Sebelum Pentas, Ziarah ke TPB Margarana, Sutradara Kerauhan
Teater Jineng Smasta (SMAN 1 Tabanan) tampil memukau dengan fragmen tari ‘Pertempuran di Tanah Aron’ saat apel peringatan Hari Pahlawan ke 71 di Kabupaten Tabanan, Kamis (10/11).
TABANAN, NusaBali
Apel yang dipimpin Dandim 1619/Tabanan, Letkol Inf Herwin Gunawan ini berlangsung di Lapangan Alit Saputra, Banjar Dangin Carik, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan.
Sutradara Teater Jineng Smasta, I Gede Arum Gunawan mengatakan, Arum Gunawan mengatakan, pementasan ‘Pertempuran di Tanah Aron’ melibatkan 120 personel. Terdiri dari 90 aktor/aktris, sisanya pemusik yang terdiri dari perkusi dan akustik. Diakui, penggarapan cerita dilakukan sejak awal bulan Oktober. “Efektif latihan sekitar 11 hari,” terang guru kontrak ini. Diterangkan, pada tanggal 30 Oktober dimulai latihan perdana diawali dengan casting, apresiasi, latihan hingga gladi bersih. Dia pun mensyukuri, kegiatan Teater Jineng Smasta selalu mendapat dukungan penuh Kepala SMAN 1 Tabanan, Drs I Made Jiwa serta dukungan dari Bupati dan Wakil Bupati Tabanan.
Arum Gunawan mengatakan, ada yang unik dan mistik dalam penggarapan ‘Pertempuran di Tanah Aron’. Selain melakukan studi literatur dan pengkajian sejarah, anak-anak Teater Jineng Smasta juga melakukan ziarah ke Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan. Saat ziarah mereka menggelar persembahyangan bersama dan mohon doa restu agar pementasan mereka berjalan lancar dan mataksu (menjiwai).
Bahkan saat gladi bersih, sutradara Arum Gunawan sempat kerauhan. “Menurut penuturan teman-teman, salah satu pejuang tua yang meminjam raga saya berkata terus berjuang dan ceritakanlah kisah kami ini biar mereka tahu merdeka bukan hal yang mudah,” tutur Arum Gunawan. Menurutnya, itu kisah mistis yang mampu mensugesti personel Teater Jineng Smasta untuk semangat dan totalitas saat pementasan.
Dikatakan, ‘Pertempuran di Tanah Aron’ menceritakan tentang siasat Laskar Dewan Perdjoeangan Rakjat Indonesia di Bali yang dikenal dengan pasukan Ciung Wanara. Laskar Ciung Wanara pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai menghadapi NICA yang membonceng Belanda. Untuk mendapatkan bantuan senjata dari Surabaya, maka dilakukan long march ke Bali Timur. “Siasat itu dibarengi dengan strategi kuskusan. Pasukan pak Rai menyamar jadi rakyat yang memakai capil kuskusan,” ungkap Arum Gunawan.
Siasat kuskusan itu membuat pasukan semakin kuat. Sayang, akhirnya siasat itu terbongkar. Di tengah perkebunan salak Desa Bebandem Karangasem, pasukan Gusti Ngurah Rai menyelinap dan berhasil membunuh tentara Belanda. Bahkan kepala resimennya ikut terbunuh. Kemenangan itu menjadi motivasi tentara Ciung Wanara bergegas menuju Tabanan, pusat pergerakan perjuangan rakyat dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. k21
Apel yang dipimpin Dandim 1619/Tabanan, Letkol Inf Herwin Gunawan ini berlangsung di Lapangan Alit Saputra, Banjar Dangin Carik, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan.
Sutradara Teater Jineng Smasta, I Gede Arum Gunawan mengatakan, Arum Gunawan mengatakan, pementasan ‘Pertempuran di Tanah Aron’ melibatkan 120 personel. Terdiri dari 90 aktor/aktris, sisanya pemusik yang terdiri dari perkusi dan akustik. Diakui, penggarapan cerita dilakukan sejak awal bulan Oktober. “Efektif latihan sekitar 11 hari,” terang guru kontrak ini. Diterangkan, pada tanggal 30 Oktober dimulai latihan perdana diawali dengan casting, apresiasi, latihan hingga gladi bersih. Dia pun mensyukuri, kegiatan Teater Jineng Smasta selalu mendapat dukungan penuh Kepala SMAN 1 Tabanan, Drs I Made Jiwa serta dukungan dari Bupati dan Wakil Bupati Tabanan.
Arum Gunawan mengatakan, ada yang unik dan mistik dalam penggarapan ‘Pertempuran di Tanah Aron’. Selain melakukan studi literatur dan pengkajian sejarah, anak-anak Teater Jineng Smasta juga melakukan ziarah ke Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan. Saat ziarah mereka menggelar persembahyangan bersama dan mohon doa restu agar pementasan mereka berjalan lancar dan mataksu (menjiwai).
Bahkan saat gladi bersih, sutradara Arum Gunawan sempat kerauhan. “Menurut penuturan teman-teman, salah satu pejuang tua yang meminjam raga saya berkata terus berjuang dan ceritakanlah kisah kami ini biar mereka tahu merdeka bukan hal yang mudah,” tutur Arum Gunawan. Menurutnya, itu kisah mistis yang mampu mensugesti personel Teater Jineng Smasta untuk semangat dan totalitas saat pementasan.
Dikatakan, ‘Pertempuran di Tanah Aron’ menceritakan tentang siasat Laskar Dewan Perdjoeangan Rakjat Indonesia di Bali yang dikenal dengan pasukan Ciung Wanara. Laskar Ciung Wanara pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai menghadapi NICA yang membonceng Belanda. Untuk mendapatkan bantuan senjata dari Surabaya, maka dilakukan long march ke Bali Timur. “Siasat itu dibarengi dengan strategi kuskusan. Pasukan pak Rai menyamar jadi rakyat yang memakai capil kuskusan,” ungkap Arum Gunawan.
Siasat kuskusan itu membuat pasukan semakin kuat. Sayang, akhirnya siasat itu terbongkar. Di tengah perkebunan salak Desa Bebandem Karangasem, pasukan Gusti Ngurah Rai menyelinap dan berhasil membunuh tentara Belanda. Bahkan kepala resimennya ikut terbunuh. Kemenangan itu menjadi motivasi tentara Ciung Wanara bergegas menuju Tabanan, pusat pergerakan perjuangan rakyat dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. k21
Komentar