Raka Sandhi Maju Tarung ke KPU Pusat
Ketua KPU Bali 2013-2018, Dewa Kade Wiarsa Raka Sandhi, mencoba adu kemampuan di Jakarta. Raka Sandhi ikut bertarung berebut kursi Komisioner KPU Pusat yang akan segera memulai tahapan seleksi, 15 November 2016 sampai 25 Januari 2017 depan.
DENPASAR,NusaBali
Raka Sandhi akan bersaing dengan 4 kandidat incumbent, selain juga ratusan petarung dari berbagai daerah se-Indonesia. Kepada NusaBali, Raka Sandhi mengakui dirinya sudah mendaftar sebagai kandidat Komisioner KPU Pusat, 28 Oktober 2016 lalu, dengan nomor urut pendaftaran 88. Dari 7 Komisiner KPU Pusat yang masih berkuasa saat ini, 4 orang di antaranya maju lagi sebagai kandidat: Ferry Kurnia Rizkiansyah, Ida Budiati, Arif Budiman, Sigit Pamungkas. Bahkan, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pusat, Muhamad, juga ikut mendaftar sebagai kandidat Komiosioner KPU Pusat.
Selain mereka, kata Raka Sandhi, ada belasan Ketua KPU Provinsi se-Indonesa yang juga ikut melamar sebagai calon Komisioner KPU Pusat. Dari Bali sendiri tercatat sudah ada 3 kandidat yang melamar jadiu Komisiner KPU Pusat. Selain Raka Sandhi, 2 tokoh Bali lagi yang ikut melamar adalah I Gede John Darmawan (kini menjabat Ketua KPU Denpasar) dan I Gede Agus Wibawa (PNS Pemprov Bali).
"Ya, ada 3 kjandidat dari Bali yang mendaftar. Saya sendiri daftar tepat di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Itu sebagai motivasi saya," tegas Raka Sandhi saat ditemui NusaBali di Kantor KPU Bali, Jalan Tjokorda Agung Tresna Niti Mandala Denpasar, Kamis (10/11).
Raka Sandhi mengatakan, dirinya ikut seleksi calon Komisioner KPU Pusat, karena ingin mengabdi kepada negara. "Saya mendaftar dengan motivasi karena selama ini penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di Bali cukup baik, banyak muncul inspirasi dari Bali. Saya sudah minta rekomendasi alumni Universitas Gajah Mada Jogjakarta, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), dan Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, yang menjadi salah satu persyaratan yang akan dipakai tim seleksi," ujar Raka Sandhi.
Menurut Raka Sandhi, KPU Bali saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan karena dinilai berprestasi, seperti pemenang kategori kreasi sosialisasi, kategori transparansi Pemilu, data pemilih. KPU Kabupaten Jembrana juga memenangkan kategori Pemilu nasional dengan data pemlih terbaik. Sedangkan pelaporan keuangan KPU Bali dapat predikat terbaik nasional.
"Ini modal sosial bagi saya dan Bali. Secara tak langsung, orang bertanya apa prestasi KPU Bali, sehingga saya ingin maju ke tingkat nasional?" tandas komisioner KPU asal Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang alumnus Fakultas Teknik UGM Jogjakarta tahun 1999 ini.
Yang tak kalah pentingnya, kata Raka Sandhi, Pemilu ke depan sangat strategis. Pemilu 2019 mendatang betul-betul strategis, karena Pileg dan Pilpres untuk kali pertama akan digelar bersamaan. “Perlu konsep dan pemikiran dari penyelenggara Pemilu, di samping regulasi yang akan dibahas. Ini menjadi tantangan bagi saya," katanya.
Soal tarung menghadapi figur incumbent dalam perebutan kursi Komisiner KPU Pusat nanti, menurut Raka Sandhi, dirinya tidak gentar. Sepanjang ada kemauan dan kerja keras, tak ada sesuatu yang tidak mungkin diraih. "Saya melihat dengan peserta yag ikut seleksi mencapai sekitar 300 orang, kompetensinya akan makin berat," ujar suami dari suami Desak Agung Oka Suardewi ini.
"Dari sisi kompetensi, persaingan tahun ini jauh lebih berat. Sebab, sebagian peserta adalah kandidat incumbent, sehingga mumpuni dari sisi pengalaman dan keilmuan. Bagi saya, ini satu proses. Apa pun hasilnya, saya tetap siap tarung," jelas Raka sandhi yang juga meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Unud tahun 2011.
Raka Sandhi mengatakan, tantangan terberat bagi dirinya saat ini adalah menyeleng-garakan Pilkada Buleleng 2017, serta persiapan Pilgub Bali 2018, Pilkada Gianyar 2018, dan Pilkada Klungkung 2018. "Dalam waktu dekat, kita akan memulai tahapannya. Saya pastikan tidak ada yang terganggu dengan proses saya ke KPU Pusat nanti," ujar Raka Sandhi.
Soal dukungan kekuatan politik yang biasa menjadi rumor untuk meloloskan kandidat Komisioner KPU Pusat, menurut Raka Sandhi, proses seleksi dilakukan secara transparansi. "Saya berpandangan dukungan akan timbul dari apa yang sudah kita lakukan. Saya kira partai politik di Bali dan tokoh-tokoh akan mendukung. Saya sudah sowan kepada tokoh di Bali. Mereka memberikan support dan rekomendasi tertulis,” katanya.
“Dalam dokumen persyaratan, dalam riwayat hidup, kompetensi, ada syaratnya mendapatkan rekomendasi tokoh. Tim seleksi akan mengkonfirmasi. Itu sudah saya dapatkan," lanjut peraih S2 di Program Pasca Sarjana Unud ini. Raka Sandhi sendiri memiliki seabrek pengalaman di KPU. Dia merupakan anggota KPU Bali 2008-2013 dan kemudian terpilih menjadi Ketua KPU Bali 2013-2018. Selain itu, Raka Sandhi juga pernah menjabat sebagai Sekjen Badan Anti Narkotika Nasional 2007-2014, di sampung aktif sebagai Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bali 2006-2014.
Jika lolos dalam seleksi sebgai Komisioner KPU Pusat nanti, berarti Raka Sandhi akan mengikuti jejak I Gusti Putu Artha, mantan Komisioner KPU Bali yang lolos jadi anggota KPU Pusat 2008-2013. Sebetulnya, mantan anggota KPU Bali 2008-2013, Ketut Udi Prayuda, juga sempat ikut seleksi calon Komisioner KPU Pusat 2013-2018. Namun, Udi Prayudi gugur. nat
Raka Sandhi akan bersaing dengan 4 kandidat incumbent, selain juga ratusan petarung dari berbagai daerah se-Indonesia. Kepada NusaBali, Raka Sandhi mengakui dirinya sudah mendaftar sebagai kandidat Komisioner KPU Pusat, 28 Oktober 2016 lalu, dengan nomor urut pendaftaran 88. Dari 7 Komisiner KPU Pusat yang masih berkuasa saat ini, 4 orang di antaranya maju lagi sebagai kandidat: Ferry Kurnia Rizkiansyah, Ida Budiati, Arif Budiman, Sigit Pamungkas. Bahkan, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pusat, Muhamad, juga ikut mendaftar sebagai kandidat Komiosioner KPU Pusat.
Selain mereka, kata Raka Sandhi, ada belasan Ketua KPU Provinsi se-Indonesa yang juga ikut melamar sebagai calon Komisioner KPU Pusat. Dari Bali sendiri tercatat sudah ada 3 kandidat yang melamar jadiu Komisiner KPU Pusat. Selain Raka Sandhi, 2 tokoh Bali lagi yang ikut melamar adalah I Gede John Darmawan (kini menjabat Ketua KPU Denpasar) dan I Gede Agus Wibawa (PNS Pemprov Bali).
"Ya, ada 3 kjandidat dari Bali yang mendaftar. Saya sendiri daftar tepat di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Itu sebagai motivasi saya," tegas Raka Sandhi saat ditemui NusaBali di Kantor KPU Bali, Jalan Tjokorda Agung Tresna Niti Mandala Denpasar, Kamis (10/11).
Raka Sandhi mengatakan, dirinya ikut seleksi calon Komisioner KPU Pusat, karena ingin mengabdi kepada negara. "Saya mendaftar dengan motivasi karena selama ini penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di Bali cukup baik, banyak muncul inspirasi dari Bali. Saya sudah minta rekomendasi alumni Universitas Gajah Mada Jogjakarta, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), dan Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, yang menjadi salah satu persyaratan yang akan dipakai tim seleksi," ujar Raka Sandhi.
Menurut Raka Sandhi, KPU Bali saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan karena dinilai berprestasi, seperti pemenang kategori kreasi sosialisasi, kategori transparansi Pemilu, data pemilih. KPU Kabupaten Jembrana juga memenangkan kategori Pemilu nasional dengan data pemlih terbaik. Sedangkan pelaporan keuangan KPU Bali dapat predikat terbaik nasional.
"Ini modal sosial bagi saya dan Bali. Secara tak langsung, orang bertanya apa prestasi KPU Bali, sehingga saya ingin maju ke tingkat nasional?" tandas komisioner KPU asal Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo, Jembrana yang alumnus Fakultas Teknik UGM Jogjakarta tahun 1999 ini.
Yang tak kalah pentingnya, kata Raka Sandhi, Pemilu ke depan sangat strategis. Pemilu 2019 mendatang betul-betul strategis, karena Pileg dan Pilpres untuk kali pertama akan digelar bersamaan. “Perlu konsep dan pemikiran dari penyelenggara Pemilu, di samping regulasi yang akan dibahas. Ini menjadi tantangan bagi saya," katanya.
Soal tarung menghadapi figur incumbent dalam perebutan kursi Komisiner KPU Pusat nanti, menurut Raka Sandhi, dirinya tidak gentar. Sepanjang ada kemauan dan kerja keras, tak ada sesuatu yang tidak mungkin diraih. "Saya melihat dengan peserta yag ikut seleksi mencapai sekitar 300 orang, kompetensinya akan makin berat," ujar suami dari suami Desak Agung Oka Suardewi ini.
"Dari sisi kompetensi, persaingan tahun ini jauh lebih berat. Sebab, sebagian peserta adalah kandidat incumbent, sehingga mumpuni dari sisi pengalaman dan keilmuan. Bagi saya, ini satu proses. Apa pun hasilnya, saya tetap siap tarung," jelas Raka sandhi yang juga meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Unud tahun 2011.
Raka Sandhi mengatakan, tantangan terberat bagi dirinya saat ini adalah menyeleng-garakan Pilkada Buleleng 2017, serta persiapan Pilgub Bali 2018, Pilkada Gianyar 2018, dan Pilkada Klungkung 2018. "Dalam waktu dekat, kita akan memulai tahapannya. Saya pastikan tidak ada yang terganggu dengan proses saya ke KPU Pusat nanti," ujar Raka Sandhi.
Soal dukungan kekuatan politik yang biasa menjadi rumor untuk meloloskan kandidat Komisioner KPU Pusat, menurut Raka Sandhi, proses seleksi dilakukan secara transparansi. "Saya berpandangan dukungan akan timbul dari apa yang sudah kita lakukan. Saya kira partai politik di Bali dan tokoh-tokoh akan mendukung. Saya sudah sowan kepada tokoh di Bali. Mereka memberikan support dan rekomendasi tertulis,” katanya.
“Dalam dokumen persyaratan, dalam riwayat hidup, kompetensi, ada syaratnya mendapatkan rekomendasi tokoh. Tim seleksi akan mengkonfirmasi. Itu sudah saya dapatkan," lanjut peraih S2 di Program Pasca Sarjana Unud ini. Raka Sandhi sendiri memiliki seabrek pengalaman di KPU. Dia merupakan anggota KPU Bali 2008-2013 dan kemudian terpilih menjadi Ketua KPU Bali 2013-2018. Selain itu, Raka Sandhi juga pernah menjabat sebagai Sekjen Badan Anti Narkotika Nasional 2007-2014, di sampung aktif sebagai Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bali 2006-2014.
Jika lolos dalam seleksi sebgai Komisioner KPU Pusat nanti, berarti Raka Sandhi akan mengikuti jejak I Gusti Putu Artha, mantan Komisioner KPU Bali yang lolos jadi anggota KPU Pusat 2008-2013. Sebetulnya, mantan anggota KPU Bali 2008-2013, Ketut Udi Prayuda, juga sempat ikut seleksi calon Komisioner KPU Pusat 2013-2018. Namun, Udi Prayudi gugur. nat
Komentar