Komunitas Bumi Bajra Eksplorasi Nada Lewat Selonding
DENPASAR, NusaBali
Komunitas Bumi Bajra Denpasar mencoba mengeksplorasi gamelan selonding dengan mengartikulasikan bilah-bilah selonding tersebut.
Karya ini ditampilkan dalam ajang Denpasar Young Festival yang disiarkan melalui YouTube. Adapun persembahan mereka dalam bentuk tradisi lisan dengan mengangkat judul suku kata Pranawa "NG" yang merupakan sebuah konstelasi musik getaran Jiwa.
Ketua Komunitas Bumi Bajra, Ida Made Adnya Gentorang mengatakan, selonding merupakan salah satu instrumen musik tertua di Bali. Terutama dalam konteks ritual keagamaan. Terlepas dari historisnya, getaran-getaran nada musik itu telah menjadi fenomena pada orang Bali, yaitu menggunakan intonasi nasal "NG" dalam beragam aktivitas baik dalam suasana religius (bergumam mengartikulasikan mantra-mantra) dan estetik (tradisi lisan, bermusik).
Tampak peranan yang begitu besar dalam bermusik sehingga pinisepuh Maha Bajra Sandhi menempatkan konstelasi musik getaran jiwa dengan korelasi-korelasinya menuju ke-Tuhan-an. Hal tersebut menginspirasi untuk menyajikan sebuah panggung tutur yang bertemakan Tutur Nada.
“Tutur Nada merepertoarkan peranan musik yang luar biasa berdasarkan teks-teks panduan musik dalam tradisional dan bahkan hasil penelitian dari para filsuf-filsuf dunia. Sajian garapan ini juga mengangkat fenomena musik atas getaran "reng" dari bilah-bilah yang dibunyikan. Sama dengan suara nasal “NG" yang dihasilkan oleh suara hidung,” ujarnya.
Sifat bilah-bilah nada yang lateral, juga dipicu oleh eksposif seperti pengucapan "D" yang bisa diartikulasikan kedalam bentuk hentakan dan menghasilkan gelombang atau dentuman. Tentu peranan suara Nasal ‘NG’ akan tetap mengharmoni dengan getaran besinya. Meskipun tidak keseluruhanya bermain secara random, namun kembali pada esensi, maksud yang ingin dituju adalah ritme yang tak sama akan menghasilkan sebuah komposisi musik dengan olahan “Ng” pada keseluruhan nada selonding.
Ida Gentorang menuturkan, sebelum pandemi Komunitas Bumi Bajra masih melakukan latihan rutin mingguan, mengisi event-event tahunan, penggarapan karya, explorasi karya dan yang lainnya. Namun setelah pandemic, kegiatan mereka sedikit tersendat. Namun penggarapan karya yang sudah on process tetap dilanjutkan dengan tetap mematuhi protocol kesehatan yang ditetapkan.
“Kami bangga diberikan wadah kembali untuk berkreasi berkesenian kembali dan mengkesplorasi diri kembali. Semoga acara ini dapat menjadi acara yang terus berlanjut atau berkesinambungan, agar kami para seniman memiliki wadah khusus dan karya kami dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat,” tandasnya.
Komunitas Bumi Bajra bernaung di bawah komunitas Maha Bajra Sandhi berdiri sejak tahun 1990-an. Didirikannya komunitas Bumi Bajra bertujuan sebagai wadah rumah kreatif generasi muda untuk pelestarian, penggalian, pengembangan, dan ekplorasi baik itu seni tari, musik, dan vokal. Sejak tahun 2000, aktif dalam berbagai kegiatan seni yang bersifat eksploratif, meski sempat pasang surut dalam beberapa kurun waktu. *ind
Komentar