali. Karena tidak bisa dipungkiri pariwisata yang menghidupkan perekonomian di Bali,” kata Ketut Marsana.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Komentar